Oleh Rizki Dwi Septiani
Mahasiswi Prodi PAI STAINU Temanggung

Kearifan budaya lokal khas Temanggung  sangat melimpah dan beraneka ragam di setiap daerah. Di antaranya  yang tertulis di buku Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang, dalam buku tersebut terdapat berbagai macam sejarah, asal usul, legenda, tradisi-tradisi dan cerita mistis di masing-masing desa. Ada sekitar 30 budaya lokal yang ada di beberapa  daerah Temanggung. Mulai dari budaya nyadran, grebek kirab, ngapati, mitoni, kesenian tradisional, berjanji, orkes melayu, kasidah, dan lain sebagainya.

Budaya lokal di Desa Jumo
Salah satu budaya lokal khas Temanggung yang ada di Dusun Mbentisan, Jumo Temanggung yaitu Grebek Kirab 1000 Ingkung Bebek Desa Sukomarto Jumo. Grebek religi ini atau sering disebut kirab religi dilakukan setiap satu tahun sekali yaitu pada minggu kedua dari bulan Rabiul Awwal atau bulan Maulid. Grebeg religi ini berisi tentang beberapa kegiatan, diantaranya pengajian khol Simbah Kiai Tuan Sayyis Abdurrahman. Khol massal oleh para penduduk dusun Mbentisan. Sdekah massal dengan 1000 ingkung bebek untuk orang- orang umum dan penduduk desa Sukomarto. Kirab ini dimulai dari balai desa Sukomarto menuju makam simba Kiai Tuan Abdurrahman dan diikuti oleh seluruh warga desa Sukomarto. Kemudian juga ada pentas seni tradisional yang ada di desa Sukomarto dan juga lomba balab bebek dengan hadiah yang sangat menarik.

Grebeg religi yang ada di desa Sukomarto ini memang unik dan menarik sehingga dijadikan aset budaya bagi penduduk desa ini. Selain itu juga dengan adanya grebeg ini sangat menguntungkan untuk para warga desa Sukomarto dan warga desa lain yang ikut datang menyaksikan kirab 1000 ingkung bebek. Apalagi balapan bebek sungguh unik dan menarik perhatian warga asing untuk menyaksikan itu. Kirab ini menggunakan bebek karena ulama Sayyid Abdurrahman sebagai pendiri dusun Mbentisan dahulu sangat menyukai bebek, dan juga menjadi pemeliharaannya. Bebek ini sangat menguntungkan bagi para pemeliharanya, pendapatan ari memelihara bebek ini bisa sampai ratusan ribu rupiah. Grebeg Mbentisan ini sudah sangat tidak asing di telinga masyarakat Temanggung dan sudah masuk ke beberapa media social seperti TV, Youtube dan koran. (Hlm.178) 

Budaya lokal di Desa Nglondong
Masyarakat desa Nglondong masih melestarikan kebudayaan zaman dahulu. Seperti nyadran, ngapati, mitoni, haul sarean. Mulai dari budaya nyadran biasanya terdapat sedikit perbedaan di setiap desa dan acara nyadran di desa ini memiliki serangkaian yang berbeda dari upacara pada umumnya. Acara nyadran desa Nglondong meliputi ziarah kubur di makam, bedah sendang, memet bareng, kemudian dilanjutkan yasinan bersama di sebuah lapangan atau dapat juga dilakukan di masjid. Uniknya, semua kalangan mengikuti acara bedah sendang dan memet bareng. Dan tidak hanya itu, acara sakral yang dilaksanakan satu tahun sekali di sarean adalah haul massal. Selain itu juga terdapat tradisi budaya ngapati dan mitoni, yaitu salah satu budaya di mana seorang yang memiliki istri yang sedang hamil akan mengundang para tetangga dan sanak saudara untuk hadir kerumahnya dalam sebuah acara selamatan atau kenduri. (hlm.7)


Budaya lokal di Desa Caruban
Budaya lokal yang ada di desa Caruban ada beragam jenis yaitu samroh (syair islam) yang dinyanyikan oleh kaum laki-laki, kasidah (syair islam) yang dinyanyikan oleh kaum perempuan, orkes melayu yang dinyanyikan oleh laki-laki atau perempuan kalau zaman sekarang lebuh dikenal dengan sebutan dangdut, berjanji, dan sadranan. Dengan kegotongroyongan bersih dan ziarah di makam untuk setiap tahunnya yang diadakan sekali dalam setahun yaitu pada hari jum’at kliwon sebelum puasa di hari pertama. Kegiatan ini dinamakan sadranan. Setelah bersih kubur dan ziarah warga Dusun Balun berkumpul di jalan makan dengan membawa berbagai menu makanan. (hlm.34)

Budaya Kabupaten Temanggung
Tradisi yang ada di Temanggung adalah Peringatan Hari Jadi sebagai pengingat sejarah terjadinya Temanggung dan biasanya dilaksanakan pada tanggal 10 November dengan acara yaitu pentas seni dari berbagai daerah sangat salah satunya jaran kepang dari ngalmuk gunung merupakan rasa syukur para masyarakat Temanggung  dan salah satu cara mempersatukan para masyarakat Temanggung yang dari pegunungan dan kota Temanggung.(hlm.106)

Kekurangan / kritik  :
Kekurangan di dalam buku yang berjudul Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang ini terletak pada tata bahasa yang tidak menggunakan bahasa indonesia yang benar, walaupun tidak semua terdapat kesalahan dalam tata bahasa, akan tetapi kebanyakan dari isi buku ini bahasa nya kurang baku dan masih ada bahasa yang bertele-tele. Selain itu juga masih ada beberapa yang belum ada lampiran gambar.

Kelebihan/pujian       :
Buku yang berjudul Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang ini memiliki kelebihan yang sangat menarik yang dilihat dari judulnya, kemudian di dalam isi bukunya juga terdapat berbagai macam cerita dari masing-masing daerah yang memiliki ciri khas kebudayaan lokal yang tersendiri. Di dalam buku tersebut sangat menarik jika kita mengkaji isi yang ada di dalam buku tersebut.

Biodata Buku :
Judul: Sejarah dan Legenda Desa di Temanggung, Magelang, dan Semarang
Nama Penulis  : Tim PAI IB STAINU Temanggung
Nama Editor: Hamidullah Ibda, M.Pd
ISBN   : 978-602-53552-7-1
Penerbit: CV. Pilar Nusantara
Tahun Penerbit:2019
Cetakan: Kesatu, Januari Tahun 2019
Tebal: 301 halaman
Harga: Rp. 55.000

Bagikan :

Tambahkan Komentar