Oleh: Anisa Rachma Agustina
Peresensi adalah Mahasiswi Prodi PAI STAINU Temanggung


Pemahaman kenduri selama ini sangat parsial, maka perlu penelitian ilmiah yang menjadikan objektif empiris dalam mendudukan, serta memahami kenduri. Salah satu pendekatan menggunakan kacamata filsafat. Dalam buku “Tradisi-Tradisi Islam Nusantara Prespektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan”. Salah satunya mengangkat topik tentang tradisi kenduri di Desa Bansari kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung.

Menurut Harustato (1987-1998) sejarah perkembangan religi orang Jawa telah dimulai dari sejak zaman dahulu ciri khas orang Jawa lainnya yang berkaitan dengan cara berfikir yang terobsesi oleh nilai-nilai luhur budaya Jawa seperti budi luhur, lembah manah dan tepo selira. Kenduri juga terlahir dari tiga hal tersebut. (Hlm. 126).

Orang-orang di Desa Bansari masih melestraikan tradisi nenek moyang ini. Kenduri merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan dengan berkumpulnya beberapa orang yang pada umumnya dilakukan oleh pihak laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas apa yang dilakukan oleh penyengara kenduri dan sebagai ungkapan rasa syukur atas apa yang telah didapatkannya. Karena masyarakat percaya segala sesuatu itu datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga kita wajib bersyukur dengan cara melakukan tradisi kenduri ini. Di Desa Jumo, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung kenduri disebut gendurenan tata cara, dan pelaksanaanya hampir sam hanya namanya yang berbeda. Ungkapan rasa syukur dapat dilakukan dengan berbagai hal salah satunya dengan melestarikan tradisi kenduri selain ada nilai sedekahnya kita juga melestarikan tradisi nenek mmoyang agar tidak luntur tergerus zaman.

Tujuan kenduri adalah meminta doa kepada semua orang yang ikut dalam tradisi ini agar cita-cita yang diinginkannya dapat terkabul. Biasanya untuk pelaksanaan tradisi kenduri tergantung waktu yang sudah ditentukan, baik itu dari pihak keluarga ataupun dari pihak desa. (Hlm. 127). Biasanya pihak keluarga yang ingin melaksanakan syukuran dengan kenduri menyuruh salah satu tentangganya untuk undang-undang dalam Bahasa Indonesia berarti mengundang orang-orang umtuk berdoa bersama, setelah itu di beri berkatan yang tadi sudah didoakan.

Berkatan itu adalah makanan yang disediakan oleh yang punya hajat. Konon kenapa disebut berkat karena makanan tadi diuber dan diangkat lalu disingkat menjadi berkat. Anatar lain tumpeng, golong, ingkung ayam, jenang abang-putih, jajanan pasar, kembang abang-putih, kemenyan. Makanan tadi di gelar di atas daun pisang, didoakan lalu dibagikan secara merata kepada para undangan yang biasanya adalah laki-laki.

Setiap makanan yang disajikan mempunyai makna tersendiri adapun makna dari simbol simboldi atas adalah sebagai berikut:

Tumpengan
Tumpeng mempunyai makna yaitu meminta kepada yang maha satu yakni kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena segala sesuatu itu pasti datangnya dari yang di atas.

Golong
Golong ialah nasi yang berbentuk bulat-bulat biasanya diletakkan disekitar tumpeng, golong mempunyai makna yakni pengajaran bahwa manusia harus bersatu. Golong berasal dari kata gumolong anyawiji yang artinya berdampinngan dan bersatu antaara manusia yang satu dengan yang lain.

Ingkung ayam
Ingkung ayam adalah ayam yang dibuat sedemikian rupa, yang artinya kita sebagai mahluk sosial hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa saja.

Jenang abang-putih
Maksud dari jenang abang putih adalah bubur abang dan putih. Bubur yang berarti memohon keselamatan dengan sifat merah yang berarti berani dan putih yang berarti suci.

Jajanan pasar
Filosofi dari jajanan pasar ini ialah baik buruknya kehidupan manusia tidak selalu berjalan dengan mulus tetapi terkadang ada sedikit bebatuan yang kita lewati.

Kembang abang-putih
Dalam tradisi ini kembang ini tidak dimakan melainkan hanya simbol yang memilikisetiap tumbuhan bertasbih sebagai mana rosulullah yang bertasbih dengan pelepah kurma.

Kemenyan
Membakar kemenyan disini bukan semata-mata membakar untuk dedemit atau setan yang ada di sekitar kita tetapi hanya sebagai pelengkap wangi-wangian saja. Seperti ajaran yang sudah diajarkan secara turun temurun.

Tradisi-tradisi dalam bentuk ritual slametan/kenduri merupakan bentuk emosi keagamaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat pendududk suatu kebudayaan sendiri, dimana emosi tersebut yang mendorong seseorang melakukan tindakan religi. Sehingga menyebabkan suatu tindakan maupun sebuah gagasan memiliki nilai sakral, apabila dihinggapi oleh emosi keagamaan, seperti yang dilakukan oleh warga Bansari. (Hlm. 130). Setiap orang mempunyai cara sendiri untuk merayakan keberhasilan salah satunya dengan kenduri. Kenduri sendiri tidak hanya dilakukan pada saat mendapat kebahagiaan tetapi ada beberapa kegiatan yang berkaitan dengan tradisi ini yakni: Nyadran, nyadran kali, slametan keluarga, peringatan hari kematian (tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, seribu hari), bersih desa atau dusun, selmatan memohon ampuun keluarga pada sang pencipta.

Keinginan masyarakat untuk melakukan suatu ritual rangkaian ungkapan rasa syukur tidak terlepas dari sifat manusia yang menganggap dirinya sebagai mahluk religious, sehingga konsep tentang sakral, dalam hal ini adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan (hablumminallah) membuat mereka wajib untuk melakukan suatu tindakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Hlm. 130).

Tradisi ini juga ada hubungannya antara manusia dengan manusia (habluminanans) sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah, dan berbagi kebahagiaan kepada tetangga.
Kegiatan seperti ini sudah jarang dilakukan di kota-kota besar, yang terkadang dengan tetangga saja jarang menyaa karena kesibukan aktivitas masing-masing. Maka marilah kita lestarikan tradisi dan budaya ini, agar tidak tergerus oleh zaman. Salah satu hal yang dirindukan saat diperantauan adalah makan berkatan bersama keluarga.

Kekurangan dan Kritik:
Kertas sampul kurang tebal, biasanya kebanyakan orang melihat sampul terlebih dahulu sebelum membaca lebih dalam tentang isinya. Ini buku bagus, tercipta dari ide hebat seorang dosen yang kami panggil pak Ibda. Idenya hebat, bukunya bagus harusnya sampulnya juga tebal.

Kelebihan dan Pujian:
Buku ini membahas tentang berbagai macam tradisi disekitar kita dari kaca mata filsafat dan ilmu. Membuka mata hati kita agar tidak mengklaim sebuah tradisi dan budaya adalah sebuah bidah sebelum kita melakukan riset dan penelitian, tenatang maksut dan tujuannya.

Biodata buku
Judul: Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Nama Penulis: Tim PAI 1A STAINU Temanggung
Nama editor: Hamidulloh Ibda
ISBN: 978-602-50566-4-2
Penerbit: Forum Muda Cendekia (Formaci)
Tahun Terbit: 2019
Cetakan dan Tebal : 21 x 14 cm, xii + 260 Halaman
Harga: Rp 60.000
Bagikan :

Tambahkan Komentar