Oleh : Candra Wati

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung

Stratifikasi sosial adalah fenomena yang tersebar luas di berbagai masyarakat di seluruh dunia, termasuk di masyarakat Islam. Stratifikasi sosial adalah hierarki atau tingkatan yang terbentuk dalam masyarakat berdasarkan perbedaan status, kekayaan, kekuasaan, dan kehormatan. Namun dalam pandangan Islam, stratifikasi sosial harus dilihat sebagai peluang untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan sosial, bukan sebagai alat untuk menindas atau merendahkan sesama manusia.

1. Konsep kesetaraan dan keadilan dalam Islam

Islam menekankan konsep kesetaraan antara orang-orang tanpa memandang suku, ras atau keturunan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman bahwa semua manusia adalah keturunan dari pasangan yang sama, yaitu nabi Adam dan Hawa. Oleh karena itu, tidak seorang pun memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka lebih baik atau lebih buruk daripada orang lain karena latar belakang sosialnya.

Konsep keadilan dalam Islam ditekankan dan dijelaskan dalam banyak ayat Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad. Keadilan harus berlaku untuk semua aspek kehidupan, termasuk distribusi kekayaan, kekuasaan, dan kesempatan pendidikan. Stratifikasi sosial yang setara harus mencerminkan keadilan dan kesetaraan dalam pembagian sumber daya dan hak sosial.

2. Tanggung Jawab Sosial dalam Islam

Islam mengajarkan manusia untuk saling peduli, membantu mereka yang membutuhkan dan berbagi dengan mereka. Dalam stratifikasi sosial, mereka yang lebih mampu memiliki tanggung jawab sosial untuk membantu dan memberdayakan mereka yang kurang beruntung. Zakat, infak dan sedekah merupakan kewajiban umat Islam untuk mengurangi ketimpangan sosial dan mengatasi ketimpangan ekonomi.

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadisnya bahwa orang beriman itu seperti satu tubuh, ketika satu bagian tubuh merasakan sakit, seluruh tubuh merasakannya. Pesan ini menekankan pentingnya kepedulian sosial dalam mempererat persaudaraan dan solidaritas antar sesama.

3. Bahaya kesombongan dan penindasan

Kelas sosial yang buruk terjadi ketika orang yang berada pada posisi yang lebih tinggi merasa sombong dan menganggap dirinya lebih baik dari yang lain. Kesombongan, sikap merendahkan orang lain dan tidak adil terhadap orang lain adalah dosa besar dalam Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Allah menyukai orang yang rendah hati dan tidak menyukai orang yang sombong. Penindasan kelas sosial juga merupakan tindakan yang tidak diterima dalam Islam. Masyarakat harus berusaha menciptakan sistem yang adil dan setara bagi semua anggotanya, tanpa memandang status sosial. Penindasan dan ketidakadilan sosial melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan dan nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan sosial Islam.

Menurut pandangan Islam, kelas sosial tidak boleh dijadikan sarana untuk menindas atau merendahkan sesama manusia. Sebaliknya, stratifikasi sosial harus dilihat sebagai peluang untuk menerapkan keadilan dan kepedulian sosial yang lebih luas. Konsep Islam tentang kesetaraan, keadilan dan tanggung jawab sosial harus menjadi dasar sistem sosial yang adil dan merata bagi semua anggotanya. Menurut nilai-nilai tersebut, masyarakat Islam dapat mencapai kemajuan dan keharmonisan dalam stratifikasi sosial berdasarkan keadilan dan kesejahteraan sosial.

Dari penjelasan stratifikasi sosial dalam segi pandang islam berikut adalah beberapa contoh stratifikasi sosial yang umum terjadi di masyarakat:

1. Stratifikasi Berdasarkan Kekayaan :

Stratifikasi sosial berdasarkan kekayaan atau status ekonomi merupakan hal yang lumrah dalam masyarakat. Kelompok yang lebih kaya umumnya memiliki peluang yang lebih baik untuk pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, pekerjaan yang baik, dan gaya hidup yang nyaman. Pada saat yang sama, kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi mungkin memiliki keterbatasan dan kesulitan dalam mengakses sumber daya tersebut.

