Oleh: Prasetyo Hestina Anggraeni
Mahasiswa Ekonomi Syariah INISNU Temanggung
Teori yang menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk sosial tidak akan
pernah hilang dari kehidupan. Bagaimanapun perubahan yang terjadi, manusia
tetaplah membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain. Bahkan dalam era modern
di mana teknologi berkembang pesat, tidak menjadikan manusia egois dan memilih
dunianya sendiri. Justru kemajuan teknologi komunikasi ini mereka manfaatkan
untuk tetap berkomunikasi melalui dunia maya dengan berbagai platform media
sosial yang ditawarkan.
Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga merupakan makhluk ekonomi yang
senantiasa memenuhi tujuan eknomi sesuai perannya. Peran seseorang dalam
kehidupan ekonomi yakni sebagai produsen, distributor, dan konsumen. Dalam
perannya sebagai produsen, seseorang tidak hanya membuat sebuah produk. Akan
tetapi juga memikirkan bagaimana cara agar produknya dikenal dan sampai di
tangan konsumen, singkatnya bagaimana produk tersebut dipasarkan.
Produsen tidak selalu merujuk pada perindustrian besar seperti pabrik-pabrik
dengan gedung tinggi. Di bawahnya ada juga bentuk usaha kecil seperti UMKM
(Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dan yang lebih kecil lagi adalah Usaha Ultra
Mikro yang umumnya diolah perorangan. Jika kita temui pedagang asongan atau
pedagang dengan gerobak di motornya, mereka bisa dikategorikan dalam pelaku
usaha tingkat ultra mikro. Karena skala usahanya tingkat ultra mikro, dari
proses produksi hingga penjualannya pun dilakukan secara mandiri. Berbeda
dengan produsen-produsen kelas besar yang memiliki sistem manajerial yang
terpisah sehingga dari proses produksi hingga pemasaran dilakukan dan diawasi
oleh berbeda orang.
Dalam menawarkan produk, pengusaha besar mungkin tidak ambil pusing mau
mengiklankan di mana karena secara relasi, finansial, dan persiapan lainnya
sudah matang. Berbeda sangat jauh apabila dibandingkan dengan pelaku usaha
kelas ultra mikro. Jika melihat pernjual keliling yang sering ditemui, mereka
tidak melakukan promosi-promosi seperti usaha lain. Akan tetapi hanya langsung
berkeliling menjajakan jualannya ke tempat-tempat yang sedang ramai atau dari
kampung ke kampung. Cara pemasaran yang seperti ini bergantung pada
keberuntungan dan bisa saja berujung pada kerugian apabila pemasukan tidak
sebanding dengan pengeluaran baik dalam pembelian bahan hingga modal untuk
keliling.
Ketidakpastian pemasaran seperti di atas merupakan permasalahan yang sering
dijumpai. Bisa saja kualitas produk ataupun pelayanan jasa yang ditawarkan
sudah sangat bagus. Yang menjadi permasalahan ialah kurangnya media untuk
memperkenalkan produk. Pelaku usaha kecil harus mencari sendiri solusi untuk
usahanya. Tidak jarang produsen berusaha menciptakan suatu ciri khas agar
konsumen bisa mengenali atau ada yang berkesan dengan produknya. Suatu ciri khas
tersebut bisa ada dalam cita rasa, kemasan produk, dan pelayanan serta harganya
yang relatif miring.
Media periklanan masa sekarang sudah beragam dan mudah dijangkau.
Mengiklankan tidak hanya dengan membuat baliho dan memasang reklame. Kehadiran teknologi
yang maju dan era industri 4.0 yang berbasis IoT (Internet of Things)
membuat pemasaran produk apapun mudah dilakukan. Baik dari pelaku usaha kelas
pabrik besar maupun kelas ultra mikro seperti contoh di atas sama-sama memiliki
ruang untuk menawarkan produknya bahkan dengan cara-cara kreatif.
Masyarakat sekarang sudah akrab dengan aplikasi toko online, bahkan sudah
otomatis terpasang di gawai masing-masing. Pelayanan pesan antar juga sudah
banyak disediakan dari berbagai platform toko online. Sehingga penjual tak lagi
harus turun ke jalan, melainkan hanya tinggal mengunggah detail produknya dan
menunggu orderan masuk saja.
Yang lebih mudah dijangkau lagi adalah memasarkan melalui media sosial.
Media sosial merupakan ladang subur untuk menawarkan sebuah produk karena
kondisi masyarakat saat ini tidak yang bisa lepas dari penggunaan media sosial
dan keinginan mereka untuk eksis. Dari media sosial ini pelaku usaha bisa
membidik sendiri mana sasaran atau target yang tepat untuk ditawarkan produknya
sesuai dengan usia, ketertarikan dan lain-lain. Produsen bisa menganalisa dan menentukan
sendiri apakah ia akan mengikuti tren yang sedang berjalan atau berinovasi
sendiri, menciptakan tren dengan memproduksi barang baru yang berbeda dan
tentunya bisa menarik minat konsumen.
Setelah analisa mandiri tersebut baru lah produsen mengunggah produknya.
Dalam unggahan produk bisa disertai dengan desain grafis yang menarik,
perpaduan warna yang cantik, caption lucu, ataupun penawaran-penawaran
menarik lainnya agar konsumen tergiur. Dan jangan lupa menampilkan testimoni
juga sebagai bukti dan untuk menarik kepercayaan untuk pelanggan baru. Selain
produk makanan, produk lain ataupun jasa juga bisa diiklankan melalui status. Sosial
media memang solusi terbaik pemasaran usaha ultra mikro saat ini, akan tetapi
yang perlu digaris bawahi dari pemasaran melalui media sosial ini adalah relasi
dan persaingan harga. Walaupun terlihat santai, nyatanya penjual juga harus pandai-pandai
mencari sasaran dan mengambil hati konsumen.
Tambahkan Komentar