Tabayuna.com - Prodi PIAUD STAINU Purworejo kembali menggelar Webinar Nasional bertajuk “Menumbuhkan Sikap Toleran Sejak Dini” pada hari Selasa, 18 Agustus 2020. Webinar ini menghadirkan tiga narasumber yakni Al Maryati Solihah M.Si (Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)), Alissa Wahid (Founder Fastrak Funschool), dan Nurjanah, S.Sos.I., M.Pd. (Kaprodi PIAUD STAINU Purworejo).

Ketua STAINU Purworejo, Mahmud Nasir, S.Fil., M.Hum sangat mengapresiasi adanya webinar menumbuhkan sikap toleransi sebagai langkah preventif untuk dapat mengarahkan anak-anak kirta supaya tidak intoleran dengan adanya keberagaman di Indonesia. 

“Kita cukup merasakan fenomena di Indonesia adalah negara yang majemuk, heterogen, dan pluralitas baik suku, bahasa, agama mewarnai khasanah nusantara. Secara ontology tentu dalam agama Islam kita ketahui bahwa secara tidak langsung masyarakat akan menyadari hal itu karena setiap individu pasti berada di tengah-tengah perbedaan. Dalam surat Al-Hud ayat 118 dijelaskan bahwa Tuhan telah menjadikan manusia menjadi berbagai umat sehingga mereka akan terus berbeda. Webinar ini merupakan respon positif ini agar anak usia dini agar anak bisa kita arahkan agar tidak ke arah yang intoleran sehingga mereka akan melek terhadap pandangan.”

Narasumber pertama Ibu Alissa Wahid menjelaskan bahwa pinsip penanaman nilai toleransi dilakukan dengan memberikan batasan apa saja yang boleh dan tidak boleh, memberikan contoh berupa tindakan bukan hanya nasihat, melalui permainan, melalui pengulangan yang dapat memperkuat nilai, dan pengukuran. Para guru ketika di ruang kelas kita dapat menunjukkan penerimaan semua perbedaan antar anak, mengapresiasi perbedaan antar anak, dan memujinya, mendorong keadilan saat bermain dan berbagi, kesetaraan tidak menunjukkan sikap bias antar anak, dan respek. Beliau menjelaskan bahwa sebagai orang muslim tetapi kita juga warga negara Indonesia sehingga harus paham bahwa anak hidup di negara pluralism

“Pinsip penanaman nilai toleransi dilakukan dengan memberikan batasan apa saja yang boleh dan tidak boleh, memberikan contoh berupa tindakan bukan hanya nasihat, melalui permainan, melalui pengulangan yang dapat memperkuat nilai, dan pengukuran. Di ruang kelas kita dapat menunjukkan penerimaan semua perbedaan antar anak, mengapresiasi perbedaan antar anak, dan memujinya, mendorong keadilan saat bermain dan berbagi, kesetaraan tidak menunjukkan sikap bias antar anak, dan respek. Kita orang muslim tetapi kita juga warga negara Indonesia sehingga harus paham bahwa anak hidup di negara pluralism” 

Hal ini diperkuat oleh penjelasan dari Al Maryati Solihah M.Si yang menjelaskan bahwa penanaman nilai toleransi akan lebih kuat manakala tiga sentra pendidikan yakni orangtua, sekolah, dan masyarakat saling bekerjasama dengan baik.

“Perlindungan anak dari paparan sikap intoleransi adalah melanjutkan strategi kebudayaan kontra radikalisme dan terrorism di Indonesia dengan cara kerjasama keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Anak harus memiliki pola asuh yang baik seperti pola asuh demokratis yang memiliki dukungan positif pada anak, kelekatan, dan kesempatan pada anak untuk berpendapat. Untuk di sekolah, maka nilai-nilai karakter harus dimasukkan dalam pengembangan kurikulum, pembiasaan setiap hari, contoh guru, dan mengajak kerjasama dengan orangtua. “

Dalam kesempatannya sebagai narasumber, Nurjanah, S.Sos.I., M.Pd. menjelaskan bahwa menumbuhkan toleransi sejak dini dapat dilakukan dengan memberikan penghargaan terhadap diri sendiri, penghargaan terhadap oranglain, dan penghargaan terhadap budaya. 

“Sikap toleransi dapat dikenalkan melalui tiga hal yakni penghargaan terhadap diri sendiri, oranglain dan budaya. Toleransi terhadap diri sendiri memiliki arti bahwa anak harus bangga terhadap apa yang Tuhan berikan untuknya. Kedua yakni penghargaan oranglain berarti mendorong anak untuk mengahragai oranglain dengan memperlakukan oranglain sebagaimana ia ingin dihargai.” (tb55/Nurul Arifiyanti).

Bagikan :

Tambahkan Komentar