2. Stratifikasi Berdasarkan Pekerjaan: 

stratifikasi sosial karena jenis pekerjaan atau jabatan. Profesi berstatus tinggi seperti dokter, pengacara, atau arsitek biasanya menawarkan prestise, penghasilan tinggi, dan kekuasaan. Di sisi lain, pekerjaan yang dianggap buruk, seperti Pekerjaan kecil atau tidak profesional, seringkali tidak mendapatkan penghargaan dan imbalan yang setara.

3. Stratifikasi Berdasarkan Pendidikan:

Pendidikan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi stratifikasi sosial. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, pendapatan yang tinggi dan posisi yang berpengaruh dalam masyarakat. Pada saat yang sama, mereka yang berpendidikan rendah mungkin memiliki akses dan peluang terbatas untuk pekerjaan dan pengembangan karir.

4. Stratifikasi Berdasarkan Kasta atau Sistem Kasta:

Beberapa masyarakat, terutama di India, masih mengikuti sistem kasta yang mengatur kelas sosial secara ketat. Sistem kasta membagi masyarakat menjadi kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kelahiran. Setiap kasta memiliki posisi, profesi, dan hak yang ditentukan secara hierarkis. Hal ini menyebabkan ketidakadilan sosial dan diskriminasi terhadap kelompok kasta yang lebih rendah.

5. Stratifikasi Etnis dan Ras:

Stratifikasi sosial juga dapat terjadi berdasarkan suku atau ras. Diskriminasi ras atau etnis dapat memengaruhi pendidikan, pekerjaan, perawatan kesehatan, perumahan, dan peluang lainnya. Kelompok minoritas seringkali mengalami perlakuan atau pembatasan yang tidak adil di berbagai bidang kehidupan sosial dan ekonomi.

Penting untuk dicatat bahwa contoh stratifikasi sosial ini mungkin berbeda di setiap masyarakat dan mungkin dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan sejarah  yang unik. Stratifikasi sosial juga dapat menimbulkan berbagai akibat yang dapat mempengaruhi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa konsekuensi yang dapat ditimbulkan oleh stratifikasi sosial:

1. Ketimpangan dan Kesenjangan:

Stratifikasi sosial dapat menyebabkan ketimpangan dan perbedaan dalam distribusi sumber daya, kekayaan, kekuasaan dan kesempatan antara kelompok sosial. Kelompok yang lebih tinggi dalam hierarki sosial mungkin memiliki akses yang lebih baik ke sumber daya dan peluang, sedangkan kelompok yang lebih rendah mungkin mengalami keterbatasan dan keterpinggiran.

2. Diskriminasi dan Ketidakadilan:

Stratifikasi sosial seringkali menimbulkan diskriminasi dan ketidakadilan terhadap kelompok-kelompok yang lebih rendah dalam hirarki sosial. Diskriminasi dapat terjadi berdasarkan kelas sosial, asal etnis, ras, agama atau jenis kelamin. Kelompok yang lebih rendah sering mengalami perlakuan yang tidak setara dalam pendidikan, pekerjaan, perawatan kesehatan dan keadilan.

3. Ketegangan dan Konflik Sosial:

Stratifikasi sosial yang tidak adil dapat menimbulkan ketegangan dan konflik sosial dalam masyarakat. Ketidakpuasan dan ketidakadilan yang dialami oleh kelompok yang lebih rendah dalam hierarki sosial dapat menimbulkan ketegangan yang mempengaruhi stabilitas sosial. Konflik sosial dapat muncul antara berbagai kelompok yang memperjuangkan hak dan kesetaraan.

4. Pembatasan Mobilitas Sosial:

Stratifikasi sosial yang tinggi dapat menghambat mobilitas sosial seseorang. Ketika strata sosial bersifat kaku dan tidak mudah berubah, individu dalam kelompok yang lebih rendah sulit untuk naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi. Hal ini dapat menimbulkan hambatan bagi pengembangan pribadi dan potensi individu, serta membatasi peluang untuk meningkatkan kondisi kehidupan.

5. Pengabaian Potensi Sumber Daya:

Ketika stratifikasi sosial mengarah pada ketidakadilan dan ketidaksetaraan, masyarakat mungkin kehilangan sumber daya manusia yang berharga. Individu yang lebih rendah dalam hierarki sosial mungkin memiliki keterampilan, bakat, dan potensi yang belum dimanfaatkan karena akses dan kesempatan yang terbatas.

