Oleh : Fariza Hafidz Febrian

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung, Pemerhati Pendidikan Sosial

Di dunia yang penuh dengan perbedaan, konflik, dan ketegangan antar kelompok, perjalanan dari fanatik menjadi pembela toleransi adalah cerita yang menginspirasi dan memotivasi kita untuk lebih memahami dan menghargai keberagaman. Kisah ini menggambarkan bagaimana seorang individu atau kelompok mampu mengubah sudut pandang fanatik menjadi agen perdamaian dan toleransi yang kuat.

Fanatisme menurut Orever dalam Laely (2020) adalah antusiasme yang tidak rasional dan cenderung berlebihan terhadap suatu hal atau sebagai pengabdian terhadap suatu teori, keyakinan, atau garis tindakan yang menentukan sikap emosional dan praktis tidak mengenal batas-batas.

Di sisi lain, Menurut Soerjono Soekanto, toleransi adalah suatu sikap yang merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap pihak lain yang tidak disetujui.Toleransi adalah pondasi bagi kerukunan sosial, harmoni, dan perdamaian dalam masyarakat yang beragam.

Penting untuk diingat bahwa toleransi bukanlah mengorbankan nilai-nilai atau keyakinan pribadi, tetapi lebih kepada kemampuan untuk hidup berdampingan dengan individu dan komunitas yang memiliki pandangan berbeda. Demikian ini adalah langkah pertama menuju pemahaman dan dialog yang konstruktif, yang pada gilirannya dapat membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Dalam bagian ini, kita akan memahami betapa pentingnya membedakan antara fanatisme dan toleransi. Serta mengapa perubahan dari fanatik menjadi pembela toleransi adalah suatu langkah yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat yang semakin beragam dan terhubung erat.

Perjalanan Fanatik Menuju Toleransi

Di desa kami yang penuh dengan kepercayaan Islam yang berbeda, terdapat seorang individu yang sebelumnya memegang pandangan fanatik. Namanya sebut saja adalah Ahmed. Ahmed adalah contoh dari seseorang yang sangat memegang keyakinan agama dan seringkali menilai pandangan orang lain dengan keras.

Ahmed tumbuh dalam keluarga yang menjalankan suatu bentuk Islam yang sangat konservatif. Ayahnya adalah seorang imam di masjid desa, dan dia telah dididik dengan keyakinan-keyakinan yang keras dan tidak toleran. Selama bertahun-tahun, Ahmed hidup dalam "gegana" fanatisme, menilai pandangan orang lain dan sering kali menyalahkan mereka yang memiliki kepercayaan yang berbeda.

Namun, hidup Ahmed mengalami perubahan besar ketika sebuah insiden dramatis terjadi. Suatu hari, desa kami menjadi saksi dari konflik hebat antara berbagai kelompok kepercayaan. Konflik ini menciptakan kekerasan dan kerusakan yang melibatkan banyak orang, termasuk teman-teman lama Ahmed.

Insiden ini menggoncang hati Ahmed dan mendorongnya untuk merenungkan pandangan fanatiknya yang selama ini dia pegang. Dia menyadari bahwa fanatisme tidak hanya merusak hubungan dengan orang lain, tetapi juga merusak dirinya sendiri. Ahmed merasa bahwa dia harus berubah, dan perubahan itu harus dimulai dari dirinya sendiri.

Ahmed mulai mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang kepercayaan yang berbeda di desanya. Dia mulai berbicara dengan tetangganya yang memiliki keyakinan yang berbeda dan mendengarkan cerita mereka. Hal ini membuka mata dan hatinya untuk melihat bahwa keberagaman kepercayaan adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat kami.

Selama bertahun-tahun, Ahmed berupaya untuk mempromosikan dialog antar komunitas, mengadakan acara bersama, dan mendirikan program pendidikan untuk membangun pemahaman yang lebih baik di antara penduduk desa. Dia berubah dari fanatik menjadi pembela toleransi yang kuat, yang berusaha menerangi desanya dengan pesan perdamaian dan harmoni.

Perubahan pandangan Ahmed tidak hanya terbatas pada pemikirannya, tetapi juga tercermin dalam tindakan dan sikapnya. Setelah menyadari pentingnya toleransi dan kerukunan dalam masyarakat yang beragam seperti desanya, Ahmed mulai mengambil langkah-langkah konkret untuk mempromosikan pesan toleransi.

Pertama-tama, Ahmed mulai memulai dialog terbuka dengan anggota masyarakat yang memiliki keyakinan agama yang berbeda. Dia mendengarkan cerita mereka, merasa empati, dan berusaha memahami sudut pandang mereka. Ini adalah langkah pertama yang penting dalam membangun pemahaman dan saling menghormati.

