Oleh Lina Nuraini

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung

Banyak hal positif yang mungkin bisa di tularkan kepada sesama. Jika, pemuda mampu berperan aktif dalam membantu membangun peradaban, bahkan menciptakan hal baru agar peradaban dalam lingkungan masyarakatnya lebih eksotik. Ranah serta wadah terkecil bagi umpan kepemudaan untuk ikut andil, aktif dengan berbagai kegiatan apapun serta peran pemuda hidup kembali tentu saja ialah masyarakat.

Masyarakat pada umumnya merupakan sekumpulan atau sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama, relative independen dan orang-orang di wilayah itu, dan memiliki budaya yang relative sama (Richard T.Schaefer dan Robert P.Lam, 1998). Sedangkan ahli lain ialah Soerjono Soekanto mengatakan bahwa Masyarakat merupakan sistem hidup bersama yang memunculkan kebudayaan dan keterikatan satu sama lain, di mana berbagai pola tingkah laku yang khas menjadi pengikat satu kesatuan manusia dan bersifat berkelanjutan.

Tertuanglah seluruh isi kepalaku akan hal yang sepantasnya menjadi tolok ukur serta pioneer masyarakat. Ya, tentu saja ialah pemuda. Dalam hal yang sudah kesekian kalinya bahwa pemuda adalah harapan bangsa, harapan masyarakat tentunya. Dengan bukti bahwa beberapa event selama saya alami, terlaksana dengan baik. Walaupun dengan tanda kutip masih  slombra-slombro” orang jawa bilang.

Dalam sebuah karya yang dirintis oleh beberapa mahasiswa dikampusku Temanggung. Sebuah Antologi Puisi. Salah seorang penyair menuangkan tulisannya dengan judul puisinya yaitu Generasi Pembaharu. Ia mengatakan bahwa :

Mari, pemuda !

Hilangkan mindset hidup penuh luka

Serbu kemenangan dalam majunya dunia

Jangan tertindas oleh hal-hal maya

Dalam karya beberapa mahasiswa yang menginspirasi saya ketika sekilas membaca terkait Generasi Pembaharu tersebut. Serta gobrakan bagiku dan membawaku berfikir dan bertekad untuk meneguhkan cita-cita luhur masyarakat desa setempat.

Tanpa sengaja ketika itu muncul dalam benak. Hambar rasanya jika pemuda tak mampu menampilkan sosoknya dalam kalangan masyarakat. “terbentuk sudah, terwadahi juga sudah, susah payah ketika akan berdiri. Namun kenapa seketika mati dan senyap tiada notifikasi sama sekali ?” batinku. Jika gusti tak memberikan pelajaran sehebat ini, mungkin apa yang selama ini jalani tak sedekat dengan orang-orang hebat disekelilingku.

Kembali pada sajak awal bahwa pemuda merupakan sebuah rumusan atau terobosan masyarakatnya. Lantas, apa sebab terkikisnya daya semangat dan juang dalam membangun, mempertahankan serta berkarya dalam membangun peradaban masyarakat secara bersama-sama.

Problematika penyebab mengikisnya semangat pemuda

Tiap orang memng memiliki banyak karakter tersendiri, memiliki karakter tersendiri pula. Namun dalam hal organisasi tidaklah bijak jika segala egois yang ada pada dirinya dituangkan kedalam wadah atau organisasi tersebut. Apalagi soal hati. Bukan hanya masalah hati saja mungkin yang hinggap pada jiwa manusia. Mungkin banyak problematika yang ada pada masing-masing orang.

Problematika pertama, persoalan hati. Masalah hati atau bisa dibilang Feeling in love memang hal yang wajar khususnya bagi para pemuda. Namun, cobalah pandang dengan semua sisinya. Dengan kata kunci “Cinta”, apakah bisa menyelesaikan segalanya ?. masalah hati memang sangat umum bagi semua orang pasti, khususnya bagi mudawan. Namun bijaklah dalam berorganisasi ketika kacau.

