Semarang, TABAYUNA.com
- Lembaga Pendidikan Ma’arif PWNU Jawa Tengah mengadakan pembahasan sukses akreditasi 2020 bersama madrasah dan sekolah ma’arif di Jawa Tengah secara virtual menggunakan aplikasi zoom dengan menghadirkan anggota Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) Jawa Tengah, Mustain dan dipandu oleh Miftahul Huda, pada Minggu 25 Oktober 2020.

Acara ini digelar sebagai tindak lanjut surat dari BAN S/M Provinsi Jawa Tengah nomor 118/BAN-SM Provinsi/TU/X/2020 tentang Pilot Project Akreditasi dan Pengisian DIA. Untuk LP Ma’arif mempersiapkan madrasah dan sekolah ma’arif di Jawa Tengah yang menjadi pilot kegiatan uji coba Instrumen Akreditasi Satuan Pendidikan (IASP) 2020 oleh BAN S/M. 

Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah menyampaikan satuan pendidikan ma’arif di Jawa Tengah harus siap menghadapi paradigma baru yang diterapkan dalam akreditasi tahun ini. “Instrumen akreditasi terbaru menerapkan paradigma baru dalam penilaian, mulai komponen mutu lulusan, proses pembelajaran, mutu guru, dan manajemen sekolah/madrasah. Semua satuan pendidikan maarif diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan kualitasnya dengan paradigma baru tersebut” ungkap Andi.

LP Ma’arif sudah membentuk tim yang akan mengawal peningkatan kualitas satuan pendidikan di bawah Ma’arif dengan nama Tim Penjaminan Mutu Pendidikan tingkat Wilayah (TPMPW) yang di dalamnya terdapat Pengawas Madrasah Penggerak Ma’arif dan Pengawas Sekolah Penggerak Ma’arif. “Ma’arif sudah membentuk Pengawas Madrasah Penggerak Ma’arif dan Pengawas Sekolah Penggerak Ma’arif yang akan membantu mengawal penjaminan dan peningkatan mutu madrasah dan sekolah Ma’arif, termasuk sukses akreditasi” kata Fakhrudin Karmani, Wakil Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.

Mengawali acara yang dipandu, Miftahul Huda menyampaikan sekilas tentang perbedaan IASP uji coba 2020 dengan instrumen akreditasi sebelumnya. Pada instrumen akreditasi tahun 2017, instrumen masih dipisah untuk masing-masing jenjang atau tingkatan dan dalam bentuk empat buku yang harus dibaca oleh madrasah/sekolah, ada petunjuk teknis, ada instrumen atau borang berupa pertanyaan akreditasi dengan ratusan pertanyaan, ada instrumen data pendukung, dan instrumen penilaian akreditasi. Sehingga banyak buku yang harus dibaca. 

Sementara dalam IASP 2020 semua sudah masuk dalam satu buku untuk semua jenjang dengan 35 butir utama, ditambah butir kekhususan “IASP 2020 ini all in one. Petunjuknya ada, pertanyaannya ada, kelengkapan data yang harus disiapkan sudah ada, termasuk penilaian. Ada 35 butir ditambah butir khusus. Meski sedikit tapi sangat mendalam” ungkapnya yang juga sebagai bidang kerjasama LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah.

Narasumber zoominar sukses akreditasi, Mustain menjelaskan perubahan-perubahan yang terdapat dalam intrumen akreditasi terbaru 2020. Madrasah dan sekolah diharap melakukan update pengisian EMIS dan Dapodik karena pengisian itu terkait langsung dengan Indikator Complience Mutlak (ICM) dan Indikator Complience Relatif (ICR) yang akan menentukan madrasah dan sekolah akan diakreditasi atau tidak, terutama untuk ICM. Madrasah dan sekolah diminta mengisi DIA dengan lengkap. Dia juga menghimbau agar penyusunan administrasi dan pelaksanaan program benar-benar melibatkan semua pihak atau stakeholder di madrasah dan sekolah sehingga nilai akreditasi bisa maksimal.

“Sebaik apapun administrasi yang disiapkan, jika ada guru, wali murid, dan masyarakat sekitar yang memberikan penjelasan berbeda saat dilakukan observasi dan wawancara oleh assesor, maka nilai administrasi itu bisa turun bahkan tidak ada nilainya” jelasnya.

Pertemuan virtual ini diikuti oleh 39 madrasah/sekolah ma’arif di Jawa Tengah yang menjadi pilot uji coba IASP 2020. (tb44/Ibda).

Bagikan :

Tambahkan Komentar