Selanjutnya, Ahmed dan beberapa pendukungnya mengadakan acara-acara bersama untuk merayakan perbedaan agama dan budaya di desa mereka. Pada acara-acara ini, warga desa berbagi makanan, musik, dan cerita-cerita dari berbagai kepercayaan mereka. Acara-acara ini membantu mempererat ikatan antar komunitas dan menciptakan rasa persatuan yang lebih kuat.

Tindakan-tindakan konkret ini adalah refleksi dari perubahan dalam sikap dan pandangan Ahmed. Dia telah berubah dari seorang yang fanatik dan keras kepala menjadi pembela toleransi yang tekun. Tindakan-tindakannya adalah bukti nyata bahwa individu dapat memainkan peran yang signifikan dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi dalam masyarakat mereka.

Melalui upayanya yang tekun, Ahmed telah menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan harmonis bagi masyarakatnya. Perubahan ini telah memberikan inspirasi bagi warga desa lainnya dan telah memberikan bukti bahwa perubahan dari fanatik menjadi pembela toleransi adalah mungkin dan sangat bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.

Tantangan, Kendala, dan Buah manis

Namun, perjalanan Ahmed menuju toleransi tidaklah mudah. Ada banyak tantangan yang dihadapinya di sepanjang jalan. Beberapa anggota masyarakat desa tetap skeptis terhadap perubahan ini, dan bahkan ada yang mencoba menghalanginya. Ahmed menghadapi resistensi dari beberapa kelompok yang masih mempertahankan pandangan fanatik.

Tantangan lainnya datang dalam bentuk ancaman terhadap keamanan pribadinya. Beberapa individu yang masih memegang pandangan fanatik merasa terancam oleh perubahan yang ia usung, dan dia menghadapi risiko bahkan ancaman fisik.

Meskipun Ahmed menghadapi kendala dan tantangan yang serius, tekadnya untuk mempromosikan toleransi tidak pernah pudar. Dia terus bekerja keras untuk membangun pemahaman dan kerjasama antar komunitas, bahkan ketika perjuangan ini seringkali melelahkan dan penuh resiko.

Ketekunan Ahmed dalam mempromosikan toleransi akhirnya membuahkan hasil yang positif. Hubungan antar komunitas di desa menjadi lebih harmonis, dan konflik yang dulu mengganggu tidak lagi mendominasi. Ahmed dan para pendukungnya telah menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap warga desa untuk merayakan perbedaan mereka dan hidup berdampingan dalam kedamaian.

Perubahan ini telah membawa dampak positif yang signifikan bagi desa. Ekonomi tumbuh, kehidupan sosial menjadi lebih kaya, dan masyarakat merasakan manfaat harmoni dan toleransi. Desa mereka telah menjadi contoh nyata bagi masyarakat lain, bahwa perubahan positif dan perjalanan dari fanatik ke pembela toleransi adalah mungkin dan sangat bermanfaat.

Kisah Ahmed dan perjuangannya yang inspiratif telah menginspirasi banyak individu di desanya dan di seluruh dunia. Ini adalah bukti nyata bahwa dengan tekad dan komitmen, perubahan positif dan perubahan dari fanatik ke pembela toleransi adalah mungkin, dan bahwa peran seseorang dalam mempromosikan perdamaian dan harmoni sangat berharga. Ahmed adalah contoh nyata bahwa satu orang dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam masyarakat. Dari fanatik menjadi pembela toleransi, Ahmed adalah bukti bahwa perubahan adalah mungkin dan sangat diperlukan.

Kisah Ahmed adalah contoh nyata bahwa perubahan dari fanatik menjadi pembela toleransi adalah mungkin dan sangat bermanfaat. Dari perjalanan hidupnya, kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga, seperti : perubahan dimulai dari diri sendiri, dialog dan empati adalah kunci, tantangan Akan selalu ada, pendidikan adalah investasi untuk masa depan, Satu individu dapat membuat perbedaan

Kisah Ahmed mengilhami kita semua untuk berkomitmen pada perubahan positif dalam masyarakat. Dari fanatik menjadi pembela toleransi, perubahan semacam ini adalah mungkin dan sangat dibutuhkan dalam dunia yang semakin kompleks dan beragam. Setiap individu memiliki peran penting dalam mempromosikan perdamaian, harmoni, dan toleransi. Dalam cerita Ahmed, kita menemukan harapan bahwa dengan tekad dan komitmen, kita semua dapat berubah menjadi agen perdamaian dan perubahan yang menginspirasi.

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar