Oleh: Lufi Sabila

Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam Institut Islam Nahdhatul Ulama Temanggung

sabilalufi@gmail.com 

Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan sumber ajaran yang kedua setelah Alquran. Banyak kita jumpai ayat Alquran dan hadits yang memberikan pengertian bahwa hadits merupakan sumber Islam yang kedua. Hadits menurut istilah adalah segala peristiwa yang disandarkan kepada Rasulullah, baik perkataan, perbuatan, dan apa yang didiamkan Rasul. Untuk Alquran semua periwayatannya berlangsung secara mutawatir, sedangkan periwayatan hadits sebagian berlangsung secara mutawatir,  dan sebagian lagi berlangsung secara Ahad. Dari sini muncul berbagai macam persoalan, di mana sebagian orang yang sengaja mengatasnamakan Rasul untuk memenuhi kepentingan diri sendiri dengan membuat hadits palsu. Hadits palsu atau yang kita kenal dengan hadits maudhu’ mempunyai beberapa pengertian, antara lain menggugurkan, menghinakan, mengurangkan, merendahkan, dan sebagainya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hadits maudhu’ adalah sesuatu yang disandarkan kepada Rasul, baik perbuatan, perkataan, taqrir dan sifat beliau secara dusta.

Sejarah singkat mengenai munculnya hadits maudhu’, diantaranya adalah ketika Islam tersebar sampai pelosok dunia, sebagian golongan dari mereka menganut Islam hanya karena terpaksa mengalah kepada kekuatan Islam pada masa itu. Golongan ini yang kemudian menyimpan dengki terhadap Islam sehingga mereka menunggu peluang yang tepat untuk menghancurkan dan menimbulkan keraguan di dalam hati orang banyak terhadap Islam. Hal tersebut terjadi ketika masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, dimana ketika terjadi fitnah yaitu ketika Utsman terbunuh, apabila mendengar hadits, mereka selalu bertanya “Dari manakah hadits itu diperoleh? Apabila diperoleh dari orang-orang Ahlussunnah, maka hadits itu diterima. Namun apabila diterima dari orang-orang penyebar bid'ah, maka hadits itu ditolak (Ali Mustofa:82). Untungnya penyebaran hadis maudhu’ pada saat itu belum gencar, karena masih banyak sahabat utama yang mengetahui dengan persis akan kepalsuan sebuah hadits. Sahabat tahu akan larangan dari Rasulullah terhadap orang yang membuat hadits palsu sebagaimana sabda beliau “Siapa saja yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka dia telah mempersiapkan tempatnya di dalam neraka”.

Lalu, apa saja contoh hadits maudhu’ yang sudah masyhur di kalangan masyarakat? Meskipun para ulama sudah mewanti-wanti umat Islam agar menghindari hadits maudhu’, kenyataannya sebagian sudah terlanjur masyhur di masyarakat. Diantaranya adalah hadis “Barang siapa mengenali dirinya maka ia telah mengenal Tuhannya”. Ungkapan ini bukan hadits, tetapi ucapan Yahya Bin Muadz. Walaupun bukan hadits, tapi ungkapan ini tidak bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, yaitu ketika Nabi ditanya “Siapakah orang yang paling mengenali Tuhannya? Nabi menjawab: Orang-orang yang paling mengenali dirinya. Yang kedua adalah hadits “Cinta tanah air sebagian dari iman”. Ungkapan ini pun bukan hadits dan tidak mempunyai asal. Namun Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Dahhak ia berkata, ketika Nabi keluar meninggalkan Mekah, beliau merindukan tanah kelahirannya. Al-Ashmu’i berkata “Aku mendengar seorang A’rabi (badui) berkata: jika kamu ingin mengetahui kesatriaan seorang laki-laki, maka lihatlah bagaimana ia menyayangi dan merindukan tanah air dan saudara-saudaranya, dan bagaimana tangisannya ketika ia teringat sesuatu yang telah ia lalui.

Sebagian besar orang awam pun percaya dengan kebenaran hadits maudhu’ seperti yang telah disebutkan. Selain itu, masih banyak lagi hadits palsu yang sudah familiar, seperti kebersihan sebagian dari iman, barang siapa yang mengagungkan kelahiranku maka aku akan menjadi penyafaatnya di hari kiamat, dan lain sebagainya. Para muhadditsin mengidentifikasikan, bahwa upaya dalam mengantisipasi penyebaran hadits palsu, diantaranya dengan mengisnadkan hadits; meningkatkan usaha pencarian hadits; mengambil tindakan tegas terhadap pemalsuan hadits; menerangkan keadaan perawi hadits; menetapkan kaedah umum yang kuat untuk mengetahui hadits maudhu’. Selain itu, di zaman yang super modern ini telah banyak aplikasi, salah satunya adalah aplikasi untuk mendeteksi keshahihan hadits yaitu Maktabah Shamila. Dalam aplikasi tersebut, kita dapat mengetahui dengan detail keberadaan hadits, lengkap dengan perawi dan sanadnya.

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar