Oleh : Yusma Ita
Mahasiswi PGMI STAINU Temanggung

Bernyanyi merupakan salah satu hobi yang disukai hampir semua orang. Tidak dipungkiri lagi, bahwa lagu mampu mengubah kondisi emosional manusia. Lagu dapat memberikan efek menghilangkan bosan dan juga memberikan efek “galau” pada mereka yang sedang dalam kondisi sedih. Saat ini, lagu atau nyanyian merupakan salah satu sarana bantu untuk belajar. Belajar yang diselingi dengan lagu akan membuat anak-anak lebih semangat. 

Metode bernyanyi biasanya digunakan untuk membantu anak-anak dalam menghafalkan pembelajaran. Nyanyian yang digunakan pada pembelajaran tidak terlepas dari lagu anak-anak, lagu Nasional dan lagu Tradisional. Tetapi pada zaman sekarang ini, anak-anak lebih menghafal lagu orang dewasa daripada lagu anak-anak maupun lagu nasional itu sendiri. Sebut saja seperti lagu cendol dawet, bojo galak, pamer bojo dan yang sedang menjalar seperti lagu paijo, yang di mana terdapat lirik “paijo mumet ndase”. Lalu bagaimana dengan seorang guru menghadapi anak-anak yang terkena virus paijo, apakah juga akan mumet ndase?

Menghidupkan Lagu Anak-anak
Lagu merupakan nyayian yang diiringi oleh suara musik. Sedangkan Lagu anak-anak merupakan lagu yang khusus dirancang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak dengan bahasa yang sederhana. Lagu anak-anak biasanya mereka peroleh dari lingkungan sekolah. Disini anak-anak adalah peniru, apa yang dilihat dan didengar oleh anak biasanya langsung diingat oleh otaknya. Usia anak-anak memang masih berlian, maka mengajarkan lagu pada anak juga harus sesuai dengan kebutuhannya. Anak-anak adalah cerminan dari orang tuanya. Baik buruknya anak tergantung orang tua yang mendidiknya disamping itu faktor utama adalah faktor lingkungannya.

Pada zaman sekarang ini, anak-anak lebih tertarik bahkan menghafal lagu orang-orang dewasa. Ini akan berdampak bagi perkembangan anak yang seharusnya belum mendengarkan menyanyikan lagu dewasa tersebut seusianya, terutama pada suara anak yang belum waktunya menirukan lagu dewasa dengan nada suara yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena pengaruh media sosial dan juga kurangnya memperkenalkan lagu anak-anak oleh orang tua dalam kehidupannya. Lagu anak-anak identik dengan bahasanya yang sederhana dan memiliki lirik yang bermakna dibandingkan lagu sekarang yang kontennya bermakna dewasa.

Tidak hanya orang tua, guru juga sebagai tauladan bagi siswa-siswanya. Untuk itu, guru juga harus menerapkan metode keteladanan pada siswa. Memberikan teladan yang baik seperti halnya memperkenalkan lagu anak-anak didalam pembelajaran agar menyeimbangkan anak dalam menerima lagu di lingkungan sekolah dan di lingkungan rumahnya. Lagu yang dikenalkan pada anak-anak meliputi lagu nasional dan lagu tradisional anak. Lagu tradisional anak biasanya berisi lagu “tembang dolanan”, karena dunia anak memang identik dengan kegiatan bermain. Akan tetapi, lagu anak-anak seperti kasih ibu, pergi belajar, tanah airku serta lagu-lagu tradisional anak tersebut seperti cublek-cublek suweng dan jamuran kini sudah jarang bahkan tidak pernah dinyanyikan oleh anak-anak. Hal ini dibuktikan dalam kehidupannya, jika anak disuruh menyanyikan lagu tradisional tersebut mereka cenderung menjawab tidak bisa bahkan tidak mengerti.

Lagu nasional biasanya hanya dinyanyikan oleh anak pada saat upacara bendera saja, sehingga anak kurang mengenal lagu-lagu nasional lainnya. Ditambah saat-saat ini, ada guru yang memperkenalkan pendidikan anak lewat senam yang diiringi dengan lagu orang dewasa. Seharusnya kegiatan senam tersebut diiringi dengan lagu anak nasional atau anak nusantara.

Peran orang tua dalam mengawasi anaknya menggunakan media sosial sangat diperlukan mengenai apa saja yang dilihatnya selama bermedia sosial. Bahkan anak seusuia Taman Kanak-kanak (TK) sudah hafal dengan lagu dangdut yang sedang membuming yang seharusnya belum mereka dengarkan. Tidak hanya anak-anak, bahkan virus lagu-lagu dangdut telah meratakan pengguna media sosial dari kalangan siswa siswa SMA hingga orang dewasa.

 Dunia anak-anak yang dikelilingi oleh media sosial tersebut dapat menimbulkan dampak positif dan tentunya juga menimbulkan dampak negatif. Seiring dengan perkembangan zaman, lagu terus mengalami penambahan dan perkembangan, sehingga menggeserkan keharmonisan lagu anak-anak. Dari lingkungannya anak-anak mengenal pendidikan. 

Dalam pendidikan itulah tugas seorang guru atau pendidik hendaknya mengenalkan dan mempertahankan lagu nasional dan juga lagu anak-anak. Tetapi tidak bisa dielak bahwa sekarang anak-anak malah lebih tertarik pada lagu-lagu dangdut. Seperti lagu paijo mumet ndase tersebut, yang sama sekali tidak berkaitan dengan pendidikan.

Kurikulum pendidikan yang diterapkan saat ini yaitu kurikulum 2013, dimana dalam pembelajaran, guru melakukan kegiatan bernyayi lagu nasional dan lagu tradisional sebelum, sesudah bahkan saat proses pembelajaran. Hal ini sagat mendukung perkembangan anak dalam mengenal lagu nasional dan tradisionalnya. Untuk itu, anak-anak harus diperkuat dengan lagu anak-anak yang seharusnya.

Mengharmoniskan Lagu Anak-anak
Anak-anak adalah masa berlian untuk menerima pendidikan. Maka peran orang tua maupun guru harus memberikan pendidikan yang baik terutama pada lagu anak-anak. Untuk itu, lagu anak-anak harus tetap harmonis dan melekat pada diri anak. Adapun kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengharmoniskan lagu anak-anak yaitu dengan mengajari anak lagu tradisional seperti cublek-cublek suweng, lir-ilir, jamuran dan lagu tradisional anak lainnya. Menegur anak jika melantunkan lagu-lagu dangdut yang tidak terkait pendidikan. Adapun kiat yang dilakukan oleh orang tua dalam membantu mengharmoniskan lagu anak, yaitu dengan memperkenalkan lagu anak. Memberikan perhatian pada anak ketika anak bermain media sosial dengan mengawasi apa yang dilihatnya. Dengan adanya kerjasama antara guru dan orang tua siswa maka lagu anak-anak tidak menjadi asing lagi bagi anak-anak.  

Bagikan :

Tambahkan Komentar