Oleh Tri Nadya Septiyaningrum

Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung

Istilah paradigma sering dijumpai dalam bidang apapun, seperti politik, ekonomi, hukum, dan masih banyak lagi. Tidak terlepas dalam bidang keilmuan, paradigma menjadi salah satu pokok pembelajaran yang sering dibahas dikalangan akademisi. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai paradigma, perlu diketahui dulu apa yang dimaksud dengan paradigma.

Merurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) Paradigma merupakan model dalam teori ilmu pengetahuan. Tak hanya itu saja, dalam percakapan sehari-hari, istilah paradigma adalah berpikir. Sebab, paradigma merupakan model utama, pola, ataupun metode untuk meraih beberapa jenis tujuan. Seringkali paradigma disebut sebagai sifat yang paling khas atau dasar dari sebuah teori ataupun  cabang ilmu.

Menurut Thomas Kuhn, salah satu pencetus gagasan paradigma. Beliau berpendapat bahwa paradigma merupakan paradigma sendiri adalah suatu landasan berpikir, konsep dasar, dan juga landasan berpikir yang dipakai atau dianut sebagai model ataupun konsep dasar para ilmuwan dalam melakukan studinya. Di dalam bukunya itu, Kuhn menyebutkan bahwa paradigma adalah temonologi kunci yang di pakai dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Dari pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa paradigma menjadi landasan dalam bidang apapun, terutama dalam bidang akademik. Universitas yang menjadi sumber akademik bagi semua orang, terutama bagi para mahasiswa. Seperti halnya INISNU Temanggung yang menjadi salah satu gudang ilmu bagi mahasiswa di Temanggung. INISNU Temanggung tentunya memunyai landasan berpikir sendiri yang disebut sebagai Paradigma Integrasi-kolaborasi yang diimplementasikan dalam bentuk Ketupat Ilmu.

Paradigma Integrasi-kolaborasi merupakan model paradigma keilmuan yang di bangun INISNU temanggung. Nama lain dari integrasi-kolaborasi adalah paradigma ketupat ilmu, kolaborasi keilmuan, collaboration of science, atau takatuful ulum. Paradigma sendiri mrupakan theoretical framework (kerangka teoritis), conceptual framework (kerangka konseptual), frame of thinking (kerangka pemikiran), atau approach (pendekatan).

Paradigma Integrasi-kolaborasi yang menjadi landasan berpikir INISNU Temanggung atau disusun berdasarkan tiga landasan teoritis, yakni Landasan Ontologis, Landasan Epistemologis, dan Landasan Aksiologis. Landasan ontologis merupakan bidang filsafat yang mengkaji hakikat keberadaan sesuatu sesuai dengan tata hubungan yang sistematis berdasarkan hukum sebab akibat. Landasan ontologis di INISNU temanggung bersumber dari al-quran dan hadist, dengan menerapkan nilai-nilai tri dharma.

Landasan epistimologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validasi pengetahuan yang bersifat evaluative, normativ, dan ktitis. Dalam pengembangan landasan epistemologi paradigma keilmuan ketupat ilmu, yang perlu ditekankan dalam konteks ini adalah objek material dan objek formal dari episteologi  ketupat ilmu itu sendiri. Objek material epistemologi intinya pada pengetahuan tentang paradigma ketupat ilmu itu sendiri, sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan tentang ketupat ilmu sendiri.

Landasan aksiologis merupakan cabang filsafat yang mengkaji nilai kebenaran, keindahan, kebaikan dan religious yang berasal dari nilai-nilai leluhur hidup manusia. Landasan aksiologis dalam konteks ini hakikatnya juga dapat di dasarkan dari prinsip dasar aswaja, nilai-nilai mabadi khaira ummah, nilai-nilai ukhuwah nahdliyyah, dan nilai-nilai ajaran tri dharma.

Makna dari ketupat ilmu bukan mengarah pada bentuk ketupat seperti aslinya, namun menekankan pada filosofi-filosofi yang di bangun dari kerangka ontologis, epistemologis, dan aksiologis yang sudah dijabarkan di atas. Setelah di jabarkan secara ilmiah, paradigma ketupat ilmu di atas menjadi landasan dalam melaksanakan kegiatan tri dharma perguruan tinggi di INISNU temangung. Mulai dari implementasi dalam visi,misi,tujuan,kurikulum,budaya akademik, budaya kerja, dan lainya termasuk dalam logo INISNU temanggung yang menyerupai ketupat.

