Ilustrasi
Jakarta, TABAYUNA.com - Demo penolakan Full Day School (FDS) di berbagai tempat, termasuk di Banyumas Jawa Tengah dan Lumajang Jawa Barat, menuai berbagai respon.

Dalam siaran pers yang diterima Tabayuna.com, Senin (14/8/2017), KPAI menyayangkan dugaan Ucapan Kasar dan Pelibatan Anak-anak dalam Demo Tolak Full Day School.

Baca juga: Video Tolak FDS Oleh NU Banyumas Dengan Teriakan "Bunuh Menteri" Hoaxnya Lucu Banget

Seperti diketahui, seminggu terakhir, beredar video berdurasi singkat 1:03 menit di Youtube (Lihat DI SINI) yang menggambarkan sejumlah anak-anak menggunakan baju koko, sarung dan kopiah tengah melancarkan aksi atau demonstrasi di ruangan terbuka diduga untuk menolak Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah yang kemudian kerap disebut Fullday School.

Pada aksi tersebut, terlihat anak-anak itu membentangkan spanduk dan membawa bendera seraya meneriakkan takbir serta memekikkan ucapan "bunuh, bunuh, bunuh menterinya, bunuh menterinya sekarang juga."

Atas hal itu KPAI menyatakan sikap sebagai berikut:
1. Bila benar adanya, KPAI menyayangkan dan prihatin atas pelibatan anak-anak dalam aksi demonstrasi yang diduga untuk menolak Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah. Sebab, masih ada cara lain yang lebih efektif untuk menyampaikan aspirasi atas suatu kebijakan.

2. Ucapan atau ujaran kasar yang dilontarkan anak-anak dalam aksi sebagaimana cuplikan video tersebut sangat tidak patut dan berbahaya bagi tumbuh kembang anak. Pasalnya, anak-anak dididik dan disekolahkan agar nantinya mereka dapat lebih beradab dan berkasih sayang  untuk hidup bermasyarakat.

3. KPAI melihat dengan adanya ucapan atau ujaran kasar sebagaimana dimaksud tidak sesuai dengan etika dan moral kebangsaan kita..  Apalagi hingga berteriak "membunuh" hanya untuk menolak suatu kebijakan. Membunuh tidaklah dibenarkan dalam ajaran agama apapun, bertentangan dengan tata aturan perundang-undangan, dan bukan cerminan murni jiwa anak-anak.

4. Dengan adanya ucapan tidak patut dari anak-anak tersebut, KPAI prihatin adanya fihak-fihak yang sengaja memanfaatkan anak untuk kepentingan tertentu, seolah rasa kasih sayang di antara sesama anak bangsa sudah mulai luntur.

Baca juga: Polemik FDS, NU Jangan Mau Jadi "Tumbal"

5. Karena itu, KPAI mengimbau agar semua pihak menahan diri dan tidak memanfaatkan anak untuk kegiatan atau aktivitas yang sangat membahayakan tumbuh kembangnya.

6. Sebaiknya saluran aspirasi penolakan atas suatu kebijakan diganti dari melakukan aksi turun ke jalan, menjadi dialog untuk mencapai kesepakatan. KPAI percaya negara mendengar setiap aspirasi warga negaranya asalkan disampaikan dengan santun dan membuka diri untuk berdialog.

Demikian respon dari Sitti Hikmawatty Komisioner KPAI periode 2017-2022 atas adanya video yang beredar luas di Youtube dan medsos itu. (TB44).

Bagikan :

Tambahkan Komentar