Oleh Mohamad Yunus

Mahasiswa PAI 8C Inisnu Temanggung

Khidmah tanpa batas memiliki makna melakukan aktivitas yang khasanah, berdedikasi dan memberikan pelayanan ekstra, terarah, terukur yang didasari rasa keikhlasan, kerelaan dan ketulusan. Dalam berkhidmah tanpa batas kaum Anshar dan Muhajirin selalu berpegangan dan meneladani sifat baik Rosululloh yaitu nilai kejujuran, amanah, syiar, kecerdasan.  Jika khidmah ini diteladani dilakukan dengan  baik dan benar di era modern ini maka akan memperoleh keberkahan hidup. Khidmah tanpa batas yang dilakukan kaum Anshar dan kaum Muhajirin begitu luar biasa diceritakan baik dalam AlQuran maupun diceritakan oleh para alim ulama .

Adapun Khidmah tanpa batas kaum Anshar berupa nilai kejujuran, amanah, syiar, kecerdasan.yang dilakukan terhadap kaum Muhajirin adalah kaum Anshor menerima dengan ikhlas kedatangan kaum Muhajirin yang hijrah bersama Nabi SAW dari Mekkah. Bahkan kaum Anshor dengan jujur, rela, tulus memberikan tempat tinggalnya, hasil panennya. Nasehat Rosullulloh  terhadap kejujuran kaum Anshar yang berkhidmah melakukan kebaikkan khasanah memberikan separuh hasil panen terhadap kaum Muhajirin itu agar seperlunya saja. Artinya Rosululloh mengajarkan kecerdasan kepada kaum Anshor, dalam hal ini kaum Anshor tidak hanya berbagi hasil panen, tapi kaum Anshor mengajari kaum Muhajirin caranya bercocok tanam.  Kaum Anshor dengan memberikan tempat tinggal terhadap kaum Muhajirin ini berarti memberikan sarana untuk syiar dakwah secara Amanah memberikan keamanan dan kenyamanan. Sebenarnya banyak sekali kisah Khidmah yang dilakukan kaum Anshor dalam menegakkan panji Islam terhadap kaum Muhajirin termasuk amanahnya Kaum Anshar dan Muhajirin yang berpegang teguh pada perjanjian Madinah atau Piagam Madinah.

Di era modern ini apakah masih relevan khidmah tanpa batas ala Anshor dan Muhajirin? Di era modern ini tidak lepas dari namanya organisasi baik itu keluarga, masyarakat, negara maupun yang formal ataupun nonformal. Khidmah tanpa batas sangatlah realistis di era modern ini diaplikasikan kedalam berkehidupan berorganisasi. Mengutip ungkapan Sayidina Ali RA :” Sesuatu yang jahat yang terorganisir akan mengalahkan sesuatu kebaikan yang tidak terorganisir.” Jadi Khidmah dalam berorganisasi ini sangat pas sebagai tempat untuk mengaplikasikan. Lantas bagaimana cara mengaplikasikan khidmah  tanpa batas ala Anshar dan Muhajirin di era modern ini ke dalam organisasi? Tentunya cara ini dalam satu kesatuan:  Pertama, personal-personal yang menjadi satu dalam suatu organisasi adalah pribadi-pribadi yang sangat menggenggam teguh komitmen dan konsistensi dalam berorganisasi, dalam hal ini struktur yang mendukung komunitas organisasi. Oleh karena itu, tekanan yang menimpa secara mental dan fisik tidak menggoyahkan visi personal seperti halnya kaum Anshor dan Muhajirin dalam memegang teguh panji Islam. Semisal sebagai contoh pengaplikasian khidmah tanpa batas ini, katakanlah organisasi ini bernama “Organisasi A”. Anggota organisasi A ini memiliki personil anggota berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda, partai yang berbeda. Salah satu kunci agar tetap langgeng di dalam organisasi A maka setiap anggota menggenggam teguh komitmen visi misi yang dibuat ketika berada di dalam organisasi A tersebut. Maksudnya ketika berkumpul menjadi satu di dalam Organisasi A, jangan lupa untuk melepaskan sebentar dulu partainya maka tanggalkan seragamnya, tanggalkan partainya agar  tidak terjadi politik kepentingan. Jadi bisa disimpulkan “ Organisasi A tidak kemana mana dan ada  dimana mana.” .