Implementasi menurut kamus webster berasal dari Bahasa inggris yaitu implement. Dalam kamus, implementasi berarti menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu dan memilki efek yang sebenarnya. Implementasi paradigma keilmuan integrasi-kolaborasi di INISNU temanggung mempunyai strategi pencapaian paradigma integrasi-kolaborasi. Strategi yang dilakukan untuk mewujudkan paradigma keilmuan ketupat ilmu dan mengimplementasikannya, dibutuhkan metode atau strategi. Strategi pertama yang digunakan yaitu  al-muhafadzatu ‘ala qodimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah (mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik). Strategi kedua yang digunakan dengan menerapkan konsep dan teori fungsionalisme struktural Talcott persons. Struktural person ini di awali dengan empat skema penting mengenai fungsi untuk semua sistem Tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan teori / skema AGIL atau adaption, goalattainment,integration,latent-patern-maintenace Yang dilakukan untuk mencapai atau mengimplementasikan gagasan paradigma keilmun ketupat ilmu di INISNU temanggung  dari strategi di atas, INISNU temanggung memiliki strategi pencapaian melalui berbagai Langkah implementatif. Mulai dari implementasi dalam visi, misi, dan tujuan INISNU temanggung, implementasi dalam tri dharma perguruan tinggi, implementasi dalam kurikulum, implementasi dalam budaya kerja dan budaya akademik.

Implementasi dalam visi,misi,dan tujuan INISNU temanggung, dari paradigma keilmuan yang di kembangkan INISNU temanggung muncul lah visi sebagai berikut “  unggul dan terdepan dalam kolaborasi keilmuan dan terdepan dalam kolaborasi keilmuan dan keislaman yang bersumber pada islam, aswaja annahdliyah dan sains ‘’. Implementasi dalam kurikulum di INISNU temanggung ini merupakan salah satu perguruan tinggi yang berdiri sejak tahun 1969 dan resmi menjadi INISNU pada tahun 2021. Sejak agustus 2018, dilakukan peninjaun kurikulum mengacu pada KKNI-SN Dikti yang di perkuat dengan penciri universitas pada manhaj islam aswaja annahdliyah yang sebelumnya hanya aswaja saja. Perubahan ini bertujuan mencirikan kampus yang benar-benar menjunjung tinggi moderasi mulai dari cara berfikir, hingga perilaku saat ini banyak ormas islam mengaku aswaja namun mereka tidak menjadikan aswaja sebagai metode sebagai berpikir.

Implementasi dalam budaya organisasi di INISNU temanggung meliputi budaya nilai / karakter INISNU temanggung dan budaya mutu INISNU temanggung. Mutu keja di sini merupakan implementasi dari budaya mutu yang di terapkan, dengan rician dan indikator sebagai berikut di mulai dari profesioanl, disiplin, kreatif, konsisten, pelayanan berkualitas, transparan, bermoral. Bukan hanya itu saja di INISNU temanggung juga menerapkan budaya kerja mutu yang sudah di terapkan sebagai ruh dalam menjalankan aktifitas tri dharma perguruan tinggi. Budaya kerja INISNU temanggung pada intinya adalah implementasi dari budaya / karakter dan budaya mutu. Budaya kinerja INISNU temanggung ini juga di terapkan sesuai dengan tiga prinsip kerja yaitu ; bekerja hati-hati, melayani dengan hati dan mengabdi sepenuh hati.

Impementasi dalam budaya akademik di INISNU temanggung dengan paradigma ketupat ilmu ini tidak lepas dari tradisi atau khazanah keilmuan pesantren dan kearifan lokal di Indonesia. Maka dari itu, budaya akademik di INISNU temanggung di kembangkan dari kita besar karangan ulama-ulama yang sudah di terapkan lama di pesantren. Dalam kitab ta’lim al muta’alim ada etika menuntut ilmu yang dapat dijadikan sebagai budaya akademik di kampus  sebagai berikut memiliki niat yang sungguh dalam belajar, cerdas dalam memilih guru,ilmu,teman, dan memiliki ketabahan dalam belajar, mnghormati ilmu dan ulama, memiliki kesungguhan, kontinuitas dan memiliki minat yang kuat, tertib,tawakal, pintar memanfaatkan waktu belajar, kasih saya kepada sesama para penuntut ilmu , dapat mengambil hikmah dari setiap yang di pelajari, wara’ dengan menjaga diri dari yang subhat dan haram pada masa belajar. Demikian dari konsepsi etika menuntut ilmu ini, akan melahirkan sebuah model pendidikan yang lebih mengedepankan moral tidak hanya terorientasi pada pengetahuan dan ketrampilan.

Bagikan :

Tambahkan Komentar