TABAYUNA.com - Pendidikan merupakan perihal yang kompleks dan rumit, serumit manusia, sebab berbicara pendidikan berarti juga berbicara hakikat manusia. Dalam hal ini, pandangan kita terhadap hakikat manusia sangat berkaitan bagaimana kita memandang hakikat pendidikan. Manusia sebagai ciptaan Allah yang paling unik dan sempurna, baik dari sisi dalam maupun fisik, memiliki berbagai potensi yang menjadi objek pendidikan.

Pendidikan tidak hanya sekadar berbicara dan usaha mengembangkan otak atau aspek kognitif, namun juga menekankan pentingnya pendekatan yang integratif dan komprehensif, yaitu menakankan pengembangan seluruh potensi manusia, baik otak (ta’lim), hati (tazkiyah) maupun fisik atau inderawi (tilawah).

Tiga hal ini merupakan potensi dasar yang secara fitrah dibawa manusia sejak lahir. Pengembangan tiga potensi tersebut secara otomatis mengembangkan manusia secara utuh. Hal ini sesuai dengan pesan GBHN, yaitu arah pendidikan adalah mengantarkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang tidak hanya mampu berpikir, tapi juga mampu merasa dan memanfaatkan kemampuan fisiknya menjadi karya dan prestasi di tengah kehidupan masyarakat.

Walaupun demikian, hingga saat ini pendidikan kita masih terhegemoni dengan paradigma Barat yang materialis-positifistik. Faham ini berkeyakinan, bahwa sesuatu dikatakan benar adalah jika sesuai dengan akal dan bisa dibuktikan secara empiris. Sesuatu yang tidak empiris, maka tidak bisa dikatakan kebenaran dan tidak bisa diterima sebagai prinsip kehidupan dalam berbagai dimensinya.


Dengan paradigma seperti ini, arah pendidikan kita memandang keberhasilan dan kesuksesan pendidikan adalah jika bersifat materialis. Keberhasilan pendidikan sekadar diukur dengan keberhasilan meraih selembar ijazah yang bertanda tangan dan berstempel. Keberhasilan pendidikan dipahami jika mampu memberikan pekerjaan dan gaji mapan.

Keberhasilan pendidikan dipahami sebagai keberhasilan menjabat suatu posisi strategis di lembaga pemerintahan, perusahan atau organisasi swasta tertentu. Artinya, tujuan pendidikan hanya diarahkan pada hal-hal yang bersifat materi, yaitu finansial, jabatan, kedudukan dan pengakuan. 

Demikian sedikit prakata Ketua LP Ma'arif PWNU Jawa Tengah pada buku yang ditulis dosen produktif ini. Semoga dengan buku ini, Anda dapat mendapat pencerahan, apa yang harusnya dilakukan guru, yaitu tidak sekadar mengajar bahkan memang benar-benar dilarang mengajar.

Biodata Buku:
Judul: Guru Dilarang Mengajar!: Refleksi Kritis Paradigma Didik, Paradigma Ajar, dan Paradigma Belajar
Penerbit: CV. Asna Pustaka
Pengarang: Hamidulloh Ibda
Editor: Andrian Gandi Wijanarko
Tahun: 2019
ISBN: 978-623-91103-3-8
Website: www.maarifnujateng.or.id
Email: asnapustaka@gmail.com
Harga: Rp 50.000 (Belum termasuk ongkir)
WA: 08562674799
Bagikan :

Tambahkan Komentar