Oleh Ghaida Mutmainnah

Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan INISNU Temanggung

Paradigma merupakan istilah yang sering digunakan ilmuwan. Paradigma adalah cara berpikir yang mampu menjadi wacana dalam temuan ilmiah baru. Paradigma dalam sejarah idiom berkembang dalam dunia pengetahuan terutama filsafat ilmu pengetahuan. Tokohnya adalah S.Khun. Paradigma merupakan konstruksi berpikir yang mampu menjadi wacana temuan ilmiah yang meliputi kerangka teoritis,kerangka konseptual,kerangka pemikiran, orientasi,teoritis sudut pandang,dan pendekatan. Sedangkan, paradigma keilmuan dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan yang berdasar pada ilmu pengetahuan untuk mengembangkan tindakan berdasarkan kebenaran dan validitas. Paradigma ilmu memiliki peranan penting dalam proses keilmuan yang berfungsi memberikan kerangka,mengarahkan,dan menguji konsistensi dari proses keilmuan. Selain itu, paradigma ilmu berfungsi sebagai pandangan ilmuwan dan membantu memahami masalah-masalah ilmiah dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah ilmiah tersebut. Maka dari itu, paradigma berperan penting dalam proses keilmuan dan dijadikan keyakinan dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak atau berperilaku dalam kehidupan sehari-hari untuk mengamati dunia luar dan menjelajahi dunia dengan wawasannya.

Paradigma integrasi-kolaborasi adalah model paradigma yang dibangun oleh INISNU Temanggung. Nama lain dari paradigma integrasi-kolaborasi adalah paradigma ketupat ilmu,kolaborasi keilmuan,dan takatuful ulum (collaboration of science. Banyak Universitas Islam swasta dan Institut Agama Islam swasta masih jarang bahkan sedikit sekali yang memiliki bangunan paradigma keilmuan yang mapan. Model paradigma yang dibangun Inisnu Temanggung ini yaitu distingsi antara paradigma keilmuan PKTIN dan paradigma keilmuan PTKIS. UIN dan beberapa IAIN mapan dalam pengembangan PTKIN selama ini.

Ketupat Ilmu merupakan bentuk paradigma dengan model integrasi-kolaborasi. Pemilihan untuk model ketupat ilmu mendasar bahwa ketupat memiliki makna pengetahuan lokal,kecerda-san lokal,dan kearifan lokal masyarakat jawa (nusantara) berdasar kepada nilai jawa, Arab/Islam, dan dunia modern (Barat). banyak sekali aspek-aspek lokal yang perlu di Globalkan dan hal itu termasuk ketupat itu sendiri yang secara paradigmatik memiliki kredo bahwa ketupat menjadi simbol Islam, budaya Jawa,dan  simbol ilmu pengetahuan itu sendiri Karena hadirnya ketupat juga erat dengan adanya seni menganyam.

Dalam sejarahnya, orang yang pertama kali memperkenalkan ketupat pada masyarakat Jawa adalah Sunan Kalijaga. Beliau membudayakan dua kali perayaan yang disebut bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat. Sekarang masih banyak yang menggunakan bakda lebaran umumnya dipakai dalam lebaran atau hari raya Idul Fitri.Selanjutnya, bakda kupat sendiri dilakukan masyarakat pada waktu hampir setiap rumah menganyam ketupat dari daun kelapa muda atau disebut dengan janur. Setelah dimasak, ketupat dibagikan kepada tetangga atau rumah-rumah kerabat yang lebih tua sebagai lambang kebersamaan dan kehormatan. Ketupat memiliki beberapa arti yaitu mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia dilihat dari rumitnya "Anyaman",mencerminkan kebersihan dan kesucian hati dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua, dan mencerminkan kebersihan, dan mencerminkan kesempurnaan karena dalam hubungan perbuatannya yang dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri menuju sempurnanya atau kemenangan kemenangan umat muslim setelah sebulan berpuasa. Untuk bentuk persegi pada mengartikan bahwa perwujudan Kiblat Limo Pancer.

