TABAYUNA.com - Ihya' Ulumuddin adalah kitab yang di kaji oleh santri Tegalrejo kelas paling akhir, di sini biasa para santri banyak sekali di uji. Baik dari segi dhohir maupun bathin. Saat ihya periode saya dalam beberapa kurun, dalam setiap tahunnya ada saja kejadian yang aneh, Namun jika mampu menghadapi sungguh luar biasa.


Dalam sebuah majlis ilmu, Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali (1058-1111 M) ‘disidang’ para ulama Baghdad. Pasalnya, Al-Ghazali seringkali mengutip sejumlah hadits yang dinilai dla’if (lemah). Bahkan memasukkan hadits-hadits maudhu’ (palsu) dalam beberapa karyanya.

“Kenapa anda berbuat demikian?” tanya seorang ulama menghakimi.

Al-Ghazali yang dijuluki Hujjatul Islam itu menjawab dengan tenang. “Para ulama yang mulia, saya menyeleksi hadits menggunakan cara yang berbeda dengan Anda semua. Cara saya hanya dengan mencium hadits tersebut. Jika tercium semerbak wangi, maka hadits itu shahih. Sebaliknya, jika tidak tercium harum, maka hadits itu dla’if atau maudhu’, Inilah yang disebut dengan thariqah al-mukasyafah(metode penyingkapan metafisika).” Para ulama yang ada di majelis itu pun terkagum.

Di antara kisah ajaib lainnya adalah mengenai kesaksian seorang sufi bernama ‘Arif al-Kabir al-Yamani Ahmad Ash Shayyad yang melihat Imam Al-Ghazali dibawa Nabi Khidir dan para malaikat menuju langit ke tujuh. Ada pula kisah mengenai kemampuan Al-Ghazali yang mengundang para sufi melalui mimpi.

Sejumlah ulama percaya, Al-Ghazali merupakan seorang sufi yang mencapai derajat wali. Misalnya seperti yang dikisahkan Syaikh Al-‘Arif Abi Hasan Al-Syadzili. Mursyid sekaligus pendiri Thariqat Syadziliyah itu bermimpi melihat Nabi Muhammad Saw berbincang dengan Nabi Musa AS dan Isa AS.

“Apakah ada di antara umat kalian berdua seorang alim seperti Imam Al-Ghazali ini?” tanya Rasulullah.

Keduanya menjawab serentak, “Tidak ada dari umat kami seorang alim seperti Imam Al-Ghazali.”

Mimpi yang diceritakan As-Syadzili kepada Ibnu as-Subuki itu menunjukkan bahwa kewalian Al-Ghazali diakui para Nabi.

Sebagai ulama besar, kehidupan Imam Al-Ghazali banyak ditulis oleh sejumlah akademisi dari Timur dan Barat. Sejumlah karya tulis itu umumnya membahas mengenai biografi Al-Ghazali serta pemikiran-pemikirannya dalam berbagai aspek. Sebagai contoh adalah buku berjudul Konsep Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan yang ditulis oleh Abu Muhammad Iqbal. Namun baru buku berjudul Kisah-Kisah Ajaib Imam Al-Ghazali ini yang memberikan sudut pandang lain dan unik mengenai sosok yang bergelar Hujjatul Islam.

Di khataman tahun ini menjadi moment para Alumni garjo tulen. khataman Alfiyah kemarin menghadirkan KH Faizin Munawwir dr pekalongan. Dan Ihya juga Mengundang KH Nurhayyin dari Banyuwangi.


Ini menjadi bukti shohih bahwa alumni dan Mutakhorijin Tegalrejo juga bisa eksis dan berkibar di seantero Nusantara. Banyak Alumni Tegalrejo yang berhasil baik di bidang pesantren, pengusaha, petani, pedagang tak terkecuali berjuang di madrasah², TPQ, musholla, juga guru ngaji. Yang terpenting adalah
خير الناس أنفعهم للناس

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain"

KH Nurhayyin diantara sekian banyak alumni Tegalrejo dari tahun 71-77, ketika masuk Santri saat itu sudah 1.250.000.
Beliau di hadirkan memang khusus mengenang kembali KH Chudlori sang Muasis ponpes API Tegalrejo.
Kyai Nurhayyin sangat salut dengan kyai Chudlori, baik dari segi Mujahadah, riyadhoh, shodaqoh dan kesabaran dalam mendidik santri.
"Kurang opo meneh garjo iki, wis komplit sing penting sampeyan kudu tenanan le ngaji" ; ujar kyai Nurhayyin.

Kyai Chudlori dalam sehari baca Alquran 10 juz, jadi 3 hari khatam, sampeyan sehari khatam ping piro? kata kyai Nurhayyin. belum Mujahadah,ngaji, juga dalail dan khizib ghozali.
Semua ini adalah untuk santri, kata beliau lagi.

Mari kita sebagai santri sedikit saja mencontoh Beliau walau sak drajat, sak pangkat kados ngendikane Kyai Chanif Ch. Semoga tulisan ini bisa memotivasi kita para santri,alumni, Mutakhorijin dan semua pembaca. Aamiin

Wallahu'alam.
Di kutip dari Mauidhoh Khasanah Khataman ihya' 2018 oleh KH Nur hayyin dari Banyuwangi
Bagikan :

Tambahkan Komentar