Ilustrasi Republika

Oleh : Erwin Widiyanto

 

Sebagai seorang mukmin, tak salah dan sudah menjadi keharusan bagi kita untuk menjadikan Rasullulah SAW sebagai sosok yang menjadi panutan, sosok yang dijadikan cermin dalam mengarungi kehidupan ini. Bagaimana tidak? Dalam diri Rasulullah, terdapat semua kebaikan, kemulyaan dan keluhuran. Bahkan tidaklah kebaikan itu kongkrit dan wujud melainkan pasti Rasululaah SAW ada di dalamnya. Hai ini telah disebytkan oleh Habib ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam Maulid Simthud durarnya.

Beliau merupakan anugerah dari Allah dengan segala kesempurnaan baik dunia maupun akhirat, yang mana anugerah tersebut tidak pernah diberikan kepada siapa saja, baik dari umat sebelum Rasulullah SAW diutus maupun sesudahnya. Beliau merupakan sosok pemimpin yang sangat disegani oleh sahabat-sahabat beliau yang mulia. Bahkan orang-orang yang memusuhi beliaupun mengaguminya. Berapa banyak orang-orang yang tadinya membenci Rasulullah SAW dan ajaran yang dibawanya, kemudian menajdi tunduk, pasrah dan menyerahkan dirinya kepada Rasulullah SAW, sebutlah Abu Sofyan, Ikrimah bin Abu Jahal, Suroqoh dan masih banyak lainnya. Hal ini tidaklah lepas dari kebaikan-kebaikan dan akhlak beliau yang tiada bandingannya di dunia ini.

Gaya kepemimpinan yang ada pada diri Rasulullah SAW termasuk salah satu pesona yang sangat indah untuk dikaji. Bagaimana cara beliau memimpin, bagaimana cara beliau memperlakukan para sahabatnya yang menjadi mitra dalam berdakwah, bagaimana cara Rasulullah mencapai visi dan misinya, dan masih banyak lagi. Setidaknya ada 4 hal yang bisa kita jadikan pertimbangan untuk bisa menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dan bisa memanusiakan manusia.

Menjadi  teladan / Role Model

Menjadi seorang yang bisa menjadi panutan, teladan dan contoh tidaklah segampang mengucapkan dan membalikkan telapak tangan. Hal ini bisa dilihat dari keseharian Rasulullah SAW yang selalu melakukan apa yang beliau sampaikan kepada para sahabat beliau. Melansir dari artikel DKJN Jawa dan DIY disebutkan bahw aciri khas dari pemimpin yang bisa dijadikan teladan adalah seorang pemimpin yang berkarakter kuat, mempunyai sikap disiplin yang tinggi, jujur, berkomitmen, memiliki kepedulian dengan sesama, memiliki kualitas dan melayani. Kalau kita mau mengkaji biografi Rasulullah SAW maka kesemua ciri itu pasti ada pad adiri Rasulullah SAW. 

Menjadi Pemimpin dan Bukan Menjadi Bos

Prinsip yang mendasar antara pemimpin dengan bos adalah cara berpikir dan bagaimana pendekatan yang dilakukan. Sebagai contoh, kebiasaan seorang bos pada umumnya adalah lebih sering memberi perintah, sedangkan seorang pemimpin menggunakan pendekatan dengan ajakan.

Hal ini bisa kita lihat saat akan terjadinya perang Khandaq pada masa Rasulullah SAW di Madinah. Perang khandaq adalah perang dengan menggunakan parit sebagai sitem pertahanannya. Pekerjaan ini amat sangat berat karena belum pernah dikenal dan didengar oleh orang-orang arab dalam peperangan mereka. Semua orang terlibat langsung dalam pembuatan parit yang mengitari kota Madinah. Mereka mulai menggali parit di sebelah utara Madinah , dari arah timur sampai ke barat. Mereka memulai dari sana dikarenakan arah itu merupakan daerah yang tidak terbentengi karena berada di belakang kota Madinah. Rasulullah SAW pun turut turun membuat parit, dan bukan hanya menyaksikan para sahabat bekerja.

Proaktif dan Visioner

Rasulullah SAW merupakan sosok yang proaktif dan juga mempunyai inisiatif. Untuk menjadi seorang yang visioner, kita bisa melihat pada peristiwa perang Khandaq kembali, di mana pada saat para sahabat menggali parit, selain Rasulullah ikut berjibaku membuat parit, beliau menyuntikkan semangat dengan mengatakan kepada para sahabat bahwa Yaman, Persia, dan Romawi akan takluk dan jatuh ke tangan Muslimin. Di mana ke tiga tempat itu merupakan simbol kejayaan dan peradaban pada masanya.

Mau Mengakui Kesalahan dan Memberikan Apresiasi

Berani mengakui kesalahan adalah adalah sebuah sikap terpuji dan gentle, berani mempertanggungjawabkan atas apa yang telah diperbuatnya, bukan malah menyembunyikannya. Tak sedikit pemimpin yang justru mencari kambing hitam atas kesalahn yang telah diperbuatnya. Dibutuhkan jiwa yang lapang dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggilah yang mampu melakukannya. Begitulah yang ditampakkan oleh Rasulullah SAW. Meskipun beliau adalah orang yang terlalu tinggi derajatnya, namun beliau justru malah mengakui terhadap kekhilafan yang diperbuat.

Sebuah kisah yang dinukil dari sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Nasa’i, saat Rasulullah Saw membagi-bagikan hadiah kepada sahabat-sahabat beliau. Secara tak sengaja, pelepah kurma yang dibawa Rasulullah SAW jatuh dan mengenai salah seorang sahabat hingga menjerit kesakitan. Apa yang terjadi kemudian? Rasulullah SAW memanggil sahabat tersebut dan meminta agar perbuatan yang tidak sengaja tadi dibalas kepada Rasulullah SAW. Tentu saja sahabat tersebut tidak mau.ia pun mengaku sudah memaafkan perbuatan yang tidak sengaja dari Rasulillah SAW.

Masih banyak sebenarnya kejadian-kejadian yang menunjukkan akan kepemimpinan Rasulallah SAW yang begitu mulia.

Mahasiswa INISNU Temanggung Jawa Tengah.

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar