Temanggung, TABAYUNA.com – Unit Kajian Islam (UKI) STAINU Temanggung dalam memperingati kelahiran Jenderal hebat, seorang pahlawan revolusioner bangsa mengadakan kegiatan “Nonton Film bareng dan Diskusi bersama”. Kegiatan ini dimulai pukul 13.00 WIB. Di Gedung Akhwalussakhiah STAINU Temanggung dengan Narasumber oleh Usman Mafrukin S.Pd dan Moderator Ahmad Farichin yang diikuti oleh mahasiswa STAINU Temanggung, Jumat (24/1/2020).
Hal menarik yang dikaji dalam diskusi ini mengenai sosok Jendral Sudirman sebagai Jendral besar dalam membela bangsa Indonesia di era penjajahan kolonial Belanda. Proses diskusi berjalan begitu heboh saat terjadi argumen baik pro maupun kontra mengenai sosok Jendral Sudirman.
“Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi Benteng Merah Putih. Akan tetap hidup, Tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi”.
Pengggalan Kalimat yang begitu indah akan rasa Nasionalisme sosok seorang pahlawa yang begitu besar dalam membela bangsanya sampai titik darah penghabisan, hal ini yang seharusnya menjadi sebuah dimensi bagi generasi milineal dalam menjadi penerus generasi bangsa di era revolusi Industri 4.0 ini.
Tokoh jendral sudirman memang selayaknya menjadi bagian dari keteladanan kepemimpinan, seperti salah satu ungkapannya “yang sakit adalah sudirman, paglima tidak ada rasa sakit”, jika dimaknai perkataan tersebut sangat mendalam, dan jarang yang sekarang ini dapat melaksanakan hal tersebut, karena jika diitarik benang merah, ungkapan tersebut adalah merelakan jiwa dan raga untuk mengabdi tanpa memperhatikan diri sendiri hinngga muncul pertanyaan, “apakah ada yang dapat meniru sosok jendral Sudirman di zaman seperti ini?
Tentu mustahil jika menjadi jendral sudirman, karena setiap insan diciptakan berbeda-beda, tidak ada yang sama. Namun, jika dalam sifat, tingkah laku, kita sedikit demi sedikit dapat meniru, mempelajari dan mengaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
Rutinitas kegiatan Unit Kajian Islam (UKI) STAINU Temanggung yang dilaksanakan setiap minggunya khususnya di hari jumat berharap mampu menambah minat mahasiswa dalam mengasah ajang kreatifitas, baik dalam berorganisasi di intra maupun ekstra kampus yang mampu menumbuhkan jiwa nasionalisme seperti apa yang dapat kita tauladani dari sosok Jendral Sudirman. Hingga pada pertanyyan terakhir, apakah kita mampu meneruskan perjuangan beliau? Mari kita renungkan! (Tb55/Iis Narahmalia).
Hal menarik yang dikaji dalam diskusi ini mengenai sosok Jendral Sudirman sebagai Jendral besar dalam membela bangsa Indonesia di era penjajahan kolonial Belanda. Proses diskusi berjalan begitu heboh saat terjadi argumen baik pro maupun kontra mengenai sosok Jendral Sudirman.
“Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi Benteng Merah Putih. Akan tetap hidup, Tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi”.
Pengggalan Kalimat yang begitu indah akan rasa Nasionalisme sosok seorang pahlawa yang begitu besar dalam membela bangsanya sampai titik darah penghabisan, hal ini yang seharusnya menjadi sebuah dimensi bagi generasi milineal dalam menjadi penerus generasi bangsa di era revolusi Industri 4.0 ini.
Tokoh jendral sudirman memang selayaknya menjadi bagian dari keteladanan kepemimpinan, seperti salah satu ungkapannya “yang sakit adalah sudirman, paglima tidak ada rasa sakit”, jika dimaknai perkataan tersebut sangat mendalam, dan jarang yang sekarang ini dapat melaksanakan hal tersebut, karena jika diitarik benang merah, ungkapan tersebut adalah merelakan jiwa dan raga untuk mengabdi tanpa memperhatikan diri sendiri hinngga muncul pertanyaan, “apakah ada yang dapat meniru sosok jendral Sudirman di zaman seperti ini?
Tentu mustahil jika menjadi jendral sudirman, karena setiap insan diciptakan berbeda-beda, tidak ada yang sama. Namun, jika dalam sifat, tingkah laku, kita sedikit demi sedikit dapat meniru, mempelajari dan mengaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
Rutinitas kegiatan Unit Kajian Islam (UKI) STAINU Temanggung yang dilaksanakan setiap minggunya khususnya di hari jumat berharap mampu menambah minat mahasiswa dalam mengasah ajang kreatifitas, baik dalam berorganisasi di intra maupun ekstra kampus yang mampu menumbuhkan jiwa nasionalisme seperti apa yang dapat kita tauladani dari sosok Jendral Sudirman. Hingga pada pertanyyan terakhir, apakah kita mampu meneruskan perjuangan beliau? Mari kita renungkan! (Tb55/Iis Narahmalia).
Tambahkan Komentar