Oleh API Tegalrejo Magelang

Adalah K. H. Abdurrahman ch. Dan adik kandungnya Alkarim Ibnal Karim Achmad Muhammad ch, terlahir dari sang muasis pondok API salaf tegalrejo Magelang K.H. Chudlori Ichsan yang terkenal dengan pengembara dan pengelana ilmu, dengan ibu nyai chunnah Putri dari Simbah K. H. Dalhar Watucongol yg di susul ibu Aisyah yang kemudian di pinang oleh K. H. Abdul jabbar Randukuning muntilan,

Cerita berawal Pada penghujung tahun 1977. Dimana Putra sulung dari K. H Chudlori yaitu KH. Abdurrohman Ch. dengan dibantu oleh putra keduanya yaitu Bp. Achmad Muhammad. Dan adik2nya adalah Awal tanggung jawab besar baginya dimana pada saat API sedang berkembang pesat dan melambung ke atas, Sang muasis Simbah K. H. Chudhori sang ayah dipanggil kerahmatullah (wafat), sehingga kegiatan ta’lim wataalum terpaksa harus terus berjalan dan tidak boleh berhenti,
Dua sosok kyai, ulama, pengasuh Pondok Pesantren API ini sering Juga di kaitkan atau di kiyaskan dengan tokoh pewayangan dari keluarga pandawa yaitu yudhistira dan Bima

"Ojo rumongso berjasa padahal haqiqote iku seng berjasa wong liyo"
Sepenggal dawuh K. H. Abdurrahman ch yg terkenal di sapa gusdur (dawuh yg di rekam dari salah satu santri yang pernah menjadi peladen atau Abdi dalem santri asal Jepara)
Senada dengan kandungan ayat suci alquran yang berbunyi

ﻳَﻤُﻨُّﻮﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃَﻥْ ﺃَﺳْﻠَﻤُﻮﺍ ﻗُﻞْ ﻟَﺎ ﺗَﻤُﻨُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻲَّ ﺇِﺳْﻠَﺎﻣَﻜُﻢْ ﺑَﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻤُﻦُّ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺃَﻥْ ﻫَﺪَﺍﻛُﻢْ ﻟِﻠْﺈِﻳﻤَﺎﻥِ
Artinya : ”Mereka merasa telah berjasa kepadamu (Muhammad) dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah berjasa kepadaku dengan keislamanmu. Sebaliknya, Allahlah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan memberi petunjuk untuk kamu kepada keimanan.” (QS. Al-Hujurat: 17).

K.H Abdurrahman CH. Seorang pengasuh pondok pesantren yang terkenal dengan kedisiplinannya, arif nan bijaksana, adil dalam ucapan dan perbuatan, Adalah sang Yudisthira di masanya pengejawantahan dari kalimah Syahadat yang selamanya mengilhami kearifan dan keadilan. Di kenal juga sebagai Puntadewa dalam dunia pewayangan yang memimpin empat saudaranya dengan penuh suka duka dan kasih sayang. Demikian pula kalimah Syahadat sebagai “rajanya” rukun Islam yang lainnya, karena biarpun seseorang menjalankan rukun Islam yang kedua, ketiga, keempat, dan kelima, namun apabila tak menjalankan rukun Islam yang pertama maka semua amalannya akan sia-sia, karena syarat seorang islam adalah membaca kalimat syahadat.

ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺒْﺘَﻎِ ﻏَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺩِﻳﻨًﺎ ﻓَﻠَﻦْ ﻳُﻘْﺒَﻞَ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮِﻳﻦَ
Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka tidak akan diterima (agama itu), dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85)”.

Kalimah-Syahadah diibaratkan dalam tokoh Puntadewa atau Samiaji sebagai saudara tua dari Pandawa, karena kalimah Syahadah memang rukun Islam yang pertama. Dalam cerita wayang, sifat-sifat Puntadewa sebagai raja (syahadat bagaikan rajanya rukun Islam) yang memiliki sikap berbudi luhur dan penuh kewibawaan.

Gusmuh dengan nama lengkap Ahmad Muhammad sosok ulama yang fenomenal di masanya sosok ulama min jumlati Khowariqul 'Adah ( adat-adat diluar kebiasaan manusia ). Sering juga di kaitkan dengan sosok pewayangan Bima.

Bima dikenal juga dengan nama Werkudara.
Werkudara yang bertubuh besar ini memiliki perwatakan berani, tegas, berpendirian kuat, teguh iman. Selama hidupnya Werkudara tidak pernah berbicara halus kepada siapapun termasukp kepada orang tua, dewa, dan gurunya, kecuali kepada Dewa Ruci, dewanya yang sejati, ia berbicara halus dan mau menyembah.

Bima atau Werkudara bertubuh tinggi besar seperti raksasa, Selalu mengenakan gelang supit urang dengan wajah Nampak garang akan tetapi selalu menunduk seperti orang yang sedang melaksanakan Sholat. Bila sedang melakukan sesuatu tidak bisa diganggu sampai apa yang sedang dilakukannya itu selesai.

Hal ini menggambarkan jika sedang melakukan ibadah sholat tidak bisa diganggu gugat. Bima adalah kesatriya pandawa yang paling berani dan gagah perkasa dengan aji kesaktiannya yang terdapat di lengannya yaitu, Aji Pancanaka yang berarti Lima kekuatan yang selalu dipegangnya dengan kuat.

Ini merupakan symbol atau lambang bahwa apabila Sholat lima waktu dilaksanakan dengan baik penuh keyakinan dan ketekunan yang mendalam akan memiliki kekuatan yang besar yang mampu mengalahkan segala tantangan baik secara badaniah maupun rohaniah. Shalat lima waktu dipersonifikasikan dalam tokoh Bima.

Dalam kisah pewayangan tokoh tersebut dikenal juga sebagai Penegak Pandawa. Ia hanya dapat berdiri saja, karena memang tidak dapat duduk. Tidur dan merempun konon berdiri pula. Demikian pula shalat lima waktu selamanya harus ditegakkan. Baginya terpikul tugas penegak agama Islam dan jangan lupa sholat adalah tiang agama. Nabi Muhammad Ṣallohu alaihi wasallam pernah bersabda: “Shalat lima waktu adalah penegak(tiang) agama Islam. Siapa-siapa yang menjalankannya berarti menegakan Islam”.

ﺭَﺃْﺱُ ﺍﻷَﻣْﺮِ ﺍﻹِﺳْﻠَﺎﻡُ، ﻭَﻋَﻤُﻮﺩُﻩُ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ، ﻭَﺫِﺭْﻭَﺓُ ﺳَﻨَﺎﻣِﻪِ ﺍﻟﺠِﻬَﺎﺩُ
Artinya : Puncak urusan adalah Islam, tiangnya adalah Sholat dan puncak ketinggiannya adalah jihad (HR. Tirmidzi).

Wallohu a'lam bisshowab
Bagikan :

Tambahkan Komentar