Foto bersama usai materi
Temanggung, TABAYUNA.com - Dalam Makrab Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Grip STAINU Temanggung, Jawa Tengah, ada ungkapan menarik disampaikan Hamidulloh Ibda pengurus bidang Literasi Media Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di hadapan peserta.




"Modal menulis itu nekat. Ya nekat membaca, nekat menulis dan mengarsipkan. Bisa dikirim ke koran maupun dibukukukan sendiri," ujar Ibda di gedung C lantai 2 STAINU Temanggung, Sabtu malam (15/9/2018).

Penulis buku Filsafat Umum Zaman Now tersebut menegaskan, bahwa pilar literasi terbagi atas tiga hal pokok. "Pertama itu membaca. Kedua menulis dan ketiga mengarsipkan. Membaca saja tidak cukup, menulis saja tidak cukup juga. Namun semua itu harus diarsipkan sebagai produk karya, apalagi Anda sekalian ini bergerak di lembaga pers," ujar penulis buku Sing Penting NUlis Terus tersebut.

Semua mahasiswa, kata dia, wajib melalukan pilar literasi ini agar bisa menjadi sempurna dalam menjadi agent of social change. "Sebanyak apapun Anda mengikuti pelatihan, workshop, kelas menulis atau literasi, tapi selama tidak membaca, menulis dan mengarsipkannya, semua itu akan sia-sia," tukas penulis buku Stop Pacaran Ayo Nikah! tersebut.

Peraih Juara I Lomba Karya Jurnalistik dan Foto Kemdikbud tahun 2018 ini juga menambahkan, menulis bukanlah bakat atau keturunan. "Tapi menulis ini biasa diasah. Karena menulis sebagai keterampilan berbahasa, maka dia membutuhkan pembiasaan. Rumusnya jelas, language is habit," lanjut Kaprodi PGMI STAINU Temanggung itu.

Ia berharap, rencana tindak lanjut berupa kelas jurnalistik yang terbagi atas kelas artikel, sastra dan desain, meme, foto san video bisa berjalan dan menghasilkan karya. "Saya mengutip petuah dari Imam Al-Ghazali, jika kalian bukan anak raja dan ulama besar, maka menulislah. Menulis itu investasi untuk dunia dan akhirat. Maka rumusnya, sing penting nulis terus," imbuh pria kelahiran Pati tersebut. (tb33/hms).

Bagikan :

Tambahkan Komentar