Temanggung, TABAYUNA.com - Seminar dengan tema “Peningkatan Mutu Sholat dalam Prespektif Historis dan Religius” memberikan gambaran bahwa mutu atau kualitas sholat harus ditingkatkan. Demikian dalam seminar yang diisi Nashih Muhammad, dosen Prodi Ekonomi Syariah (ES) STAINU Temanggung.

Baca: Pengajian Isro' Mi'roj MTs Manahijul Huda Datangkan Asna Aksi Indosiar 
Kegiatan ini, dihelat Himpunan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah (HMJ Tarbiyah), Unit Kajian Islam (UKI), dan PMII Trisula Komisariat STAINU Temanggung bertempat di Aula STAINU Temanggung, Senin (16/04/2018).

"Lebih manis dari madu, lebih putih dari susu dan lebih wangi dari parfum," kataNashih Muhammad dalam acara itu.

Disambung oleh pria kelahiran Temanggung tersebut, bahwa dalam pelaksanaan sholat harus mampu menghadirkan Allah SWT dalam hatinya. Bukan berarti melihat sacara langsung wujud-Nya akan tetapi merasakan dzat-Nya yang didasari ihsan. 

Dijelaskan pula bahwa sholat merupakan tiang agama serta mencegah hal yang keji dan munkar. Sehingga perlu diperhatikan apabila seseorang sudah melakukan sholat namun masih melakukan hal yang negatif maka perlu di teliti kembali sholatnya.

"Sholat sebagai tiang agama dijabarkan oleh beliau bahwa sholat bukan hanya menjalakan secara lahiriyah namun harus diimbangi dengan ilmu-ilmu lainnya. Selain itu dimensi yang perlu diperhatikan adalah syariat, rukun beserta sunahnya dan lain sebagainya. Termasuk derajat sholat yang disampaikan, apabila berjamaah mendapat 27 derajat dan sebaliknya yang munfarid atrau sendirian hanya mendapat 1 derajat. Terutama keutamaan sholat adalah berjamaah walaupun itu tidak merasakan khusyuk," kata dia.

Sebelum beliau mememparkan materinya telah dipaparkan terlebih dahulu oleh Sumarjoko Kusumo yang menggunakan prespektif historis dari sholat. Kaprodi Ahwalusyakhsiah tersebut memaparkan bahwa sholat berawal dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Tidak realistis bagi mereka yang tidak mempunyai iman karena memang peristiwa ini tidak bisa dilogika. Melakukan Isra’ dan Mi’raj dalam satu malam.

Disambung mantan ketua MWC Girimulyo ini menjelaskan untuk pendakatan terhadap peristiwa tersebut dengan beberapa aspek yang meliputi spiritual, ritual, sosial dan historis. Seperti perjalanan supranatural yang diimani dengan kebenaran hati.

Irfan selaku panitia menyampaikan bahwa pelaksanaan seminar ini bertujuan untuk lebih memahami makna sholat serta meningkatkan mutu sholat dengan melihat dasar-dasar sholat sendiri. Sahut kembali, karena masih perlu evaluasi kembali tentang sholat untuk lebih sempurnya lagi sebagai tiang agama. (TB55/ Wahyu Egi Widayat).
Bagikan :

Tambahkan Komentar