Pati, TABAYUNA.com - PAC Gerakan Pemuda Ansor Dukuhseti, Kabupaten Pati, menggelar "Ngopi Bareng Gus Nadhif" bertajuk 'Islam Nusantara untuk Peradaban Dunia" yang terlaksana atas kerjama dengan Ponpes Al-Hidayah Bakalan, Kecamatan Dukuhseti, Pati pada Senin (2/7/2018). Tujuannya, adalah untuk menajamkan penguatan Islam Nusantara di tengah gempuran pemahaman Islam radikal saat ini.


Dalam kesempatan itu, Imam Muhlis Ali, S.Pd.I Sekretaris PAC.GP.Ansor Margoyoso Pati mengatakan setidaknya pada bulan-bulan ini tema besar Islam.Nusantara produk dari Ulama' kyai Nahdlatul Ulama' banyak menarik perhatian dunia internasional dan lebih-lebih di Indonesia.

"Di samping diyakini menjadi rujukan peradaban dunia juga telah menjadi diskursus ilmiyah, metode dan strategi dalam ikut menyumbangkan perdamaian dunia.  Dan sangat tepat tema ini di bahas, dipelajari,dimaknai kemudian di aktualisasikan dalam  hidup beragama dan kemasyarakatan," ujar dia.

Kegiatan Ngopi (Ngolah Pikiri dan dialog) bareng Gus Nadhif (KH.Abhmad Nadhif Abdul Mujib lc, ME) yang dipandu oleh  KH. Umar  Faruq pengasuh pesantren Al-Hidayah Bakalan Dukuhseti diawali dengan pembukaan, qiro'ah, tahlil, Sambutan Shohibul bait, Sambutan Ketua PAC.GP.Ansor Dukuhseti,  sambutan Kepala Desa Bakalan Dukuhseti  dan Ngaji ngopi bareng  dan diskusi bersama KH.Ahmad Nadhif Abdul Mujib (Gus Nadhif) dengan tema " Islam Nusantara Untuk Peradaban Dunia"  dan dipandu KH.Umar Faruq.

Inti sari Ngaji Gus Nadhif dalam kesempatan itu, bahwaIslam Nusantara sudah masuk agenda PBB (UN). "Jadi sudah go internasional," kata dia dalam kegiatan tersebut.

Di Jerman, kata dia, diselenggarakan diskusi ilmiyah tentang Islam Nusantara yang dihadiri 400 tokoh-tokoh ulama' dan pakar dunia dari berbagai negara, namun tidak banyak diliput media.

"Islam Nusantara masuk di Indonesia sejak abad 16 dengan fakta islam menyebar oleh Wali Songo yang berkonsep "rahmah" kasih sayang pada penduduk nusantara zaman itu (Agus Sunyoto, tokoh Lesbumi Nahdlatul Ulama' dalam bukunya Atlas Wali Songo). Di era terkini ada kelompok  dan tokoh yang mengkritik keras Islam Nusantara," lanjut dia.


Saat kami (Gus Nadhif, KH.Yahya Staquf, dan Gus Aun), kata dia, menghadiri undangan dari organisasi perdamaian di Israel kemarin terkuak bahwa ternyata orang israel sendiri merasa resah, terancam oleh serangan luar.

"Jadi sebenarnya mereka dan orang Palestina dan penduduk dunia sangat butuh kedamaian hidup. Maka  sangat diperlukan solusi metode perdamaian dunia dengan konsep rahmah," papar dia.

Beliau juga menambahkan tentang keistimewaan Gus Dur yakni suka melakukan ibadah yang tidak populer, satu contoh beliau Gus Dur memaafkan PKI. Padahal sejarah berbicara PKI itu dholim pada Indonesia. Memberi maaf pada pihak yang dholim itu berat tapi mulia. Dan ini sangat brilliyan untuk perdamaian Indonesia dan dunia.

"Islam Nusantara adalah hubungan dalil agama dengan realitas masyarakat sesuai konteks yang ada. Ini tidak berarti dalil mengikuti realitas dan ini fakta sudah di jalankan dakwah, syiar islam oleh Wali Songo yang sangat sukses di nusantara dan kita rasakan sampai sekarang serta menjadi rujukan bagi dunia internasional," kata dia.

Istilah Islam Nusantara sudah menjadi primadona internasional. "Begini, yang terjadi sekarang politisasi agama (salah satunya peristiwa aksi 212 di Jakarta dalam Pilkada ). Yang membersihkan 'sampah-sampah' keruwetan pasca Pilkada Jakarta kemarin adalah Nahdlatul Ulama'. Sampah-sampah Jakarta mengoyak kerukunan bangsa," papar dia.

Dilanjutkannya. agama jangan dijadikan modal, mesiu , bahan  untuk berkonflik. Kita semua mendambakan peradaban agung. peradaban agung dipraktekkan oleh Rosulullah SAW. Nabi sudah memberi contoh. "Maka Islam Nusantara di yakini sebagai metode untuk menyelesaikan konflik-konflik dunia dan mewujudkan perdamaian , peradaban dunia," lanjutnya.

Saat ditanya apakah ada hubungan kehadiran Gus Nadhif bersama KH.Yahya, Gus Aun? "Jelas ada hubungannya saya (Gus Nadhif) menghadiri forum organisasi dunia di Israel dengan Islam Nusantara," katranya.

"Islam Nusantara diakui pihak luar Indonesia dan ini fakta. Contoh nyata negara Afganistan yang mengadopsi nilai-nilai NU (baca: Islam Nusantara) seperti tasamuh,tawasuth, dan sebagainya. Dan mereka negara Afganistan mengadopsi Pancasila yang tentunya sudah sesuai nilai-nilai Islam Nusantara," ujar dia. (tb44/UUl/hi).
Bagikan :

Tambahkan Komentar