Ilustrasi Berita360 |
Oleh: Anisa Rachma Agustina
Panitia Gema Ramadhan Desa Jumo
Warung makan, salah satunya Warung Tegal atau biasa disebut warteg adalah
restoran yang sederhana, murah dan banyak pelangganya, pelayananya tidak kalah
dengan restoran cepat saji, karena makanan disana biasanya sudah distok, jadi
pelangan tidak perlu menunggu koki memasak, langsuk tunjuk jari ke lemari kaca,
dan makanan pilihan kita sudah bergabung di piring saji. Bersama sepiring nasi.
Ada apa dibalik warteg bergorden? Hal yang mungkin terpikir dalam benak
anda ketika melintas di depan warteg. Sebenarnya tidak ada hal mencengangkan
dibalik itu, hanya saja para pemilik warteg menambahkan gorden pada warungnya
untuk menghormati orang-orang yang berpuasa pada bulan ramadhan. Agar para
pelangan juga tidak sungkan jika ingin makan di siang bolong. Setiap
daerah memiliki aturan tersendiri tentang aturan jam buka warung makan. Warteg
di Ibu Kota Jakarta tetap buka di siang hari, sebab tak semua warga berpuasa.
Meski buka di siang hari, semua pengelola warteg tahu diri. Mereka menutup
pintu dan jendela memakai tirai agar tak menganggu kekhusukan umat Islam yang
tenggah berpuasa. Suara.com mengamati warteg-warteg di Jalan Sumur Batu dan
Jalan Pramuka, Jakarta Pusat. Tirai menutup pintu dan jendela dengan rapat. (Suara.com 08/05/2019).
Fenomana yang akan kita lihat dari luar warteg adalah pemandangan kaki para
pelangan saja karena biasanya pengelola warteg menutup tirai pada bagian pintu
dan jendela. Hal yang sangat unik yang mungkin hanya ada di Indonesia yang
mayoritas beragama Islam. Tidak hanya warteg tetapi aturan menggunakan tirai
juga terdapat pada restoran yang. Kebanyakan restoran yang bertempat di mall-mall
juga dianjurkan memakai gorden saat siang hari dan mulai melepasnya saat
menjelang bebuka puasa.
Pada beberapa tahun yang lalu tepatnya tahun 2016. Terdapat hal
yang menghebohkan para netizen tentang
razia warteg. Hal ini menyusul adanya tindakan petugas
Satpol PP Pemerintah Kota Serang Banten, yang merazia dan menyita makanan
dagangan warteg milik Ibu Saeni. Tindakan satpol PP dikecam masyarakat di media sosial Menurut mereka, harusnya masyarakat
yang sedang mencari nafkah menjelang Lebaran jangan dirazia. Peristiwa tersebut
juga mengundang simpati dan diwujudkan dengan penggalangan dana melalui media
sosial buat pemilik warteg yang dirazia, bernama Ibu Saeni. Sampai hari ini
dana yang terkumpul dari netizen mencapai Rp265.534.758.(Suara.com 08/05/2019).
Dana yang terkumpul menunjukan kekompakan dan kedermawanan netizen Indonesia,
yang terkenal suka nyinyir tapi mereka membuktikan kekompakan untuk
penggalangan dana untuk Ibu Saeni.
Sebenarya buka atau tidaknya warteg di siang hari tidak akan menjadi godaan
puasa bagi yang menjalankan. Toh dari malam sebelum mereka berpuasa
sudah berniat yang biasanya diucapkan secara bersama-sama sehabis tarawih,
upaya pembersihan lainya yang bisa dilakukan petugas antara lain penertiban
tempat hiburan seperti club malam, tempat pijat plus-plus, tempat karoke
plus-plus. Sebaiknya jangan di beri izin mendirikan usaha, pada bulan puasa
maupun setelah ramadhan usai. Karena tidak hanya bulan ramdhan yang harus kita
jaga kesuciannya tetapi sepanjang tahun, ramadhan kita jadikan training atau
pelatihan, dan untuk kerja nyatanya kita tunjukan pada bulan setelah ramadhan
usai, apa kita akan tetap istiqomah atau membelot seperti sediakala,
Persengkokolan Warteg Bergorden
Sebenarnya tidak ada perjanjian tertulis antara pemilik warteg satu dengan
yang lain untuk menutup pintu dan jendela menggunakan gorden. Atas dalih
mengormati bulan Ramadhan dan melindungi privasi pelanggan.
Setiap warteg pasti sudah menyiapkan gorden sebelum bulan ramadhan tiba. Jam
bukanya juga disesuaikan dengan perda didaerah. Setiap pemilik warteg pasti
tidak akan mengecewakan pelangganya denga menutup warteg disiang hari karena
pelanggannya tidak hanya warga muslim, tetapi warga lapar yang butuh isi bahan
bakar dengan harga terjangkau.
Bahkan Wapres Jusuf Kalla menegaskan tidak boleh ada penertiban warung
makan dibulan ramadhan warung makan tetap boleh berjualan karena masih ada
orang yang harus dilayani. Ada tiga yang masih bisa dilayani: musafir, orang
sakit, dan orang selain agama islam. Oleh karena itu tidak boleh semena-mena
menertibkan. Warung makan tetap berjualan disiang hari pada bulan ramadhan,
hanya saja untuk menghormati yang berpuasa, mereka mereka menggunakan tirai di
pintu, dan jendela agar orang yang diluar tidak bisa melihat pelanggan yang
makan. (Republika.co.id 10/05/2019).
Kita harus saling menghargai sesama umat beragama, dengan tidak menutup
permanet warteg selama ramadhan kita juga tidak menyulitkan non muslim yang
ingin mencari makanan siang hari. Di sebagian daerah ada yang menetapkan jam
buka rumah makan, yakni beberapa jam menjelang waktu berbuka, itu semua
tergantung perda disetiap daerah.
Seperti di Kabupaten Tangerang warung makan boleh buka menjelang buka puasa
dan melayani pembeli dari pukul 16.00. Jadi untuk kalian yang punya teman makan
disiang bolong jangan langsung ngejust kawan kalian gak berpuasa
mungkin ada hal lain yang tidak kita ketahui. Tetap berpikir positif, agar
energi positif yang menyelimuti kita, semoga puasanya lancar tanpa ada
halangan.
Tambahkan Komentar