Dalam makna filosofis metafora ketupat ilmu dapat dijelaskan melalui filosofi metafora ketupat ilmu antara lain pertama,ketupat merupakan lambang kearifan lokal Jawa yang mempunyai arti kupat, ngaku lepatdan lagu babat, artinya mengakui kesalahan laku papat artinya 4 tindakan,yaitu lebaran atau usai,luberan atau melimpah,dan laburan atau kapur. Kedua, Janur dari Bahasa Arab ja'an nur (telah datang cahaya) ilmu,sifatnya putih bersih. Ketiga, ketupat termasuk bangun datar memiliki 4 sisi sama panjang,4 titik sudut,2 simetri Putar dan lipat,dan 2  diagonal sisi atau 4 sisi,dan 4 titik bermakna 4 mazhab,2 simetri dan 2 diagonal bermakna kolaborasi keilmuan dan keislaman namun ketupat ilmu hanya mengambil spirit menganyamnya dalam mengembangkan keilmuan. Keempat, secara historis, 9 Sisi ketupat merupakan lambang Walisongo sebagai penyebar Islam di Nusantara. Kelima, 4 tali yang berada di sisi bawah dan atas,dan sisi kanan dan kiri,melambangkan 4 mazhab dalam Islam sebagai manhajul Fikr Aswaja an nahdliyah, yaitu Imam Syafi'i,Imam Hanafi,Imam Maliki,Imam Hambali yang membentengi atas dan bawah kanan dan kiri ketupat ilmu.

Sedangkan, metafora atau lambang ketupat ilmu antara lain warna hijau tua pada Islam dan aswajaan nahdliyah merupakan lambang peradaban,warna hijau setengah tua pada dua sisi Alquran dan as-sunnah merupakan kesuburan yang didasarkan pada prinsip Islam sekaligus sebagai representasi pengambilan teks-teks agama,warna biru muda pada metodologi Islam dan metodologi Barat merupakan kedalaman ilmu dan metode mengembangkan ilmu pengetahuan dari sisi Islam maupun Barat,warna hijau muda pada sisi atau studi Islam dan Humaniora,Politik dan Hukum, Sains Alam dan Sains Terapan,Ekonomi,dan Teknologi,merupakan kesuburan yang didasarkan pada ilmu atau sains dan agama,Warna emas pada 4 tali atau perisai dari 4 penjuru mata angin yang melambangkan peradaban ilmu sebagai identitas perguruan tinggi yang memiliki manhajul Fikr Aswaja an nahdliyah yaitu Imam Syafi'i,Imam Hanafi,Imam Maliki,dan Imam Hambali,dan tulisan berwarna putih sebagai lambang kesucian ilmu.

Makna dari ketupat ilmu bukanlah mengarah pada bentuk ketupat seperti aslinya namun lebih menekankan pada filosofi filosofi yang dibangun dari kerangka ontologis,epistemologis, dan aksiologis. Setelah dijabarkan secara ilmiah, paradigma ketupat ilmu menjadi landasan dalam melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi INISNU Temanggung dalam mengemplementasikan visi,misi,tujuan,kurikulum,budaya akademik,budaya kerja, dan lainnya.

Untuk pencapaian paradigma integrasi kolaborasi memerlukan strategi khusus dan memerlukan waktu yang lumayan panjang. Nama-nama lain dari integrasi-kolaborasi antara lain takatuful ulum, paradigma ketupat ilmu,dan kolaborasi keilmuan. Untuk mewujudkan paradigma keilmuan ketupat ilmu dan mengimplementasikannya,dibutuhkan sebuah metode atau strategi. Strategi pertama,berangkat dari diktum di NU yaitu al-Muhafadzatu 'ala Qadimish Shalih Wal Akhdzu Bil Jadidil Ashlah (mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik). Strategi kedua, dengan menerapkan konsep dan teori fungsionalisme struktural talcott parsons. Dari strategi tersebut, INISNU Temanggung mempunyai strategi pencapaian melalui berbagai langkah implementatif. Mulai dari implementasi dalam visi, misi, dan tujuan INISNU Temanggung implementasi dalam Tri Dharma perguruan tinggi, implementasi dalam kurikulum, implementasi dalam budaya kerja dan budaya akademik.

Bagikan :

Tambahkan Komentar