Ilustrasi Nu.or.id |
Oleh Auli Anggi Pratiwi
Mahasiswa STAINU Temanggung
Media sosial adalah media online
yang dimanfaatkan sebagai sarana pergaulan sosial secara online di
internet. Di media sosial, para pengguna dapat saling berkomunikasi,
berinteraksi, berbagi, dan berbagai kegiatan lainnya. Media sosial mengunakan
teknologi berbasis website atau aplikasi yang dapat mengubah suatu komunikasi
ke dalam bentuk dialog interaktif. Beberapa contoh media sosial yang banyak
digunakan adalah YouTube, Facebook, Twitter, dan lain-lain.
Dengan adanya media sosial itu dapat membantu seseorang
dalam melakukan atau mengerjakan beberapa pekerjaan. Media sosial ini tidak
hanya membantu orang yang sudah bekerja, tetapi juga membantu para mahasiswa
dalam mencari beberapa tugas yang ada, dan juga dapat membantu mahasiswa dalam
mendapatkan sebuah informasi-informasi yang baru.
Seiring berkembangnya jaman, pemakaian internet semakin dituntut.
Akibatnya
sekarang makin banyak jenis media sosial yang digunakan oleh mahasiswa. Contohnya yaitu Facebook, Line, Path, dan Instagram. Data dari survey
yang dilakukan di salah satu Universitas di Indonesia menyatakan bahwa
penggunaan media sosial dapat dengan tujuan hiburan, informasi, edukasi, dan
pekerjaan, dimana hiburan mendominasi pemakaian media sosial. Rata-rata mahasiswa sekarang ini
sudah tercandu dengan adanya media sosial.
Seorang mahasiswa itu secara umum
mempunyai stabilitas dalam kepribadianya yang mulai meningkat, karena gejolak
yang ada dalam perasaan itu semakin berkurang. Mereka cenderung memantapkan dan
berpikir dengan matang terhadap sesuatu hal. Sehingga seorang mahasiswa itu
memiliki pandangan yang realitik terhadap diri sendiri dan lingkunganya. Di era
zaman now ini banyak mahasiswa yang mengikuti perkembangan teknologi,
karena seorang mahasiswa itu memiliki rasa ingin tahu terhadap kemajuan
teknologi, mereka cenderung untuk mencari bahkan membuat inovasi terbaru dalam
bidang teknologi.
Mahasiswa menjadi mudah
terpengaruh dengan apa yang sering marak pada saat ini. Dengan adanya media sosial
ini juga dapat mengurangi minat baca, menulis dan juga mengurangi diskusi yang
biasa dilakukan para mahasiswa, karena mereka merasa bahwa ada hal yang lebih
menyenangkan selain itu, contohnya bermain game dan kecanduan media sosial.
Dengan alasan
merefresh otak, terkadang mahasiswa mampu menghabiskan waktu berjam-jam di
depan monitor untuk bermain game dan media sosial, padahal penggunaan dalam
jangka waktu yang lama akan berdampak buruk bagi kesehatan, terutama kesehatan
mata, punggung, dan otot-otot sekitar tangan. Selain merugikan diri sendiri, kecanduan game dan
sosial media dapat membuat mahasiswa tidak dapat membagi waktu dengan baik
sehingga tugas-tugas dapat terbengkalai dan peran mahasiswa itu sendiri tidak
terlihat lagi.
Dengan dimudahkan oleh kecanggihan teknologi, mereka akan semakin asyik
dengan dunia maya sehingga interaksi langsung dengan lingkungan sekitar akan
berkurang. Tentu ini akan menimbulkan ketidakingintahuan mahasiswa dengan fakta
serta fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang terjadi, sehingga
tak ada niat dari mahasiswa tersebut untuk turut berpartisipasi dalam
mengembangkan negara. Budaya membaca dan menulis pun berubah menjadi membaca
dan menulis di Timeline sosial media.
Cara
berdiskusi mahasiswa masa kini pun telah berubah, karena yang dibahas bukan
lagi masalah pelajaran maupun negara, melainkan masalah gosip-gosip terbaru
yang tengah tumbuh subur di lingkungan sekitarnya. Keingintahuan seseorang terhadap urusan pribadi
orang lain, atau yang lebih sering disebut kepo, kini telah menjadi budaya
mahasiswa. Tak hanya lingkup sekitar tapi juga lingkungan yang lebih luas.
Seorang mahasiswa harus mempunyai fikiran yaitu : mahasiswa harus mampu
menunjukkan bahwa mereka adalah agen yang siap menyelesaikan berbagai persoalan
yang terjadi di masyarakat dan siap memberikan gagasan cerah dengan sikap
optimisnya pada saat menghadapi suatu persoalan. Atau minimal, mahasiswa harus
jeli melihat sesuatu yang dapat dikategorikan sebagai sebuah permasalahan.
Mahasiswa merupakan intelektual muda yang kritis, idealis dan penuh
dengan pemikiran-pemikiran. Mahasiswa yang juga merupakan pemuda, dari sejarah
yang ada adalah penggerak perubahan bangsa. Gagap teknologi juga sangat tidak
disarankan tetapi juga tidak dengan kecanduan teknologi. Sebagai mahasiswa dan
sebagai penggerak perubahan bangsa kita seharusnya sudah bisa memilah dan
memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan.
Status sebagai
mahasiswa memang status yang besar dan membanggakan tapi, di balik semua itu ada tanggung jawab yang besar. Saat berstatus mahasiswa
saat itulah kita belajar dan tumbuh. Belajar, bukan lagi membaca atau menulis
tulisan disosial media tapi belajar membaca kondisi bangsanya dan menuliskan
penyelesaian dari masalah tersebut. Status mahasiswa membuat kita tumbuh
mengembangkan karakter kepemimpinan sebagai calon penentu masa depan bangsa.
Dengan diadakannya
kegiatan-kegiatan kampus sekarang ini juga bukan hanya berkaitan dengan sekitar
kampus saja tapi mulai peduli dan memperhatikan kondisi masyarakat. Kepedulian akan kondisi masyarakat diwujudkan dalam
kegiatan pengabdian masyarakat seperti KKN, desa binaan dan desa mitra.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan mampu mendekatkan mahasiswa
dengan kondisi sosial masyarakat dan memberikan peran yang nyata sebagai
mahasiswa sehingga nantinya menjadi individu yang “smooth of social condition”
dan mewujudkan kesejahteraan untuk bangsa yang langsung terjun kelapangan.
Menurut saya
sekarang ini mahasiswa sudah benar-benar kecanduan terhadap media sosial yang
ada. Dan dalam menghadapi adanya media sosial tersebut kita sebagai mahasiswa
harus pintar-pintar dalam menggunakanya. Dan sebagai mahasiswa kita juga harus
menggunakan media sosial unyuk hala-hal yang bermanfaat, contohnya kita
menggunakan media sosial sebagai alat untuk mencari referensi, mengerjakan berbagai
tugas, dan lain sebagainya.
Tambahkan Komentar