Oleh  Yumna Furoiah

Mahasiswi STAINU Temanggung, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 

Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang terkandung didalamnya, baik di darat maupun dilaut. Indonesia sendiri merupakan negara yang letaknya bisa dibilang strategis. Karena seperti yang kita ketahui, bahwa letak Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia. Juga terletak di antara dua samudera, yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik. Dari situlah negara kita dikenal dengan julukan negara maritim dan negara agraris. Agraris sendiri merupakan sektor dibidang pertanian. Mengapa Indonesia dikenal dengan julukan demikian ? karena Indonesia mempunyai wilayah perairan yang sangat luas, juga sebagian besar penduduk di Indonesia bekerja di sektor pertanian dan bermata  pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam.

Wilayah Indonesia yang kaya akan sumber daya alam menjadi alasan mengapa negara kita harus mengolah serta memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia. Petani mempunyai sesuatu hal yang penting bagi negara agraris untuk turut serta berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia sendiri masih memegang peranan penting guna meningkatkan ekonomi serta ketahanan pangan negara. Bukan hanya itu, Indonesia juga mempunyai hasil perkebunan yang melimpah, seperti tembakau, kelapa sawit, karet, kopi, hingga tebu. Maka dari itu, kita patut melestarikan keberadaan petani di Indonesia agar pertanian kita tak hilang tergerus jaman. Juga agar pertanian kita terus berkelanjutan dan semakin berkembang.

Situasi pandemi saat ini mengharuskan pemerintah untuk mengeluarkan beberapa kebijakan. Beberapa kebijakan tersebut malah dinilai dapat merugikan keberadaan petani. Seperti yang dapat kita lihat, di wilayah Jawa Tengah, tepatnya Temnggung. Petani di daerah Temanggung beberapa waktu yang lalu, memanen hasil pertanian yang menjadi ciri khas daerah Temanggung, yaitu tembakau. Tembakau menjadi hal yang bisa dibilang krusial. Mengapa, karena harga jual tembakau dapat memberikan berdampak langsung dengan berbagai lini kehidupan masyarakat Temanggung. Mulai dari sektor pertanian,ekonomi, hingga social masyarakat.

Terjadi kebimbangan

Sebelum itu sekitaran awal tahun, petani di daerah Temanggung juga mulai memanen bawang putih. Dimana bawang putih dan merah ini menjadi komoditas utama yang ditanam petani Temanggung setelah tembakau. Akan tetapi, harga jual hasil panen bawang putih tak seperti yang di inginkan. Nyatanya harga jualnya terjun bebas dibandingkan tahun tahun yang lalu. Bahkan hasil panenannya pun tak laku terjual karena para pengepul atau penangkar bawang putih tak berani berspekulasi dimasa pandemi ini. Ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang justru malah melakukan impor bawang dari luar negeri. Hal itu membuat kebingungan petani kita, karena pemerintah merencanakan untuk swasembada bawang putih tapi malah pemerintah mengimpor bawang dari luar.

Seperti jatuh tertimpa tangga pula

Banyak petani mengeluhkan situasi saat ini. Situasi COVID  ini dinilai menyulitkan petani dalam penjualan hasil panen milik mereka, diantaranya bawang putih dan tembakau. Mereka mengeluhkan seperti keberadaan petani kita saat ini tak ada artinya. Karena dalam proses penjualannya petani harus mengeluarkan modal besar yang bisa dibilang tak sebanding dengan hasil yang nanti akan mereka dapatkan. Mulai dari kesulitan modal di awal produksi, terdapat berbagai jenis tes guna menekan keberadaan Virus COVID-19 sebelum memasuki area gudang, dan lain sebagainya.  Berawal dari COVID  itulah harga beberapa hasil panen petani menjadi tak stabil bahkan hingga terjadi penurunan harga secara drastis. Tak terkecuali dengan tembakau ini. Karena pada tahun-tahun sebelumnya, tembakau menjadi harapan terbesar bagi para petani.

Karena adanya penurunan harga jual tembakau tersebut memberikan dampak yang luas dikehidupan masyarakat Temanggung. Mulai dari sepinya pasar yang dikarenakan adanya penurunan tingkat minat beli yang terjadi dimasyarakat. Apalagi setelah musim tembakau selesai, musim tanam berganti. Untuk petani daerah Temanggung sendiri akan mulai menanam tanaman baru, biasanya tanaman bawang merah dan bawang putih. Sedangkan harga benih bawang merah sendiri saat ini lebih mahal dibandingkan harga benih tahun lalu. Sehingga, para petani makin kesulitan untuk menjangkaunya. Ditambah lagi, mereka mengalami trauma karena anjloknya harga jual bawang putih.

Mereka dilema dan mengalami berbagai kesulitan, apakah uang hasil yang didapat dari tembakau digunakan untuk membeli benih tanaman baru atau menggantinya dengan benih tanaman lain yang lebih terjangkau. Beberapa diantara mereka memilih menggantinya dengan tanaman lain, dan ada juga yang memilih mengurangi jumlah kapasitas barang biasanya. Selain itu ada juga yang beranggapan lebih baik tak menanami lahan mereka, karena mereka beranggapan bahwa nantinya harga jual hasil panen mereka akan rendah seperti waktu-waktu lalu. Lain halnya jika harga jual tembakau seperti tahun-tahun yang lalu. Berapapun harga benih yang akan ditanam pada musim tanam setelah tembakau pasti akan dibeli. Dan tingkat beli masyarakat terhadap barang yang lain juga pasti akan meningkat.

Dari situ, timbullah berbagai pertanyaan, mengapa bisa harga tembakau seanjlok ini dan hasil panen petani Temanggung tak ada harganya, Lalu bagaimana dengan peran pemerintah sendiri saat petani yang seharusnya mendapatkan “pulihan” dari gagalnya panen bawang waktu lalu.

Mengetahui akan keluhan tersebut, Bupati Temanggung M. Al Khadziq berupaya melakukan pendekatan ke gudang pembelian tembakau yang merupakan perwakilan pabrik rokok di Temanggung (jateng.antaranews.com, 17/10/20)

Setelah itu beberapa waktu yang lalu, petani tembakau kita melakukan aksi demo yang rencananya akan dilakukan di Ibu Kota. Sayangnya sebelum hal itu terjadi, sudah mendapat respon dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Beliau berjanji untuk menyampaikan keluh kesah para petani kepada bapak Presiden.

Sayangnya, hingga saat ini pemerintah belum juga memberi solusi yang tepat untuk para petani guna meningkatkan harga jual tembakau. Akan tetapi pemerintah dan juga beberapa pihak terkait menawarkan pilihan yang lain yaitu dengan memberikan bibit bawang putih kepada beberapa kelompok tani yang tersebar diberbagai daerah di Kabupaten Temanggung. Hal itu diharapkan dapat sedikit mengurangi beban petani yang juga bertujuan agar Indonesia dapat kembali mencapai swasembada bawang putih yang akan diwujudkan ditahun mendatang. Dan yang paling penting, pemerintah tak perlu mengimport lagi bawang putih dari luar karena kebijakan tersebut justru sangat merugikan kaum tani.

Bagikan :

Tambahkan Komentar