Judul: Media Literasi Sekolah (Teori dan Praktik)
Penulis: Farid Ahmadi, M.Kom., Ph.D dan Hamidulloh Ibda, M.Pd
Editor: Dian Marta Wijayanti, S.Pd
Penerbit: CV. Pilar Nusantara
ISBN: 978-602-51368-1-8
Cetakan: Pertama, 2018
Tebal:  xii + 492 Halaman
Harga: Rp 100.000 (Belum termasuk ongkir)
CP: 08562674799 / 085740145329

Dalam pengembangan pendidikan, sudah seharusnya menyesuaikan (zeitgeist) spirit zaman. Maka untuk meramunya, selain penguatan kompetensi, dan karakter, literasi menjadi daya tonjok untuk memajukan dunia pendidikan. Dalam skala kecil pembelajaran, seharusnya motto itu berbunyi "apa pun materinya, literasi medianya”. Jadi, titik tonjoknya literasi sudah menjadi media, tidak lagi “literasi media” yang cakupannya pada pengenalan dan penyadaran menyikapi media massa, media sosial, internet, dunia maya dengan benar, baik, serta bijaksana. Sebab, variabelnya akan berbeda jika itu “literasi media”, sedangkan dalam buku ini, yang dikaji adalah “media literasi” dalam berbagai bentuk.

Baca: Buku Media Literasi Sekolah Jadi Bahan Literasi bagi Guru dan Dosen

Tantangan sekarang, jika merujuk pada Mckinsey Global Institute, lembaga riset yang pada bulan Oktober 2017 telah memprediksi Indonesia akan memiliki bonus demografi pada 2030. Tidak hanya dihadapkan pada pasar bebas, namun era digital ini kita dihadapkan dengan “disrupsi teknologi” yang berkembangan ke semua bidang, tidak terkecuali dalam pendidikan. Prediksi ilmiahnya, jumlah penduduk di negeri ini pada usia produktif akan berjumlah dua kali lipat dari penduduk usia tua atau usia bayi. Bonus demografi tersebut justru akan menimbulkan bumerang demografi jika memang tidak diantisipasi. Secara faktual, ada dua posisi, yaitu ancaman dan peluang. Untuk menjawab tantangan itu, akan sangat susah jika pelajar kita masih buta literasi.

Membumikan literasi di jenjang Pendidikan Dasar (Dikdas) yaitu Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengan Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan juga Pendidikan Menengah (Dikmen) yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) / Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah (MA) memang tidak mudah. Guru selama ini masih menilai literasi sebagai “hal baru” dan masih menganggapnya sebagai sesuatu yang bertele-tele, rumit, njelimet, dan harus menggunakan kecerdasan berlipat. Padahal, literasi sudah ada sejak Tuhan menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril pada tanggal 10 Agustus 610 M. Umur Nabi Muhammad ketika itu tepat 40 tahun 6 bulan 12 hari sesuai perkiraan tanggal dalam bulan. Sedangkan, jika memakai perkiraan hitungan matahari, maka umur Nabi Muhammad Saw waktu itu ialah 39 tahun 3 bulan 22 hari.

Perintah Tuhan kepada Nabi Muhammad Saw pertama kali adalah “membaca”, tidak sekolah, bekerja, atau yang lainnya. Perintah ini jelas adalah perintah literasi yang bermakna kualitatif. Dari aspek ini, literasi hakikatnya sesuatu yang sakral, uluhiyah dan merupakan produk dari Tuhan, bukan dari manusia. Perintah Tuhan ini ternyata sangat relevan sepanjang sejarah kehidupan manusia, baik klasik maupun modern seperti saat ini. Buktinya, kemampuan literasi terutama aspek membaca di Indonesia masih sangat rendah.

Penelitian Programme for International Student Assessment (PISA), tahun 2012, UNESCO menemukan dari 1000 orang di Indonesia hanya 1 yang membaca serius. Kemudian diteliti ulang oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) tahun 2016, dari 1000 orang, ada sekitar 25 yang membaca serius. Data ini tentu membuktikan kemampuan literasi masih jauh dari harapan. Padahal, aspeknya baru satu variebal, yaitu “membaca”.

Literasi tidak boleh sekadar membaca, sebab ia merupakan kemampuan kompleks. Bahkan, selain empat keterampilan berbahasa (menyimak atau mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara), literasi juga dimaknai sebagai semua usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan informasi. Aspek melek komputer dan menangkal berita bohong dan palsu juga masuk kategori literasi.

Dalam buku ini, literasi tidak lagi disajikan “kaku” seperti di buku-buku, dikat, dan jurnal-jurnal ilmiah selama ini. Sebab, literasi sudah melekat menjadi “media” itu sendiri dalam pembelajaran terutama di sekolah. Media literasi adalah bagian dari pengembangan “literasi” dan “media”. Banyak media yang selama ini sebenarnya adalah media literasi, namun guru dan juga dosen masih jarang yang memaknainya. Buku ini berisi empat bab. Mulai dari konsep literasi dalam pendidikan, gerakan literasi di sekolah, media literasi sekolah dan implementasi media literasi sekolah.

Buku “Media Literasi Sekolah (Teori dan Praktik)” ini merupakan mahakarya dua dosen yang berbeda. Satu dari PGSD dan satunya lagi dari PGMI yang secara kompatibilitas sama-sama mendidik calon guru di jenjang pendidikan dasar. Sinergi ini menjadi lengkap, karena keduanya membawa bekal keilmuwan berbeda tentang media dan literasi yang dikombinasikan dalam bentuk teori dan praktik.

Penulis buku ini juga menerapkan tradisi literasi dimulai dari penerapan pilar literasi yaitu “baca, tulis, arsip” yang menjadi motivasi bagi semua akademisi dan guru di Indonesia. Artinya, apa yang dibaca harus ditulis, dan apa yang ditulis harus dibaca yang pada puncaknya harus diarsipkan dalam bentuk karya cetak sebagai wujud literasi yang kafah dan tidak setengah hati. Bisa berupa buku, jurnal, prosiding, makalah, karya ilmiah, aritkel, dan lainnya.

Buku ini menjadi salah satu produk dari pilar literasi di atas. Sebab, ide yang terlalu lama disimpan dan tidak dibukukan, akan sia-sia karena menulis adalah bagian dari dakwah melalui kegiatan literasi. Sebelum menggapai puncak kejayaan literasi pada 2045, Indonesia bisa bergerak cepat melalui literasi untuk penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kualitas pendidikan dari jenjang SD, SMP, SMA, sampai program doktor (S3). Tanpa literasi, semua akan terasa bias bahkan tidak mampu mengejar ketertinggalan dari negara lain. Akhirnya, selamat menikmati buku ini dan semoga Anda mendapatkan apa saja yang Anda cari sebagai bahan untuk melakukan akselerasi literasi untuk memajukan pendidikan di Indonesia. (hi).

Lihat juga video buku Media Literasi Sekolah (Teori dan Praktik):


Bagikan :

Tambahkan Komentar