Oleh: Santi Amaranggani Putri

Mahasiswa PIAUD INISNU Temanggung 

Anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotipi. Gangguan perkembangan yang terjadi pada anak-anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.

Bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan dan tutunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Program bimbingan dan konselig dapat pula diaplikasikan guna penanganan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, terutama pada anak autis. Karena anak autis memiliki masalah yang sama bahkan lebih kompleks dari anak normal.

Tujuan pembinaan TK untuk anak berkebutuhan khusus adalah agar anak mencapai penyesuaian dan perkembangan yang optiamal sesuai dengan kemampuan, bakat dan nilai-nilainya melalui dukungan dan nasihat. Masalah dengan tujuan konseling anak autis adalah memberikan kompensansi yang positif atas kekurangan dan kelainan anak. Dengan adanya lanyanan bimbingan konseling diharapkan anak autis tidak terganggu dengan kelainannya.

Karakteristik pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan orang lain. Bagian dari kelainan Spektrum Autisme atau Autism Spektrum Disorder (ASD) dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasif Development Disorder (PDD). Bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal, dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang Autisme.

Penyebab autis menurut ahli disebabkan oleh multifaktoral. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat disebabkan gangguan kejiwaan, ada yang berpendapat disebabkan oleh kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang kemudian berdampak pada tingkah laku dan fisik autis.

 

 

 

Dalam kaitannya pemberian bimbingan dan konseling pada anak autis ini, ada beberapa cara yang dapat dilkukan untuk mengatasi perilaku implusif pada anak autis yaitu,

Metode ABA (Applied Behavioral Analysis) Terstruktur, Kurikulum jelas dan dapat terukur.

Masuk Kelompok Khusus (menjalani in tervensi dini dengan baik).

Pemberian Obat.

Penggunaan Alat Bantu (Visual)

Terapi-terapi lainnya.

Peran Bk bagi Anak Autis

Teknik-teknik bimbingan menurut Mortensen dan Schmuller (1984) mencakup observasi, pengetesan, studi kasus, wawancara, catatan komulatif, autobiografi, pertemuan dengan orang tua.

Auitsme membutuhkan alat agar dirinya mampu mengatasi hambatan-hambatan yang dialaminya dan mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.

Pelayanan bimbingan dan konseling bagi anak autis akan amat erat dengan pengembangan kecakapan hidup sehri-hari yang tidak akan terisolali dari konteks.

 

 

 

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar