Tabayuna.com - Mahasiswa Prodi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Walisongo Semarang selama beberapa tahun terakhir ini terus mentradisikan budaya menulis buku di kalangan mahasiswa dalam rangka meningkatkan kualitas keilmuan. Sebanyak 10 judul buku mahasiswa Prodi Matematika FST UIN Walisongo berhasil diterbitkan pada hari Selasa (17/12). Acara yang bertemakan “Membangun Peradaban Melalui Generasi Milenial dan Budaya Literasi” dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Dr. H. Ismail, M.Ag.
Kegiatan yang berlangsung di Auditorium 1 lantai 2 Kampus 1 UIN Walisongo Semarang dihadiri oleh Wakil Dekan 1, Dr. Saminanto, M. Sc, Wakil Dekan 2, Dr. H. Nur Khoiri, M.Ag dan Wakil Dekan 3, Dr. Nur Khasanah, M.Kes, Kajur Prodi Pendidikan Matematika, Yulia Romadiastri, M.Sc, Sekjur, Nadhifah, M.Ag serta jajaran dosen dan mahasiswa di lingkungan FST UIN Walisongo Semarang.
Gagasan besar dari 10 buku dipaparkan langsung oleh para penulis, diantaranya, Kiprah Mahasiswa, Kuliah Kerja Nikah, CERMIN (Bacaan Refleksi Dirimu), Teropong Milenial, Kisah Inspiratif Mahasiswa Masa Kini, Save Our Generation, Topeng di Balik Generasi 5.0, Kampus dalam Pusaran Radikalisme Benarkah?, Diary Mahasiswa, dan Mengguat Marwah Saintis.
Dosen Jurnalistik FST, Nanang Qosim, M.Pd mengatakan bahwa launching dan bedah buku karya mahasiswa ini menjadi langkah awal dalam menggalakkan semangat literasi di kalangan mahasiswa untuk menggali semangat menulis buku. Kalangan mahasiswa punya tradisi keilmuan yang sangat kaya, sehingga harus digali dengan sebaik mungkin.
“Buku-buku yang ditulis mahasiswa ini merupakan amal jariyah dan bagian dari jihad literasi, menggali khazanah keilmuan mahasiswa lewat budaya menulis. Bedah buku menjadi awal untuk membangkitkan mahasiswa semangat menulis,” ajak Nanang Qosim, pria kelahiran Demak.
Dosen FST, yang sekaligus pembedah karya mahasiswa, Nanang Qosim, M.Pd. menambahkan, bahwa mengembangkan budaya literasi termasuk menulis buku bagai mengukir prasasti. bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya.
“Ilmu laiknya hewan buruan, dan tulisan adalah tali pengikatnya,” tegas Nanang dengan meminjam perkataan salah satu tokoh muslim, Imam Syafii.
Dekan FST UIN Walisongo Semarang, Dr. H. Ismail, M.Ag mengapresiasi kepada seluruh mahasiswa pendidikan matematika yang telah menerbitkan karya yang luar biasa, khususnya kepada Nanang Qosim, M.Pd.selaku dosen yang aktif membimbing mahasiswa untuk aktif menulis buku.
Hal senada diungkapkan Wakil Dekan 2 FST, Dr. H. Nur Khoiri, M.Ag. Ia mengatakan sudah seyogianya mahasiswa mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan, melalui karya-karya yang diterbitkan seperti ini.
Salah satu mahasiswa penulis buku, Cindy Antika Wahyuningrum menuturkan bahwa dirinya tertarik dengan dunia menulis namun terlalu malas untuk memulainya. Namun mata kuliah Dasar-Dasar Jurnalistik yang diampu oleh Nanang Qosim, M.Pd memberi percikan semangat baru untuk belajar lebih dalam mengenai dunia penulisan.
“Saya merasa bangga karena bisa menerbitkan buku bersama kawan-kawan. Saya juga berharap semoga budaya literasi di lingkungan FST tidak berhenti sampai di sini, melainkan bisa menumbuhkan kesadaran akan urgensi dan berlanjut terus menerus budaya literasi sehingga bisa menjadi manusia yang berwawasan luas dengan beragam cara pandang,” pungkas Cindy. (Tb77).