Penting untuk dicatat bahwa efek stratifikasi sosial dapat bervariasi tergantung pada konteks sosial, budaya, dan sistem nilai masyarakat yang ada.          

Penting agar masyarakat bekerja sama untuk memerangi ketidakadilan sosial dan membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan setara untuk semua orang. Islam menekankan prinsip kesetaraan dan keadilan sosial. Islam percaya bahwa semua orang dilahirkan dengan hak yang sama, terlepas dari ras, etnis atau latar belakang sosial ekonomi. Itulah sebabnya Islam memiliki beberapa prinsip yang dapat membantu mengatasi stratifikasi sosial masyarakat. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Mengutamakan nilai keadilan:

Islam menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh anggota masyarakat. Setiap orang harus diperlakukan secara adil tanpa memandang status sosialnya. Distribusi properti yang adil, hak individu dan perlakuan sosial harus dihormati.

2. Pelaksanaan Zakat:

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang menganjurkan umat Islam untuk menyumbangkan sebagian hartanya kepada orang yang membutuhkan. Zakat membantu mengurangi ketimpangan sosial dan mendorong redistribusi kekayaan dari yang kaya kepada yang membuhtuhkan.

3. Menggalakkan sedekah:

Selain zakat, Islam menganjurkan umat Islam untuk bersedekah secara sukarela. Sedekah dapat membantu mengurangi ketimpangan ekonomi dan membantu mereka yang kurang beruntung.

4. Menghormati martabat manusia:

Islam mengajarkan pentingnya menghormati harkat dan martabat manusia tanpa memandang status sosial. Menghilangkan diskriminasi dan perlakuan tidak adil terhadap orang-orang dari latar belakang sosial yang berbeda adalah penting untuk mengatasi stratifikasi sosial.

5. Promosikan Pendidikan:

Islam menganjurkan setiap orang untuk mencari ilmu. Mempromosikan pendidikan berkualitas dan akses yang sama dapat meningkatkan peluang untuk meningkatkan status sosial. Ini membantu mengurangi kesenjangan antara kelompok sosial yang berbeda.

6. Penghapusan prasangka dan diskriminasi:

Islam menolak segala bentuk prasangka, diskriminasi dan penindasan. Umat ​Islam wajib memperlakukan setiap orang dengan baik dan menghormati hak-haknya tanpa memandang latar belakang sosialnya.

7. Amal:

Selain zakat, Islam juga mendorong umat Islam untuk terlibat dalam amal sukarela. Amal dapat membantu mengurangi ketimpangan ekonomi dan membantu mereka yang kurang beruntung.

8. Menghormati martabat manusia:

Islam mengajarkan pentingnya menghormati harkat dan martabat manusia tanpa memandang status sosial. Menghilangkan diskriminasi dan perlakuan tidak adil terhadap orang-orang dari latar belakang sosial yang berbeda penting untuk mengatasi stratifikasi sosial.

9. Promosikan pendidikan:

Islam menganjurkan setiap orang untuk mencari ilmu. Mempromosikan pendidikan berkualitas dan akses yang sama dapat meningkatkan peluang untuk meningkatkan status sosial. Ini membantu mengurangi kesenjangan antara kelompok sosial yang berbeda.

10. Penghapusan prasangka dan diskriminasi:

Islam menolak segala bentuk prasangka, diskriminasi dan penindasan. Umat ​Islam wajib memperlakukan semua orang dengan baik, tanpa memandang latar belakang sosial mereka, dan menghormati hak-hak mereka.

Stratifikasi sosial merupakan realitas di banyak masyarakat, namun menurut pemahaman Islam ada prinsip-prinsip yang penting untuk mencapai keadilan dan kesetaraan sosial. Islam menekankan perlunya menghormati hak-hak individu, memperjuangkan keadilan dan melawan diskriminasi berdasarkan status sosial. Zakat, sedekah, toleransi dan persaudaraan merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam Islam untuk mengatasi ketimpangan sosial dan membangun masyarakat yang adil dan setara. Dengan memahami prinsip-prinsip ini, kita dapat mengambil langkah positif melawan ketimpangan sosial dan mendorong persatuan dan kesetaraan dalam masyarakat kita. 


Bagikan :

Tambahkan Komentar