Semarang, TABAYUNA.com - Masih di Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) mahasiswa FPK UIN Walisongo Semarang hari ketiga, Rabu 9 September 2020 adalah “Masa Depan Intelektual Mahasiswa dalam Menghadapi Era Society 4.0.” Materi yang disampaikan oleh Wakil Rektor II, Dr. Abdul Kholiq, M.Ag tersebut kemudian menjadi bahan diskusi dengan fasilitator Ibu Dr. Widiastuti, M.Ag selaku Wakil Dekan II FPK dengan mederator ibu Fitria Susilowati, M.Sc.

Menurut Dr. Abdul Kholiq, era society 4.0 adalah era saat ini sebagai tahapan revolusi industri yang keempat setelah sebelumnya terjadi revolusi industri di tahun 1800 an, 1900 an, dan tahun 2000 an. Tahapan revolusi industri pertama, ditandai dengan penemuan mesin uap yang mendorong munculnya kapal uap, kereta api dan lainnya.

:Penemuan ini membuat transportasi lebih dinamis. Akan tetapi dampak negatifnya adalah munculnya imperealisme. Tahapan kedua, ditandai penemuan listrik dan assembly line yang meningkatkan produksi barang. Tahapan ketiga, ditandai inovasi teknologi informasi, komersialisasi personal komputer dan lainnya," katanya.

Hal ini membuat sistem kerja menjadi lebih efisien dan efektif. Adapun tahapan keempat, yang terjadi saat ini ditandai dengan kegiatan manufaktur terintegrasi melalui penggunaan teknologi wireless dan big data secara masif. Berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi, seperti bidang sharing economy, e-Education, e-Government, cloud collaborative, marketplace, online health services, smart manufacturing, smart city dan smart appliances.

Dalam konteks sharing economy misalnya, siapapun memiliki kesempatan yang sama untuk punya saham pada perusahaan-perusahaan internasional. Tahapan inilah yang disebut sebagai era society 4.0.

Demikian pula di bidang e-Education. Hal ini membuat pembelajaran berskala internasional pun bisa terselenggara dengan cepat dan murah, data besar bisa terintegrasi, produktivitas semakin meningkat dan efisien, dan segala hal menjadi mudah dan nyaman. Meski demikian, era ini juga memiliki tantangan yang tak kalah hebatnya. Maka para mahasiswa harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk bisa menghadapinya.

Tantangannya adalah bahwa era ini mengurangi kebergantungan kepada manusia, sehingga siapa yang tidak terampil dengan teknologi maka ia akan mudah terlempar oleh pasar. Perlu juga difahami bahwa era ini memunculkan disorientasi antara pekerjaan dan gelar.

Meskipun memiliki gelar ahli gizi atau psikolog akan tetapi jika tidak mengikuti perkembangan informasi secara global maka gelarnya bisa saja tidak berarti karena dikalahkan oleh orang-orang yang selalu menyerap perkembangan informasi yang ada. Tidak heran jika sektor jasa lebih berkembang daripada manufaktur.

Dengan kondisi seperti ini para mahasiswa baru FPK tidak boleh gentar menghadapinya. Mereka bisa menjadi lulusan yang kompetitif jika menguasai tiga hal. Pertama, literasi data atau kemampuan menggali data. Kedua, literasi teknologi atau kemampuan belajar menggunakan aplikasi teknologi. Ketiga, literasi manusia atau kemampuan menerapkan etika.

Meskipun mereka memiliki kebebasan dalam literasi data dan teknologi namun mereka harus bisa bertanggung jawab supaya terhindar dari persoalan hukum. Contohnya dalam penulisan karya ilmiah maka hindari sebisa mungkin persoalan plagiarisme. (Tb12/wda19).

Bagikan :

Tambahkan Komentar