Oleh: Lufi Sabila
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam Institut Islam Nahdhatul Ulama
Temanggung
Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan sumber ajaran yang kedua
setelah Alquran. Banyak kita jumpai ayat Alquran dan hadits yang memberikan
pengertian bahwa hadits merupakan sumber Islam yang kedua. Hadits menurut
istilah adalah segala peristiwa yang disandarkan kepada Rasulullah, baik
perkataan, perbuatan, dan apa yang didiamkan Rasul. Untuk Alquran semua
periwayatannya berlangsung secara mutawatir, sedangkan periwayatan hadits
sebagian berlangsung secara mutawatir,
dan sebagian lagi berlangsung secara Ahad. Dari sini muncul berbagai
macam persoalan, di mana sebagian orang yang sengaja mengatasnamakan Rasul
untuk memenuhi kepentingan diri sendiri dengan membuat hadits palsu. Hadits
palsu atau yang kita kenal dengan hadits maudhu’ mempunyai beberapa pengertian,
antara lain menggugurkan, menghinakan, mengurangkan, merendahkan, dan
sebagainya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hadits maudhu’ adalah sesuatu
yang disandarkan kepada Rasul, baik perbuatan, perkataan, taqrir dan sifat
beliau secara dusta.
Sejarah singkat mengenai munculnya hadits maudhu’, diantaranya adalah
ketika Islam tersebar sampai pelosok dunia, sebagian golongan dari mereka
menganut Islam hanya karena terpaksa mengalah kepada kekuatan Islam pada masa
itu. Golongan ini yang kemudian menyimpan dengki terhadap Islam sehingga mereka
menunggu peluang yang tepat untuk menghancurkan dan menimbulkan keraguan di
dalam hati orang banyak terhadap Islam. Hal tersebut terjadi ketika masa
pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, dimana ketika terjadi fitnah yaitu
ketika Utsman terbunuh, apabila mendengar hadits, mereka selalu bertanya “Dari
manakah hadits itu diperoleh? Apabila diperoleh dari orang-orang Ahlussunnah,
maka hadits itu diterima. Namun apabila diterima dari orang-orang penyebar
bid'ah, maka hadits itu ditolak (Ali Mustofa:82). Untungnya penyebaran hadis
maudhu’ pada saat itu belum gencar, karena masih banyak sahabat utama yang
mengetahui dengan persis akan kepalsuan sebuah hadits. Sahabat tahu akan
larangan dari Rasulullah terhadap orang yang membuat hadits palsu sebagaimana sabda
beliau “Siapa saja yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka dia telah
mempersiapkan tempatnya di dalam neraka”.
Lalu, apa saja contoh hadits maudhu’ yang sudah masyhur di kalangan
masyarakat? Meskipun para ulama sudah mewanti-wanti umat Islam agar menghindari
hadits maudhu’, kenyataannya sebagian sudah terlanjur masyhur di masyarakat.
Diantaranya adalah hadis “Barang siapa mengenali dirinya maka ia telah
mengenal Tuhannya”. Ungkapan ini bukan hadits, tetapi ucapan Yahya Bin
Muadz. Walaupun bukan hadits, tapi ungkapan ini tidak bertentangan dengan
hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, yaitu ketika Nabi ditanya “Siapakah
orang yang paling mengenali Tuhannya? Nabi menjawab: Orang-orang yang paling
mengenali dirinya. Yang kedua adalah hadits “Cinta tanah air sebagian dari
iman”. Ungkapan ini pun bukan hadits dan tidak mempunyai asal. Namun Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan dari Dahhak ia berkata, ketika Nabi keluar meninggalkan
Mekah, beliau merindukan tanah kelahirannya. Al-Ashmu’i berkata “Aku mendengar
seorang A’rabi (badui) berkata: jika kamu ingin mengetahui kesatriaan seorang
laki-laki, maka lihatlah bagaimana ia menyayangi dan merindukan tanah air dan
saudara-saudaranya, dan bagaimana tangisannya ketika ia teringat sesuatu yang
telah ia lalui.
Sebagian besar orang awam pun percaya dengan kebenaran hadits maudhu’
seperti yang telah disebutkan. Selain itu, masih banyak lagi hadits palsu yang
sudah familiar, seperti kebersihan sebagian dari iman, barang siapa yang
mengagungkan kelahiranku maka aku akan menjadi penyafaatnya di hari kiamat,
dan lain sebagainya. Para muhadditsin mengidentifikasikan, bahwa upaya dalam
mengantisipasi penyebaran hadits palsu, diantaranya dengan mengisnadkan hadits;
meningkatkan usaha pencarian hadits; mengambil tindakan tegas terhadap
pemalsuan hadits; menerangkan keadaan perawi hadits; menetapkan kaedah umum
yang kuat untuk mengetahui hadits maudhu’. Selain itu, di zaman yang super
modern ini telah banyak aplikasi, salah satunya adalah aplikasi untuk
mendeteksi keshahihan hadits yaitu Maktabah Shamila. Dalam aplikasi
tersebut, kita dapat mengetahui dengan detail keberadaan hadits, lengkap dengan
perawi dan sanadnya.
Tambahkan Komentar