Oleh Prasetyo Hestina Anggraeni

Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah INISNU Temanggung

Kata investasi bukanlah hal yang tampak asing lagi. Bahkan saat masih kecil pun mungkin kita sudah sering mendengar kata investasi baik dari cuplikan sinetron atau iklan. Hanya saja kita belum paham apa itu investasi secara mendalam. Dulu saat mendengar kata investasi yang menjadi isi pikiran mungkin seputar saham saja. Padahal bukan hanya itu, memang investasi saham merupakan yang terpopuler di kalangan orang awam. Tetapi sebenarnya investasi tidak hanya berkutat di saham saja karena ada produk lainnya.

Pengertian investasi sendiri adalah kegiatan penanaman modal baik berupa uang atau asset berharga lainnya pada suatu pihak, lembaga, atau benda dengan harapan akan mendapat keuntungan di waktu yang akan datang. Investasi dengan uang yang umumnya dilakukan yaitu melalui deposito, obligasi, saham, dan reksadana. Deposito sekilas mirip dengan tabungan. Tetapi yang membedakan yaitu deposito tidak dapat diambil sembarangan. Tabungan yang didepositokan hanya bisa diambil ketika sudah jatuh tempo, biasanya yaitu sekitar 12 bulan atau lebih sesuai dengan kebijakan dari bank. Deposito juga mudah dan dapat dijangkau semua kalangan.

Obligasi merupakan investasi dengan memberikan surat utang atau pinjaman kepada pihak yang membutuhkan suntikan dana dengan batas waktu tertentu bisa satu atau sepuluh tahun lamanya. Investasi lain yang dipandang ‘keren’ selain obligasi dan saham yaitu reksadana. Reksadana merupakan investasi dengan risiko paling rendah. Bahkan para mahasiswa pun bisa berinvestasi dengan reksadana ini karena memang sangat ramah kantong pelajar. Dengan budget Rp10.000 orang sudah bisa menikmati investasi reksadana. Namun, karena risiko yang ditanggung tidak lah berat, keuntungan yang diperoleh juga menyesuaikan. Reksadana ini cocok bagi yang ingin memulai belajar investasi.

Selain dengan uang, kita juga bisa berinvestasi dengan properti, misalnya dengan membeli tanah. Harga tanah makin hari makin naik seiring dengan kebutuhan manusia yang tak terbatas dan pertumbuhan jumlah penduduk. Apabila didirikan sebuah properti di atasnya, maka harga tanah juga akan turut bertambah. Terutama jika letaknya strategis dan banyak diincar. Selain tanah, investasi dengan emas juga bukan hal yang baru. Bahkan sejak zaman orang tua kita dulu sudah banyak yang menyimpan perhiasan emas sebagai tabungan untuk masa depan anaknya.

Hobi Ladang Investasi

Ilmu investasi ini tidak hanya terjadi di masa modern saja. Karena baik orang pedesaan zaman dulu juga sebenarnya sudah menanamkan ilmu investasi itu pada hewan-hewan peliharaan dan tanah yang digarapnya sebagai mata pencaharian. Bedanya sekarang investasi tidak selalu berhubungan dengan pekerjaan. Malah, hobi pun sekarang bisa dijadikan ladang investasi. Bayangkan bagaimana hobi yang digemari dapat mengalirkan cuan di masa mendatang, pasti menjadi makin semangat berinvestasi.

Bagi penggemar Korea, Jepang, maupun serial super hero tentu sudah kenal dekat dengan yang namanya merchandise. Baik berwujud album, lightstick, action figure, dan lainnya. Terkadang belum reda euphoria dengan merchandise lama, sudah mau  rilis merchandise baru yang membuat tangan gatal ingin men-checkout. Hingga tak sadar barang sudah menumpuk penuh.

Orang awam yang bukan penggemar pasti bertanya-tanya untuk apa produk-produk seperti itu dibeli? Karena menurut mereka produk-produk tersebut tidak ada gunanya yang hanya akan berakhir sia-sia. Atau bahkan menganggap para kolektor album dan action figure ini telah dibodohi dan menjadi korban kapitalisme. Jika dipkirkan manfaat langsungnya memang merchandise seperti itu tidak ada gunanya selain hanya untuk menuruti kesenangan. Tetapi apabila ditelaah lebih lanjut, kita bisa mendapatkan pelajaran dan keuntungan darinya.

Tidak bisa disangkal, setiap perusahaan pasti ingin mendapatkan keuntungan dari konsumennya. Sehingga beberapa perusahaan rutin menerbitkan koleksi-koleksi terbarunya dengan embel-embel orisinil yang akan menarik minat penggemar setia. Apalagi jika dilabeli edisi terbatas atau edisi spesial, bisa-bisa harganya juga ‘spesial’ yang membuat penggemar semakin dicap budak kapitalisme. Perusahaan memang pandai mengambil langkah, tetapi konsumen juga cerdas dalam menentukan pilihan. Dengan menjadikan koleksinya sebagai investasi, sehingga tidak ada hal yang sia-sia. Mungkin beberapa waktu ke depan, barang-barang tersebut tidak akan diproduksi lagi dan kemudian akan menjadi barang langka. Saat itu pula harga akan naik sehingga bisa diambil keuntungan walau harus merelakan koleksinya berkurang.

Investasi seperti ini umum terjadi di kalangan penggemar. Di mana mengoleksi barang idolanya merupakan hal yang wajar dan dapat dijadikan sebagai ladang bisnis. Bukan budak kapitalisme, tetapi pandai-pandai saja dalam mengelolanya. Investasi dari hobi seperti ini juga tidak jauh berbeda dengan kolektor barang antik lain. Jadi jika dari hobi saja bisa mendatangkan keuntungan, kenapa tidak?

Bagikan :

Tambahkan Komentar