Oleh : Vinanda Febriani

Berawal dari sebuah tulisan satire yang ditulis berdasarkan fakta yang ada. Akan tetapi bagaimanapun, hukum tetap hukum, begitulah semestinya. Namun, bagaiman jika ada seseorang berbicara sesuai "fakta" namun nyatanya hukum menjeratnya dengan pidana dibalik jeruji besi bersama para penjahat yang menyeramkan?

Hukum sudah mulai melenceng di negara ini. Seseorang berbicara mengenai fakta di hukum pidana, sedangkan seseorang berbicara tidak benar (berbohong, Hoax, Fitnah dll) dibiarkan berkeliharaan begitu saja, bahkan ada segelintir oknum yang menganggap bahwa perkataan orang tersebut benar. Ah, alangkah anehnya negeri ini, "Wong jujur ajur" begitulah sekiranya.

Di media sosial (Facebook) aku mengenal seorang wanita cantik, saleha dan sangat tegar bernama Alia Shahnaz. Aku kagum dengan sosoknya yang sangat tegar dan perhatian. Kalaupun saat ini hingga 2 tahun yang akan datang suami tercintanya, yakni Dr. Otto Rajasa atau yang sering dipanggil Pot, terkurung di dalam gelapnya jeruji besi sebab terpidana kasus "Penistaan Agama" yang mana Agama tersebut juga dianutnya. Perbedaan pendapat membuat pria yang kesehariannya bekerja sebagai dokter ini terjerat hukum pidana. Hukum yang semakin hari semakin aneh dirasa. Bagaimana tidak akan saya katakan aneh?. Orang yang berkata sesuai dengan fakta yang ada, orang yang jujur, mengedepankan akhlak, keramahan, kesantunan, kesopanan dan hal positif lainnya selalu kalah dengan orang-orang yang berpemikiran licik, picik dan selalu merasa bahwa dirinya benar tanpa mau mendengarkan pendapat, kritik dan saran orang lain.

Jika dilihat dari statment yang Pot tuliskan, menurutku itu tidak seberapa buruknya dibandingkan dengan statment penebar fitnah yang ditunjukkan kepada pemerintah, para Ulama "Nahdlatul Ulama" dan lain sebagainya. Pot berbicara satire namun berdasarkan fakta. Semenjak saat itu (Demo 212) aku merasa ada banyak keanehan di negeri ini. Keanehan para hamba-hamba Tuhan yang bernama "Manusia". Di mana "Manusia" mulai lupa dengan siapa sosok dirinya sebenarnya. Manusia yang mulai kehilangan akal sehat dan naluri humanismenya sebagai seorang manusia, makhluk Tuhan yang sangat lemah, kerdil, penuh dengan salah dan lupa. Sejak saat itu hingga sekarang, seakan ada sebuah pembatasan seseorang untuk menyatakan pendapat mengenai suatu hal. Padahal, kebebasan dalam berpendapat sudah tercantum dan berlabel "Halal" di dalam Pasal UUD 1945.

Semakin hari di dunia ini, manusia semakin kehilangan jati dirinya sebagai manusia. Ya begitulah, kalian pasti tahu bagaimana sebab-akibat orang kehilangan jati dirinya sebagai manusia. Ya, tidak berperi kemanusiaan. Seperti yang kita ketahui, konflik politik yang terjadi di Syiria. Syira berduka, mereka kehilangan jutaan jiwa manusia yang dibunuh dengan cara yang tidak haq ( tidak benar ). Pembunuhan, pembantaian, pengeboman, penyerangan nuklir dan lain sebagainya. Padahal, Tuhan telah berfirman "Dan janganlah kamu membunuh jiwa-jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan cara yang benar" ada pada Surah Al Isra ayat 33.

Kembali lagi kepada cerita Pot dan Put. Aku sudah berlari terlalu jauh dari mereka. Itu semua hanya pandangan dan pendapatku saja. Setuju boleh, tidak setuju silahkan itu hak anda, saya tidak memaksakan pendapat.

Pot adalah seorang lelaki yang baik hati dan bijaksana. Di dalam jeruji besi, tidak ada yang berbeda dengan perlakuan semestinya seorang dokter. Dia membantu mengobati teman-teman sel tahanannya yang sakit, berbagi kebaikan, berbagi arti sebuah kebersamaan. Aku banyak membaca statment Put mengenai kabar Pot di dalam sel tahanan. Aku melihat caption yang sangat mengharukan, aku tidak tahan menahan rasa haru. Aku mulai berfikir, apa yang akan aku lakukan seandainya aku berada di posisi Put sebagai seorang isteri. Pot meninggalkan ketiga anak asuhnya yang mulai beranjak dewasa dan seorang isteri yang cantik, tegar dan juga bijaksana. Keduanya (Pot dan Put) adalah sosok yang sangat tegar. Ketika vonis hakim ditentukan "Tok... tok...tok" Pot telah resmi dihukum 2 tahun lebih 1 bulan penjara dengan denda Rp.50 juta, mereka berdua tenang saja walaupun terasa hancur hati mereka. Percayalah Pot dan Put, Tuhan Maha Adil. Barang siapa menanam, ia pasti akan menuai. Percayalah "Gusti Allah mboten sare".

Tetap tegar Pot, Put. Doaku selalu menyertai kalian, walaupun aku tidaklah mengenal siapa kalian. Kisah kalian ini menjadi sebuah pandangan bagiku, bahwa sejak saat itu manusia di negeri ini sudah mulai egois, mereka sudah mulai kehilangan jati diri mereka sebagai seorang manusia. Mereka selalu merasa paling benar, acuh tak acuh, angkuh dan selalu ingin menang sendiri. Padahal, Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan semua itu. "Memanusiakan manusia adalah segalanya". Tetap tegar dan tetaplah jadi inspirasiku. Kesabaranmu, ketegaranmu adalah sebuah motivasi bagiku. Pot, Put semoga Tuhan selalu melindungi, menyayangi, mencintai dan merahmati kalian sekeluarga dimanapun berada. Innallaha maash shabirin. Sabar itu indah.

Terimakasih sudah membaca tulisan seorang remaja SMA yang banyak termotivasi dari ketegaran sosok bijaksana bernama Pot (Otto Rajasa) dan Put (Alia Shahnaz). Berjuta salam penuh cinta ku sampaikan kepadamu sekeluarga. Semoag selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.
Borobudur, 13 Agustus 2017.

-Penulis adalah Aktivis IPPNU Magelang
Bagikan :

Tambahkan Komentar