Yogyakarta, TABAYUNA.com - Inklusif masih menjadi issu hangat yang terus diperbincangkan. Di Indoensia, makna inklusif ini masih diterjemahkan sama dengan anak berkebutuhan khusus, tak jarang penyebutan “anak inklusif” masih sering dijumpai. Sehingga justru membelokkan tujuan pendidikan inklusif untuk menghilangkan deskriminasi, labeling dan eksklusifitas.
Makna inklusif sebenarnya adalah memberikan kesempatan yang sama dan berkeadilan kepada semua orang untuk berpartisipasi dan terlibat aktif dalam lingkungan sosialnya. Ini merupakan salah satu pilar tujuan akhir Pendidikan “Learning to live together”, bahwa Pendidikan adalah untuk bisa saling bekerjasama dan hidup berdampingan satu dengan yang lain.
Mewujudkan profile lulusan mahasiswa PGSD UST yang salah satunya harus mampu menjadi kolaborator dalam mewujudkan Pendidikan untuk semua ini, perlu dan penting membekali mahasiswa dengan wawasan yang komprehensif, tidak hanya kuat secara teori namun juga gambaran nyata di lapangan.
Dra C. Indah Nartani, M.Pd. selaku Kaprodi PGSD UST menyampaikan bahawa kegiatan kuliah umum dengan mengundang praktisi ini secara rutin telah dilakukan dan diselenggarakan sejak tahun 2018 melalui prakarsa tim dosen Pendidikan inklusif bekerjasama dengan beberapa instansi sekolah dasar baik di wilayah Nasional maupun dengan ahli atau pakar dari luar negeri.
Kali ini, kuliah umum diselenggarakan di Ruang 102-104 Gedung PGSD UST dengan tema yang dibawakan terkait “How to create inclusive environment” pada Sabtu (27/5/2023). Sejumlah 300 oarng mahasiswa mengikuti kegiatan ini dengan pembagian 2 sesi yaitu sesi pagi dan siang. Mahasiswa diberikan wawasan menyeluruh terkait tiga ranah yang harus dibangun agar nilai-nilai inklusif tumbuh dan berkembang, ketiga ranah tersebut adalah kebijakan, budaya dan praktik.
Dinar Westri Andini salah satu dari tim dosen Pendidikan inklusif menyampaikan bahwa guru merupakan ujung tombak dalam memberikan tauladan dan membangun atmosfer kelas yang positif. Pemahaman dan pandangan guru yang positif dari setiap anak mampu membangun suasana kelas yang nyaman, aman dan menyenangkan bagi semua anak, karena setiap anak dipandang sebagai individu yang unik, berbeda, memliki potensi dan kapasitasnya masing-masing, sehingga setiap anak merasa diterima dan disambut dengan baik.
Visi dari PGSD UST sendiri adalah unggul dalam mengimplementasikan system among. Maka seorang pamong atau guru harus mampu memahami kodrat anak masing-masing sehingga pembelajaran yang dikembangkan dapat menumbuhkan jiwa merdeka dari semua anak. Setiap anak diberikan kesempatan yang sama dan berkeadilan untuk bisa mencapai prestasinya sesuai dengan potensi dan kapasitasnya masing-masing. Inilah nilai-nilai yang harus diimplementasikan dalam praktik Pendidikan inklusif. Pada akhirnya tidak ada satu orangpun tertinggal di belakang “no one left behind”. (*)
Tambahkan Komentar