Ilustrasi Helo Indonesia

TABAYUNA.com
- Pemberian angpao saat Lebaran Idul Fitri telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi sosial di berbagai komunitas muslim di seluruh dunia. Angpao, wisit (di Kabupaten Pati), atau sangu (bahasa Jawa uang saku), yang biasanya berupa amplop berisi uang tunai, diberikan kepada anggota keluarga, teman, dan orang-orang yang membutuhkan sebagai tanda kasih sayang, kebaikan, dan kemakmuran.  

 

Tradisi memberikan angpao atau uang hadiah saat Idul Fitri tidak umum dilakukan dalam budaya Islam. Idul Fitri adalah hari raya yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia setelah menyelesaikan ibadah puasa Ramadan. Selama Idul Fitri, umat Islam biasanya berkumpul bersama keluarga dan teman-teman untuk merayakan akhir bulan Ramadan dan menyambut bulan Syawal yang baru.

 

Di beberapa negara dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia dan Malaysia, terdapat tradisi memberikan hadiah atau uang kepada anak-anak sebagai bagian dari perayaan Idul Fitri. Namun, tidak ada kewajiban atau tradisi agama yang mengharuskan pemberian uang tersebut.

 

Praktik memberikan angpao atau uang hadiah umumnya lebih terkait dengan budaya dan tradisi lokal ketimbang aspek keagamaan. Hal ini bisa dianggap sebagai ekspresi kegembiraan dan kasih sayang dalam menyambut Idul Fitri, dengan memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai tanda perayaan dan berbagi kebahagiaan. Artikel ini akan menjelaskan jejak sejarah dari tradisi pemberian angpao saat Lebaran Idul Fitri dan makna di baliknya.

 

Asal Usul Tradisi Angpao

Tradisi pemberian angpao pada dasarnya berasal dari budaya Tionghoa, yang biasanya terkait dengan perayaan Imlek atau Tahun Baru Tionghoa. Angpao, atau "ang pow" dalam bahasa Mandarin, adalah amplop merah yang berisi uang tunai yang diberikan sebagai hadiah atau ucapan selamat pada momen-momen istimewa. Tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai komunitas di seluruh dunia, termasuk komunitas Muslim.

 

Adaptasi Tradisi dalam Budaya Muslim

Di banyak negara dengan mayoritas penduduk Muslim, tradisi pemberian angpao telah diadaptasi menjadi bagian dari perayaan Lebaran Idul Fitri. Meskipun aslinya berasal dari budaya Tionghoa, angpao diberikan dengan semangat kasih sayang, kedermawanan, dan kebaikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Pemberian angpao saat Lebaran menjadi wujud konkret dari kebiasaan memberi sedekah dan berbagi rezeki kepada sesama.

 

Makna di Balik Pemberian Angpao

1. Kasih Sayang dan Kebersamaan

Pemberian angpao adalah tanda kasih sayang dan kebersamaan antarindividu dan keluarga. Ini adalah cara untuk mengekspresikan perhatian, cinta, dan kepedulian terhadap orang-orang terdekat, serta untuk mempererat ikatan sosial dalam komunitas.

 

2. Kemakmuran dan Kebahagiaan

Pemberian angpao juga mengandung harapan untuk kemakmuran dan kebahagiaan bagi penerima. Memberi angpao diharapkan dapat membawa berkah dan keberuntungan bagi penerima serta membantu mereka merayakan Lebaran dengan lebih bahagia dan sejahtera.

 

3. Kebaikan dan Kedermawanan

Tradisi pemberian angpao merupakan wujud dari nilai-nilai kebaikan dan kedermawanan dalam Islam. Ini mengajarkan umat Muslim untuk senantiasa berbagi rezeki dengan orang lain, terutama kepada yang membutuhkan, sebagai bentuk ibadah dan kebajikan.

 

Pemberian angpao saat Lebaran Idul Fitri adalah tradisi yang kaya akan makna sosial, budaya, dan keagamaan. Meskipun berasal dari budaya Tionghoa, tradisi ini telah diadopsi dan diadaptasi oleh komunitas muslim di seluruh dunia sebagai ekspresi dari kasih sayang, kebersamaan, kemakmuran, kebaikan, dan kedermawanan. Dalam konteks Islam, pemberian angpao adalah salah satu cara untuk merayakan dan mengamalkan nilai-nilai agama, serta memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan dalam masyarakat.

Bagikan :

Tambahkan Komentar