Oleh Ahmad Fauzi
Penulis Buku Tragedi Incest Adam dan Hawa dan Nabi Kriminal
Tulisan singkat ini terinspirasi semenjak penulis menonton hingga berkali-kali film Constantine yang diperankan oleh Keanu Reeves. Film ini memang sarat dengan takhayul dan irrasionalisme.
Banyak terdapat unsur pelecehan dan kritik pada kehidupan agama dalam bentuk dialog-dialog yang terkesan menghina tapi lucu dan agak imajinatif. Namun, ada satu tema kuat yang mendasari film ini hingga membuat penulis tergetar dan khusyuk melihatnya. Yaitu, pengorbanan.
Penulis menonton Constantine pertama kali di tahun 2010-an. Menikmati peran John Constantine yang urakan, pemberontak, terkesan tak ramah, menyebalkan, egois dan perokok berat. Tapi itu semua menjadi manusiawi ketika ia mengorbankan nyawanya sendiri pada Iblis Lucifer untuk ditukar demi kehidupan seorang gadis. Langit pun tersentuh. Jiwa alam raya trenyuh. Tidak ada ajaran spiritual yang lebih tinggi dari pada pengorbanan diri demi kehidupan yang lain.
Spiritualitas pengorbanan di atas berbanding terbalik dengan ideologi kematian (terorisme) yang mengorbankan nyawa dan hidupnya sendiri demi memusnahkan sebanyak mungkin kehidupan yang lain. Meskipun berkedok ketuhanan dan surga, spiritualitas ini muncul dari hasrat membunuh dan menghancurkan, bukan karena cinta dan kasih sayang.
Dalam kisah masa lalu, kita disuguhkan cerita pengorbanan Nabi Ibrahim yang berusaha menyembelih anaknya sendiri karena perintah tuhan. Ada banyak kemungkinan, bisa jadi Ibrahim yang delusif atau tuhan maha kejam yang harus dilawan. Kisah Ibrahim tidak layak disebut sebagai bentuk pengorbanan demi kehidupan. Justru kisah Ibrahim ini merupakan bentuk tindak kriminal dan kegilaan atas nama wahyu dan perintah tuhan.
Hal ini yang membedakan dengan Yesus, yang mengorbankan diri sendiri demi dakwah kemanusiaan, meski oleh orang-orang liberal dianggap konyol dan mengada-ada. Seandainya irrasional, tapi ia telah menginspirasi milyaran manusia untuk berbuat baik dan berkorban demi sesama.
Spiritual yang penuh cinta dan kasih sayang adalah semnagat berani mengorbankan diri demi kehidupan yang lain dan bukannya mematikan dan memusnahkan kehidupan banyak orang.
Penulis Buku Tragedi Incest Adam dan Hawa dan Nabi Kriminal
Tulisan singkat ini terinspirasi semenjak penulis menonton hingga berkali-kali film Constantine yang diperankan oleh Keanu Reeves. Film ini memang sarat dengan takhayul dan irrasionalisme.
Banyak terdapat unsur pelecehan dan kritik pada kehidupan agama dalam bentuk dialog-dialog yang terkesan menghina tapi lucu dan agak imajinatif. Namun, ada satu tema kuat yang mendasari film ini hingga membuat penulis tergetar dan khusyuk melihatnya. Yaitu, pengorbanan.
Penulis menonton Constantine pertama kali di tahun 2010-an. Menikmati peran John Constantine yang urakan, pemberontak, terkesan tak ramah, menyebalkan, egois dan perokok berat. Tapi itu semua menjadi manusiawi ketika ia mengorbankan nyawanya sendiri pada Iblis Lucifer untuk ditukar demi kehidupan seorang gadis. Langit pun tersentuh. Jiwa alam raya trenyuh. Tidak ada ajaran spiritual yang lebih tinggi dari pada pengorbanan diri demi kehidupan yang lain.
Spiritualitas pengorbanan di atas berbanding terbalik dengan ideologi kematian (terorisme) yang mengorbankan nyawa dan hidupnya sendiri demi memusnahkan sebanyak mungkin kehidupan yang lain. Meskipun berkedok ketuhanan dan surga, spiritualitas ini muncul dari hasrat membunuh dan menghancurkan, bukan karena cinta dan kasih sayang.
Dalam kisah masa lalu, kita disuguhkan cerita pengorbanan Nabi Ibrahim yang berusaha menyembelih anaknya sendiri karena perintah tuhan. Ada banyak kemungkinan, bisa jadi Ibrahim yang delusif atau tuhan maha kejam yang harus dilawan. Kisah Ibrahim tidak layak disebut sebagai bentuk pengorbanan demi kehidupan. Justru kisah Ibrahim ini merupakan bentuk tindak kriminal dan kegilaan atas nama wahyu dan perintah tuhan.
Hal ini yang membedakan dengan Yesus, yang mengorbankan diri sendiri demi dakwah kemanusiaan, meski oleh orang-orang liberal dianggap konyol dan mengada-ada. Seandainya irrasional, tapi ia telah menginspirasi milyaran manusia untuk berbuat baik dan berkorban demi sesama.
Spiritual yang penuh cinta dan kasih sayang adalah semnagat berani mengorbankan diri demi kehidupan yang lain dan bukannya mematikan dan memusnahkan kehidupan banyak orang.
Tambahkan Komentar