Oleh Faizal adyanto

Hujan turun deras di luar jendela kamar kos. Rintiknya seakan ikut merayakan kekacauan hati Reza, mahasiswa tingkat akhir yang kini duduk terpaku di depan laptop dengan mata merah dan wajah kusut. Di layar, file skripsinya terbuka, namun kursor hanya berkedip-kedip tanpa huruf baru yang muncul sejak satu jam lalu.


Tiga minggu lalu, hidupnya masih teratur. Ia punya target: lulus tepat waktu, sidang bulan depan, dan wisuda bersama Dinda—pacar yang telah menemaninya sejak awal kuliah. Mereka bahkan sudah berencana mencari kerja di kota yang sama. Tapi semuanya runtuh dalam satu malam.


“Aku butuh waktu sendiri. Kita beda jalan sekarang, Za.”

Kalimat itu terus berputar di kepalanya.

Dinda memilih pergi, dan sejak itu, semua runtuh.


Skripsi yang tinggal direvisi, tak tersentuh. Konsultasi ke dosen pembimbing molor. Makan tak teratur, tidur makin kacau. Reza tak hanya kehilangan kekasih, tapi juga kehilangan arah.


"Aku nggak bisa begini terus," gumamnya lirih, menggenggam kepalanya sendi

Bagikan :

Tambahkan Komentar