Kirab Budaya Sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Dalam Kemeriahan Agrifest 2019 .
TABAYUNA.com  – Hampir tabunya mahasiswa akan kebudayaan di Indonesia menjadikan mahasiswa pertanian ikut andil dalam melestarikan budaya Indonesia salah satunya dengan melaksanakan kirab budaya dalam rangka memperingati ulang tahun Fakultas Pertanian atau yang disebut dengan Agrifest yang genap 18 tahun, pada Sabtu (6/4/2019) pagi.

Kirab budaya yang dibuka oleh Lutfi Aris Sasongko, S.TP. M.Si., selaku dekan Fakultas Pertanian. Acara tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa pertanian, dan setiap kelas mempunyai tema kostum tersendiri yaitu berupa kostum batik, pakaian yang identik dengan petani serta praktikum jas laboratorium .

Acara tersebut terkesan akan kebudayaannya karena pada kirab di lsuguhkan kebudayaan asli Indonesia berupa Barongan Singo Joyo yang di mainkan oleh Ikatan Mahasiswa Pelajar Blora Komisariat Unwahas (IMPARA), terdapat pasukan Silat PSHT. Selain itu, terdapat gunungan yang berisikan hasil bumi berupa sayur-sayuran.

Kirab tahun 2019 ini merupakan acara kirab budaya ketiga setelah tahun sebelumnya, dan pada tahun ini menggunakan rute dari halaman Fakultas Pertanian menuju jalan Menorah Raya lalu ke selatan sampai pertigaan toko bendera lima belok ke barat menuju jalan Menorah Barat dan kembali lagi ke lokasi semula.

“Disana terdapat konsep-konsep terdahulu, di mana ada unsur kebudayaan. Sekarang mahasiswa jarang mengenal budayanya sendiri bahkan lebih suka dan tertarik dengan kebudayaan orang lain,” tutur Eko selaku ketua panitia.

Konsep kebudayaan dikemas dalam acara kirab budaya tersebut karena melihat mahasiswa sekarang seolah lupa akan adanya kebudayaan, dan justru cenderung tertarik dengan budaya asing.

"Budaya asing yang datang begitu menggerogoti ingatan para pemuda sehingga sedikit dari mereka mengingat budayanya. Serta Filosofi setiap kejadian hampir terlupakan oleh kaum muda pada saat ini," tambahnya.

“Saya rasa konsep kebudayaan yang dipadukan dengan konsep pertanian begitu sangat elok, di mana sekarang pemuda khususnya mahasiswa sedang begitu asyiknya menikmati budaya asing sehingga terlupa akan budaya Indonesia serta Gunungan yang berisikan hasil bumi biasanya bentuk rasa syukur atas pencapaian oleh para petani, serta dalam pengangkatan gunungan terdapat filosofi adanya bentuk gotong royong,” ungkap Muhammad Kirom mahasiswa Fakultas Pertanian. (tb33/Khusna/Anis)
Bagikan :

Tambahkan Komentar