Oleh Ahmad Fauzi

Gus Dur dan Jokowi sama sama idealis dan baik. Keduanya berusaha mewujudkan mimpi mimpi rakyatnya. Tapi itu tidak mudah krn mereka hidup di tengah kekuatan kekuatan besar yang selalu menuntut dan menekan. Kadang kompromi, negoisasi, tidak jarang juga menghantam dan menunggu membalas kekuatan besar tersebut.

Jokowi bukanlah ketua partai. Tentu harus pandai bernegoisasi dan main lembut dengan kekuatan kekuatan yang ada. Kalau tidak, ia mudah jatuh seperti Gus Dur. Ya, harus kita akui Gus Dur memang luar biasa. Seperti Drunken Master memainkan jurus mabuk yang susah diprediksi dan terkesan acak dan tak beraturan. Tapi Gus Dur terlalu tergesa menyerang musuh sebelum dirinya cukup kuat menghadapinya. Akhirnya, tanpa dukungan militer beliau tumbang.

Jokowi lebih fleksibel dan memainkan tai chi. Terkesan lemah, banyak kompromi sehingga disebut tidak lagi berpihak pada rakyat. Itu tidak sepenuhnya betul. Menyerang musuh besar apabila tidak mengukur kekuatan diri tentu akan lebih cepat tumbang dan perjuangan kita layu sebelum berkembang. Namun juga tidak terus terusan berkompromi seperti Om Beye. Bisa dua periode tanpa pencapaian berarti karena asyik bersahabat dengan musuh musuh rakyat demi menggemukkan partainya sendiri.

Ingat. Beliau sangat lemah karena bukan pemilik partai sehingga harus berkompromi dan bernegoisasi, mengorbankan kepentingan jangka pendek utk memenangkan jangka panjang. Ia ada di antara Gus Dur yang menyerang musuh habis habisan dan BeYe yang terus berkuasa tapi asyik bersahabat dengan musuh musuh rakyat.
Bagikan :

Tambahkan Komentar