Kedua,  cara khidmah tanpa batas era modern ala Anshar dan Muhajirin dengan nilai kejujuran. Jujur dalam organisasi, contohnya jujur ​​ketika menyuarakan pendapat, laporan, jujur ​​dalam hal keuangan, jujur ​​dalam menilai prestasi, dan sebagainya. Kejujuran berkaitan dengan perkara moral, realitas, dan fakta. Jadi, masalah kejujuran pada dasarnya bertolak dari hati nurani seseorang. Jujur mempoisikan sebagai personal anggota, tidak adu domba, tidak memecah belah. Sebagai itibar kejujuran, mencontoh kejujuran Kaab bin Malik yang merupakan kaum Anshar yang jujur, mengakui kesalahan, bertaubat, memohon maaf dan pengampunan. Jujur bahwa masuk dalam Organisasi A ini berkhidmah itu bukan untuk nimbrung hidup (nggolek pangan) tapi benar- benar Khidmah untuk kemaslahatan. Jikapun tanpa disadari dapat kehidupan di organisasi A ini, itu merupakan bonus suatu keberkahan yang terpenting jujur dalam berniat, niatnya semata mata mencari keberkahan hidup. Semisal Pendiri Organisasi A ini mengatakan:” Yang mau merawat organisasiku, kuanggap sebagai muridku” ini artinya kalau sudah mau merawat organisasinya sudah masuk organsisanya, bukan berarti jadi murid terus tidak belajar. Maka jujurlah kepada diri dan kepada orang yang menganggap murid tadi, selayaknya dan sepatutnya tetpa mempunyai kewajiban untuk belajar. Karena kodratnya seseorang itu dianggap sebagai murid itu harus tetap belajar dan bukan seenaknya sendiri kalua sudah diakui jadi murid lantas tidak mau belajar. Itulah pentingnya kejujuran dalam berorganisasi. 

Ketiga,  cara khidmah tanpa batas era modern ala Anshar dan Muhajirin dengan Amanah. Amanah dalam berorganisasi itu berarti kepercayaan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, memberikan jabatan kepada orang yang berhak menyandangnya, menyerahkan tugas kepada orang yang berhak menyandangnya, menyerahkan tugas kepada orang yang sentiasa berusaha untuk meningkatkan potensi untuk tugas yang diberikan yaitu pada ahlinya. Melaksanakan tugas pokok dan fungsi jelas merupakan amanat yang besar, maka tidak semua orang dapat melaksanakannya. Tetapi jika personal anggota dapat melaksanakannya, maka keberkahan didapat. Semua Amanah untuk saling kerjasama, saling menguatkan. Ketika ada berhalangan dengan tupoksinya maka personil anggota yang lain siap membantu dan menggantikan posisinya, dan tidak menyebar suudzon maupun fitnah. Agar tidak terjadi Prasangka dan fitnah selalu mengutamakan tabayun serta komunikasi yang baik.   Personal anggota yang beraktivitas di dalam struktural saling menguatkan dan yang di luar structural dilestarikan  bersama -sama seperti halnya kultural yang baik dan tidak perlu adanya pertentangan. Seperti halnya kaum Anshar ynag memiliki kultur luhur, amanah menjaga toleransi, keamanan dan kenyamanan bersama dengan kaum yang lain.     