Problematika kedua yakni permasalahan ekonomi atau bisa dibilang dengan hal pekerjaan. Manusia didunia pasti dengan tujuan hidup disertai dengan berjuang dan berusaha. Dengan hal pekerjaan tersebut manusia dapat mempertahankan hidup serta dapat menghasilkan secuil dari kerja keras yang diperolehnya. Namun tak mungkin lupa akan kewajiban serta amanah yang telah diemban dalam organisasi tentunya.

Rasa kepemilikan mempunyai organisasi atau wadah itu sendiri. Menjadi problematika yang ketiga penyebab terkikisnya ataupun melunturnya kobaran semangat pemuda dalam memberdaya lingkungan khususnya lingkungan masyarakat. Rasa memiliki perlu adanya dan terlebih ditumbuhkan sejak memasuki wadah atau organisasi tersebut. Jika rasa kepemilikan itu tidak dimiliki pada setiap jiwa-jiwa muda untuk menjalankan sebuah misi atau tugasnya, ibarat sebuah rumah tak lama seseorang jika singgah pada suatu rumah namun kecintaan terhadap persinggahan tersebut tiada sedikitpun yang ia miliki kemungkinan besar orang itu tak lama akan meninggalkannya. Begitupun dengan organisasi. Dasar yang paling utama dalam menjalankan sebuah tugas atau amanah yang diberikan adalah rasa cinta atau kepemilikan dalam berorganisasi.

Aspek pendorong jiwa mudanya untuk bangkit

Beberapa problematika atau permasalahan pasti memiliki solusi yang dapat mencairkannya. Berlanjut dari sebuah problematika yang terakhir. Tidak lain menanamkan rasa kepemilikan. Rasa ini tumbuh serta dibangun sebelum mengenal adanya wadah itu sendiri. Jika seseorang berorganisasi tanpa didasari sebuah rasa memiliki, bosan akan selalu menghantui pemikiran serta jalan yang akan ditempuh kedepannya. Rasa memiliki sangat perlu dibangun pada setiap jiwa yang singgah dalam berorganisasi. Dengan dibangunnya rasa kepemilikan itulah organisasi akan berjalan sesuai dengan tupoksi dari organisasi itu sendiri.

Kurangi keegoisan dan dapat memanage segala persoalan. Karakter satu orang dengan orang yang lain tentulah sangat berbeda-beda bukan. Bukan hal yang mustahil ketika seseorang ditakdirkan oleh tuhannya mengemban beberapa amanah. Setiap orang pasti disibukkan akan hal pekerjaan atau hal lain yang tidak dapat kita tinggalkan. Namun dapat disiasati ketika banyak sekali hal yang harus setiap orang hadapi jika mampu mengatur sebuah waktu tanpa mengedepankan keegoisan yanga ada pada diri masing-masing individu.

Setelah rasa memiliki ditumbuhkan serta dapat mengatur waktu dn mengontrol egoisme pada setiap individu. Hal lain yang dapat mempertahankan keutuhan dan kemajuan sebuah organisasi adalah istiqomah. Hal yang pokok dalam menjalankan sebuah tugas atau emban yang akan dijalankan. Namun hal ini banyak orang beranggapan susah untuk dijalankan jika sudah mencapai batas istiqomah. Istiqomah atau berpegang teguh dalam keorganisasian dapat berjalan, bilamana kita ingat kembali terkait hal atau aspek yang pertama. Rasa memiliki atau kecintaan terhdap organisasi. Jika rasa kepemilikan telah terpatri pada diri seseorang yang telah ikut andil atau partisipasi dalam organisasi tersebut, tentu istiqomah seseorang akan mampu dijalankan oleh orang tersebut.

Ribuan jiwa, beragam sifat, sikap dan cara dalam lika-liku kehidupannya. Dan tentu saja sebagai insan ciptaan tuhan hanya mampu berdo’a, tawakal dan berusaha agar mampu mengahadapi segala kerumitan hidupnya. Maka sahabat, sebagai manusia bukan hanya sikap kepemilikan bagi dirinya saja yang terdepan, namun antar sesama baik kepada siapapun atau bahkan untuk segala kepentingan apapun serta dimanapun berada harus kita kukuhkan serta perkuat satu sama lain.

Bagikan :

Tambahkan Komentar