Kegiatan yang berlangsung di Auditorium 1 lantai 2 Kampus 1 UIN Walisongo Semarang dihadiri oleh Wakil Dekan 1, Dr. Saminanto, M. Sc, Wakil Dekan 2, Dr. H. Nur Khoiri, M.Ag dan Wakil Dekan 3, Dr. Nur Khasanah, M.Kes, Kajur Prodi Pendidikan Matematika, Yulia Romadiastri, M.Sc, Sekjur, Nadhifah, M.Ag serta jajaran dosen dan mahasiswa di lingkungan FST UIN Walisongo Semarang.
Gagasan besar dari 10 buku dipaparkan langsung oleh para penulis, diantaranya, Kiprah Mahasiswa, Kuliah Kerja Nikah, CERMIN (Bacaan Refleksi Dirimu), Teropong Milenial, Kisah Inspiratif Mahasiswa Masa Kini, Save Our Generation, Topeng di Balik Generasi 5.0, Kampus dalam Pusaran Radikalisme Benarkah?, Diary Mahasiswa, dan Mengguat Marwah Saintis.
Dosen Jurnalistik FST, Nanang Qosim, M.Pd mengatakan bahwa launching dan bedah buku karya mahasiswa ini menjadi langkah awal dalam menggalakkan semangat literasi di kalangan mahasiswa untuk menggali semangat menulis buku. Kalangan mahasiswa punya tradisi keilmuan yang sangat kaya, sehingga harus digali dengan sebaik mungkin.
“Buku-buku yang ditulis mahasiswa ini merupakan amal jariyah dan bagian dari jihad literasi, menggali khazanah keilmuan mahasiswa lewat budaya menulis. Bedah buku menjadi awal untuk membangkitkan mahasiswa semangat menulis,” ajak Nanang Qosim, pria kelahiran Demak.
Dosen FST, yang sekaligus pembedah karya mahasiswa, Nanang Qosim, M.Pd. menambahkan, bahwa mengembangkan budaya literasi termasuk menulis buku bagai mengukir prasasti. bahwa, secara fakta dokumen tertulis dapat survive lebih lama dibandingkan manusia itu sendiri, karena bahasa tulisan mudah dipelihara dari generasi sesuatu ke generasi berikutnya.
“Ilmu laiknya hewan buruan, dan tulisan adalah tali pengikatnya,” tegas Nanang dengan meminjam perkataan salah satu tokoh muslim, Imam Syafii.
Dekan FST UIN Walisongo Semarang, Dr. H. Ismail, M.Ag mengapresiasi kepada seluruh mahasiswa pendidikan matematika yang telah menerbitkan karya yang luar biasa, khususnya kepada Nanang Qosim, M.Pd.selaku dosen yang aktif membimbing mahasiswa untuk aktif menulis buku.
Hal senada diungkapkan Wakil Dekan 2 FST, Dr. H. Nur Khoiri, M.Ag. Ia mengatakan sudah seyogianya mahasiswa mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan, melalui karya-karya yang diterbitkan seperti ini.
Salah satu mahasiswa penulis buku, Cindy Antika Wahyuningrum menuturkan bahwa dirinya tertarik dengan dunia menulis namun terlalu malas untuk memulainya. Namun mata kuliah Dasar-Dasar Jurnalistik yang diampu oleh Nanang Qosim, M.Pd memberi percikan semangat baru untuk belajar lebih dalam mengenai dunia penulisan.
“Saya merasa bangga karena bisa menerbitkan buku bersama kawan-kawan. Saya juga berharap semoga budaya literasi di lingkungan FST tidak berhenti sampai di sini, melainkan bisa menumbuhkan kesadaran akan urgensi dan berlanjut terus menerus budaya literasi sehingga bisa menjadi manusia yang berwawasan luas dengan beragam cara pandang,” pungkas Cindy. (Tb77).
Tambahkan Komentar