Keempat,  cara khidmah tanpa batas era modern ala Anshar dan Muhajirin dengan syiar. Syiar dalam berorganisasi ini bertujuan membentuk personil yang teguh iman, berakhlak dengan syariat yang disyariatkan oleh Allah SWT dan berakhlak mulia. Diharapkan individu manusia menjadi muslim sepenuhnya dari ujung rambut hingga ke tapak kaki sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT. Tujuan lain membentuk keluarga bahagia, penuh kedamaian dan kasih sayang antara sesama keluarga. bertujuan membentuk masyarakat sejahtera yang penuh dengan suasana Islam. Dan menjadi masyarakat yang anggotanya mentaati peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam sekitar, tolong-menolong, penuh rasa persaudaraan, tanpa diskriminasi dan eksploitasi, tolong-menolong, dan hormat-menghormati. Dalam hal ini itibar dari kisah Anshar, dengan membingkai kaum Muhajirin dan Anshar dalam dakwah, Nabi Muhammad SAW mengajar kita bahwa sesama Islam adalah seperti saudara.

Kelima,  cara khidmah tanpa batas era modern ala Anshar dan Muhajirin dengan kecerdasan. Kecerdasan dalam berorganisasi maka personal anggota pada umumnya dan pemimpin pada khususnya bukan saja dituntut menguasai kemahiran teknik dan kemahiran komunikasi saja, tetapi juga mempunyai kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi yakni kemahiran personal manusia yang diperlukan untuk mengenal pasti dan mengurusi emosi dalam diri sendiri dan orang lain istilahnya mengenali emosi diri dan personal lain. Kecerdasan emosi adalah penting karena  merupakan kemahiran yang menggambarkan betapa mampu seorang pemimpin memahami dirinya dan menyatakan sikapnya, serta memahami orang lain dalam perhubungan sosial. Pemimpin yang hebat bukan saja bisa membawa emosi pribadi, tetapi juga bisa mempengaruhi orang lain untuk melakukan perkara yang sama. Memanajemen emosi membantu mengatasi tekanan kerja, menjaga tetap fokus dan mempertahankan prestasi. Membawa perasaan positif memberikan tenaga untuk menjaga keyakinan dan kepercayaan. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus berusaha untuk memberikan aura emosi yang positif kepada pengikutnya bagi membina organisasi yang kokoh, berkelanjutan dan langgeng. Sebaliknya, perasaan negatif memberi kesan negatif dan dapat meruntuhkan semangat pasukan personal dalam organisasi. Maka, tugas pemimpin adalah menjaga perasaan negatif seperti kecewa, sedih, marah, benci, dan bimbang, supaya tidak merebak dan menghancurkan semangat di dalam berorganisasi. Maka yang dapat ditiru dari kaum Anshor dengan kaum Muhajirin, Kaum Anshar memiliki kecerdasan dalam mengetahui, memahami, dan menilai diri sendiri dengan kedatangan Nabi SAW dan Kaum Muhajirin yang hijrah dari Mekah yakni mampu menempatkan posisi dirinya diposisi kaum Muhajirin yang membutuhkan pertolongan, Kecerdasan Kaum Anshar dalam mengawal diri, menyesuaikan diri, dan membina keyakinan dan optimism bahwa yang ditolong membawa keberkahan hidup. .Kecerdasan dibuatnya  Piagam Madinah dalam mengurus dan mempengaruhi orang lain, mengendalikan konflik, memotivasi, dan memberi inspirasi.kecerdasan dalam memahami orang lain, toleransi, empati, dan perkhidmatan yang dilakukan oleh kaum Anshor maupun Muhajirin dan penduduk Madinah secara keseluruhan. Maka dari pada itu sangat penting Khidmah dibarengi dengan kecerdasan agar tidak terjerumus  dalam kebahlulan.

Daripada ulasan khidmah tanpa batas era modern ala Anshar dan Muhajirin di atas, dapat dilihat bahwa kejayaan hidup seseorang pada dasarnya berorientasikan dan berdasarkan keyakinan dan kepercayaan. Oleh karena itu, marilah kita konsisten berkomitmen bekerjasama dalam kemaslahatan, bina nilai kejujuran, amanah, syiar dan kecerdasan agar  hidup menjadi berkah. dan jangan pernah mengkhianati orang, adu domba, memecah belah, suudzhon, fitnah. Maka tugas utama manusia dalam mencapai kejayaan ialah membina persaudaraan. Wa Allahu a'lam bi ash-Shawab.

 

 

 

 

    

Bagikan :

Tambahkan Komentar