Ilustrasi

Oleh Isna Nurul Latifah
Mahasiswi Prodi PAI STAINU Temanggung


Pada umumnya seorang mahasiswa itu harus banyak-banyak membaca buku, karena teman setia mahasiswa adalah tugas dan tugas tidak lain dan tidak bukan mengambil referensi dari buku bukan? Tetapi sekarang jarang sekali mahasiswa yang banyak membaca buku karena sudah semakin canggihnya teknologi. Lantas bagaimana menjadi mahasiswa yang kutu buku?

Sekarang kan buku tidak harus dalam bentuk yang nyata (bentuk asli buku) dan tebal bukan? Tersedia banyak e-book gratis yang bisa disimpan dismartphone bahkan hampir dari semua kalangan mahasiswa memiliki smartphone. Di mana pun dan kapan pun kita bisa mengisi waktu luang kita dengan hal-hal yang memiliki manfaat dan menambah wawasan kita.

Sekarang misalnya jika ada demonstrasi antar warga ataupun demonstrasi apa , kalau ada salah satu orang yang belum paham pasti akan bertanya pada para demonstran kan, kalau yang ditanya itu ternyata juga tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi itu sangat memalukan bukan?  Sangat lucu menyaksikan orang yang memperjuangkan sesuatu namun sesuatu yang diperjuangkan itu belum jelas buatnya. Mereka ternyata hanya ikut-ikutan melakukan demonstrasi. Entahlah apakah benar itu memang perjuangan yang tulus dari dalam hati.

Peristiwa itu merupakan sebuah bahan perenungan bagi kita semua. Mengapa orang-orang dengan begitu semangatnya turun ke jalan, berteriak dengan lantang menuntut keadilan, ikut demonstrasi namun tidak tau apa yang diperjuangkannya tersebut. Tidak lain dan tidak bukan karena mereka melakukannya tanpa didasari pengetahuan yang dalam serta wawasan yang luas.

Bagaimana mungkin kita bisa menilai secara objektif tentang salah atau benarnya sesuatu apabila penilaian tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan wawasan. Oleh karena itu, sungguh wajar apabila bangsa ini sangat mudah berbeda pendapat yang berujung pada konflik, sebab argumen atau tindakan didasari oleh pengetahuan yang masih dasar dan wawasan yang masih kurang.

Lebih memilukan lagi jika hal itu dapat terjadi pada mahasiswa yang nota benenya adalah kaum terpelajar atau kaum berpendidikan. Mahasiswa yang baik akan selalu memperkaya dirinya dengan ilmu pengetahuan dan penguasaan keterampilan. Oleh karena itu, dalam berargumen seharusnya lebih ilmiah, serta bertindak tidak mengedepankan emosi yang berujung pada aksi demonstrasi turun ke jalan dapat mengakibatkan jalanan macet.

Pertanyaannya adalah mengapa kita memiliki pelajar yang masih sangat kurang dari aspek pengetahuan dan wawasan ? jawabannya hanya satu, yaitu mereka kurang melek dalam budaya literasi. Literasi dalam hal ini secara umum adalah kemampuan membaca dan menulis.

Di sisi lain, gaya hidup modern juga menjalar di kalangan mahasiswa. Sehingga yang disebut mahasiswa gaul tidak lagi yang intelektual, rajin baca buku, punya IPK tinggi, namun mahasiswa gaul sudah melekat pada mereka yang bermotor keren, memiliki ponsel mahal, memiliki pakaian dengan berbagai model, dan juga mereka yang memiliki alat-alat modern dengan harga yang cukup mahal.

Masihkah Jadi Kutu Buku?
Lalu, bagaimana dengan seseorang yang kutu buku? Seorang yang memiliki kegemaran membaca buku dan selalu melakukan aktivitas tersebut di dalam kesempatan yang dimilikinya. Istilah kutu buku telah banyak dikenal dan dipakai secara luas, karena istilah ini banyak digunakan oleh para anak yang masih duduk di bangku sekolah. Namun penggunaan istilah ini tidak hanya digunakan pada seseorang yang mempunyai kegemaran membaca, namun sering dipakai oleh seseorang yang menggambarkan bahwa dirinya kurang bergaul ataupun menyendiri dari temang-temannya.

Senang membaca dan selalu memanfaatkan sesuatu yang ada untuk melakukan kegemaran tersebut, sering memisahkan diri dari lingkungan dan teman-temannya dan lebih memilih sendiri, selalu membawa buku di dalam setiap kesempatan dan akan membacanya setiap ada waktu luang, betah berlama-lama di took buku ataupun di perpustakaan, sedikit berbicara dan tidak memiliki banyak teman di sekolah, kuurang update terhadap berbagai macam informasi yang ada di sekitarnya, jarang keluar rumah, dan biasanya identik dengan anak rumahan, berbaju culun, di mana hampir semua waktunya akan dihabiskan di rumah bersama keluarganya.

Beberapa hal di atas merupakan gambaran seseorang kutu buku. Meski begitu, seorang kutu buku biasanya lebih cerdas bila dibandingkan dengan teman-teman yang lain, tetapi seorang kutu buku cenderung kurang percaya diri saat berada di keramaian. Seseorang kutu buku memiliki karakter yang menonjol di mana seseorang kutu buku justru memiliki kemampuan yang lebih dan di atas rata-rata dan seseorang kutu buku memiliki daya tarik tersendiri di dalam lingkungannya.

Membaca buku memang jendela dunia, bahkan salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan membaca. Bahkan juga kalam Allah SWT yang turun pada Rasulullah SAW yaitu pertama kali dengan iqra (bacalah). Berarti tidak masalah bukan dalam diri seseorang jika mempunyai kegemaran membaca buku, tetapi tetap harus mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Memang menjadi seorang mahasiswa itu harus banyak membaca buku, tetapi juga harus diimbangi dengan skill.

Apalagi jika kita menjadi mahasantri (mahasiswa santri), pasti kita sangat dipercaya dapat mengetahui berbagai macam informasi dari luar dan dapat mengamalkannya, entah itu kapan ataupun besok kalau sudah terjun dimasyarakat langsung, karena mereka kira pasti di kampus kita memiliki banyak pengetahuan dan kalau sudah pulang ke pesantren pun diajarkan lagi mengenai pengetahuan agama sehingga ilmu kita terus bertambah.

Alangkah baiknya kita sebagai mahasiswa perlu mengimbangi antara pekerjaan apapun yang menurutnya baik. Kita tetap harus belajar, berinteraksi, dan mengubah pola pikir kita karena kita telah memasuki usia yang tidak lagi seperti anak kecil yang harus dituruti jika minta ini itu, tetapi kita sudah sadar diri bahwa kita itu sudah dewasa,telah menjadi  mahasiswa, sudah saatnya memiliki jiwa-jiwa pembangun, menjadi kaum intelektual dan menjadi kaum berpendidikan yang bisa dicontoh oleh orang lain.

Ilmu itu bukan hanya didapat dari tempat-tempat yang memiliki fasilitas baik, mewah tetapi ilmu juga bisa didapat dari orang-orang di sekitar kita yang bahkan kita sendiri tidak begitu sadar bahwa kita telah menambah ilmu kita dengan berinteraksi dengan orang orang lain. Kita sudah sangat memahami peran kita sebagai mahasiswa harus menjadi agen perubahan. Namun sampai sekarang masih adakah yang tidak suka membaca buku?
Bagikan :

Tambahkan Komentar