Purworejo, TABAYUNA.com – STAINU Purworejo kembali menggelar Webinar Nasional bertajuk Peran Pendidikan Pesantren di Era New Normal. Pada webinar kali ini menghadirkan tiga narasumber yaitu KH. Taj Yasin Maimoen, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Dr. Ali Muhtarom Pengamat Pesantren dan Ideologi Keagamaan dari UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten dan KH. R. Abdul Hakim Chamid, Rois Syuriah PCNU Purworejo.

Senat STAINU Purworejo Dr. M. Djamal, mengapresiasi kegiatan Webinar Nasional ini karena menurutnya tema ini sangat relevan dengan kondisi sosial keagamaan yang ada di Kabupaten Purworejo dan sekitarnya, yang notabene terdapat beberapa pondok pesantren.

“Ada sisi yang berbeda antara pendidikan umum dengan pendidikan pesantren. Pendidikan pesantren konsisten dalam membangun keanekaragaman berfikir dan pengembangan kurikulum. Nilai kemerdekaan, kemandirian, jiwa keikhlasan dan ketakwaan ada dalam pesantren. Ini lah yang kemudian pesantren mampu melahirkan manusia-manusia berkepribadian unggul dan mampu bersaing serta bertahan hidup dalam berbagai situsasi, baik normal maupun tidak normal,” kata dia pada Rabu (22/10/2020)

Dalam kesempatannya sebagai narasumber, KH. Taj Yasin Maimoen, menjelaskan tentang pentingnya peran pesantren sebagai garda terdepan dalam memberikan edukasi dan teladan dalam mencegah mata rantai penyebaran Covid-19. Mengingat di Propinsi Jawa Tengah masih terdapat kenaikan data positif Covid-19, maka ia berharap pesantren sebagai lembaga pendidikan yang sarat akan kumpul-kumpul, tetap dapat melaksanakan kegiatannya kembali, namun menggunakan protokoler kesehatan yang tepat.

“Di pesantren biasanya santri hanya pakai peci dan sarung, sekarang ditambah masker dan rajin jaga kebersihan dengan cuci tangan. Sebaiknya kurangi dulu kegiatan pesantren yang padat, karena kita juga harus fokus pada kesehatan santri dan kiai agar tidak kelelahan dan tetap fit,” katanya.

“Bahkan kalau bisa pesantren juga diisi dengan kegiatan olahraga seperti senam, dan kegiatan yang menunjang kesehatan lainnya. Santri juga sebaiknya ditunda dulu sowan dan berjabat tangan dengan ustadz atau kiainya. Kita bisa berjabat tangan bil qolbi (dengan hati), seperti budaya santri jaman dulu ” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah itu.

Selain itu, Wakil Gubernur yang juga Putra dari KH. Maimoen Zubair, mengingatkan kepada masyarakat agar tidak mengucilkan warga khususnya keluarga dari santri yang terpapar Covid-19. Karena menurutnya, tidak ada manusia yang menginginkan musibah itu terjadi padanya.
Sementara itu, Dr. Ali Muhtarom sebagai narasumber kedua, menyampaikan dalam penyelengaran pesantren harus mengikuti pendidikan yang diajarkan sesuai visi misi pada masa kini, karena pesantren telah diikat oleh Undang-Undang Pesantren Nomor 18 tahun 2019 yang mengatur pendidikan formal dan non formal.

“Pesantren harus memiliki karakteristik yang berbeda di banding lembaga pendidikan yang lain. Ia tidak hanya berfungsi sebagai pendidikan, dakwah dan pemberdayaan, melainkan juga tafaqquh fid din, mencetak kader yang mampu menebarkan rahmatan lil ‘alamin,” kata peneliti paham keagamaan ini.

“Setidaknya ada tiga paradigma yang diusung institusi pendidikan, termasuk pesantren dalam menghadapi new normal yaitu pesimistik, optimistik dan moderat,” tambahnya.

Selanjutnya, KH.R. Abdul Hakim Chamid, menyampaikan tentang pentingnya pesantren dalam menguatkan diri menghadapi new normal. Menurutnya era new normal menjadi beban mental tersendiri bagi kiai dan pesantren. Maka ia berharap pesantren harus memiliki kekuatan lahir dan batin dalam menghadapi new normal.

“Setidaknya harus ada peran dari kiai dan para ustadznya, santri serta orang tua dalam menghadapi new normal, ini saya sebut peran dari lingkup internal. Ada juga peran eksternal, yaitu pemerintah. Jika kedua peran ini mampu berjalan, niscaya kehidupan baru di pesantren akan terlaksana dengan bijak sehingga tidak menjadi klaster terbaru penyebaran Covid-19,” kata Rois Syuriah PCNU Purworejo itu. (Adm/Abdul Aziz).
Bagikan :

Tambahkan Komentar