Oleh : Indah Kurnia Sari

Di Jawa Tengah, musim panen padi tidak hanya menjadi waktu penting bagi petani, tetapi juga momen yang dinanti untuk melestarikan tradisi bermain layang-layang. Setelah panen, anak-anak dan orang dewasa ramai-ramai menerbangkan layang-layang dengan berbagai bentuk unik dan warna-warni yang menghiasi langit desa.


Tradisi bermain layang-layang di Jawa Tengah memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar hiburan. Layang-layang, yang secara harfiah berarti “pengirim pesan”, merupakan simbol rasa syukur dan penghormatan kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang melimpah. Di beberapa daerah, kegiatan ini juga menjadi ritual untuk memohon kesuburan tanah dan keberkahan bagi pertanian berikutnya.


Menurut sejarah, budaya layang-layang di Indonesia, termasuk Jawa Tengah, telah ada sejak lama dan erat kaitannya dengan tradisi agraris masyarakat. Layang-layang dibuat dari bambu khusus yang dipilih dengan ritual tertentu, seperti bambu berusia ganjil, yang dipercaya membawa keberuntungan. Meski tradisi ini mulai memudar di beberapa wilayah Jawa karena pengaruh budaya dan agama, di Jawa Tengah tradisi ini masih hidup dan terus diwariskan dari generasi ke generasi.


Selain sebagai simbol syukur, bermain layang-layang juga menjadi ajang berkumpul dan mempererat hubungan sosial antarwarga. Berbagai bentuk layang-layang, mulai dari tokoh wayang hingga karakter modern, menunjukkan kreativitas masyarakat setempat. Bahkan, di beberapa tempat di Jawa Tengah sering diadakan lomba layang-layang yang menarik banyak peserta dari berbagai usia.


Dengan langit yang penuh warna layang-layang, musim panen di Jawa Tengah menjadi waktu yang penuh keceriaan dan kebersamaan, sekaligus menjaga warisan budaya yang kaya makna. Tradisi ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menghargai alam dan hasil bumi. (Sumber foto: steemit.com)

Bagikan :

Tambahkan Komentar