Oleh Niam At-Majha
Pengurus LAKPESDAM PCNU Kabupaten Pati

Minggu adalah hari keluarga. Hari libur kerja, hari khusus untuk keluarga dan Ibu Ratu. Biasanya jika hari Minggu telah tiba, Ibu Ratu tidak seperti biasanya, banyak hal untuk di persiapkan; bangun lebih pagi, mandi lebih awal, dan lain sebagainya. Karena Ibu Ratu mengetahui apabila hari Minggu adalah hari yang di tunggu- tunggu. Seharian bersama keluarga, mengulang kembali cerita mesra, seperti halnya ketika pertama kali mengungkapkan cinta.

Hari keluarga selalu dipersiapkan dengan seksama jangan sampai ada hal-hal terlewatkan. Saya pun menghargai apa yang dipersiapkan Ibu Ratu dengan penuh kecintaan. Meskipun seringkali ketika hari keluarga telah tiba, temannya Ibu Ratu yaitu Para Mama Muda datang kerumah untuk saling bercerita. Perihal apa saja, mulai dari keluarga, tetangga, karir suami, anak-anaknya. Pokoknya membahas apa saja tanpa ada jeda. Apabila sudah begitu Ibu Ratu sudah lupa tentang Raja.

“Jeng..saya mau cerita boleh ya.. ini menjadi rahasia kita saja. Para suami kita jangan sampai mendengar pembicaraan ini,”

Ibu Ratu hanya mengangguk saja. Ketika harus mendengarkan dengan seksama cerita-cerita Para Mama Muda yang berkutat pada itu-itu saja.

“Saya menyesal menikah dengannya Jeng, dulu dia mesra, seringkali mengajak makan bersama di kota, akan tetapi semenjak kelahiran anak pertama, semua itu seakan sirna. Suami saya mulai berani sewena-wena, maunya menang sendiri dan tidak mau mendengarkan nasihat istri; intinya dia yang paling benar tak pernah salah dan berkuasa dalam keluarga kami,”
Ibu Ratu hanya mendengarkan dengan penuh seksama, dengan harapan agar ceritanya bisa dalam waktu sesingkat-singkatnya, agar rutinitas Ibu Ratu dengan Sang Raja cepat terlaksana.

“Kemarin pada waktu lebaran saja, saya sendiri yang muter-muter silaturahmi ke para tetangga Jeng, suami diajak tidak mau; mungkin sebab dia merasa sudah bisa, karena telah mengisi khutbah Jumat, dan kultum setiap habis sholat tarawih selama bulan puasa. Kita tahu hidup di desa itu bagaimana Jeng..! gotong royong antar tetangga di junjung tinggi, karena itu yang di butuhkan masyarakat saat ini,”

Sabar Kinan, Ibu Ratu mulai memberikan pencerahan terhadap sahabatnya tersebut. Ibu Ratu sering kali mendengarkan cerita-cerita dari Para Mama Muda perihal keluh kesahnya dalam menaiki tangga rumah tangga.

Saya yang berada di ruang tengah hanya mendengarkan dengan seksama dalam tempo sesingkat-sesingkatnya agar pembicaraan Para Mama Muda tidak ketahuan. Maka dari itu, saya harus mawasdiri serta tahu diri.

Ibu Ratu mulai berbicara, begitulah para suami, banyak gaya, bayak cerita, dan banyak pula keinginan; padahal dikasih satu gaya saja para suami kita sudah tidak berdaya.. Mereka akhirnya tertawa lepas atas apa yang di utarakan oleh Ibu Ratu barusan.

Saya yang berada di ruang tengah sambil membaca buku, hanya mendengarkan cerita-ceritamereka. Semua yang menjadi curhatan Para Mama Muda adalah bentuk dari perbedaan; padahal ketika kita menikah dulu perbedaan tersebut untuk saling melengkapi; bukan saling mengevaluasi. Urip iku sawang sinawang. (*)
Bagikan :

Tambahkan Komentar