Oleh : Fitria Agustin Indah Yulianti

Drama China dan Korea telah menjadi fenomena global yang mengubah lanskap hiburan modern. Namun, di balik keseruan mengikuti alur cerita yang menegangkan, terdapat dampak yang perlu diperhatikan ketika kebiasaan menonton berubah menjadi obsesi.


Drama Asia, khususnya China dan Korea, memiliki formula yang sangat menarik bagi penonton. Alur cerita yang kompleks, karakter yang mendalam, dan produksi berkualitas tinggi menciptakan pengalaman menonton yang imersif. Ditambah dengan platform streaming yang memudahkan akses, tidak heran jika banyak orang terjebak dalam siklus binge-watching yang berlarut-larut.


Beberapa indikator yang menunjukkan seseorang telah terlalu sering menonton drama antara lain menghabiskan lebih dari 4-5 jam sehari untuk menonton, mengabaikan kewajiban sehari-hari, dan merasa gelisah ketika tidak bisa menonton. Gangguan pola tidur dan makan juga menjadi tanda bahwa kebiasaan menonton sudah melewati batas normal.


Menonton drama secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif. Secara psikologis, seseorang mungkin mengalami kecemasan ketika tidak bisa mengakses drama favorit, atau bahkan mengalami depresi ketika serial berakhir. Fenomena ini dikenal sebagai "post-drama depression" yang cukup umum di kalangan penggemar drama Asia.


Dari segi sosial, keseringan menonton dapat menyebabkan isolasi dari lingkungan sekitar. Interaksi dengan keluarga dan teman menjadi berkurang karena lebih memilih menghabiskan waktu dengan drama. Hal ini dapat merusak hubungan interpersonal dan mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.


Produktivitas kerja atau belajar sering terganggu ketika seseorang terlalu fokus pada drama. Prokrastinasi menjadi masalah umum karena selalu ada "satu episode lagi" yang ingin ditonton. Secara fisik, duduk terlalu lama di depan layar dapat menyebabkan masalah postur, mata kering, dan gangguan tidur akibat paparan blue light yang berlebihan.


Drama Asia sering menampilkan standar kecantikan, gaya hidup, dan hubungan yang tidak realistis. Menonton secara berlebihan dapat menciptakan ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan, terutama dalam hal percintaan dan kehidupan sosial. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dengan kehidupan nyata dan mengurangi apresiasi terhadap hal-hal sederhana di sekitar.


Untuk menikmati drama tanpa terjebak dalam siklus yang tidak sehat, tetapkan batasan waktu menonton harian maksimal 2-3 jam. Buat jadwal menonton yang tidak mengganggu aktivitas penting lainnya. Pilih drama dengan jumlah episode yang wajar dan hindari memulai serial baru ketika sedang dalam periode sibuk.


Penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara hiburan dan kehidupan nyata. Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan orang-orang terdekat, melakukan hobi lain, dan menjaga kesehatan fisik. Drama seharusnya menjadi pelengkap hidup, bukan pengganti aktivitas produktif.


Jika kebiasaan menonton sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari dan sulit dikontrol sendiri, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional. Konselor atau psikolog dapat membantu mengidentifikasi pola perilaku yang tidak sehat dan memberikan strategi untuk mengatasinya.


Drama China dan Korea memang menawarkan hiburan berkualitas yang dapat menjadi pelarian dari rutinitas sehari-hari. Namun, seperti halnya hal baik lainnya, konsumsi berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif. Kunci utamanya adalah menikmati drama dengan bijak, tetap menjaga keseimbangan hidup, dan tidak membiarkan hiburan menguasai kehidupan nyata. Ingatlah bahwa kehidupan yang sesungguhnya jauh lebih berharga daripada drama apapun yang kita tonton.

Bagikan :

Tambahkan Komentar