Ilustrasi Liputan6.com |
- Baca: Kelompok SARACEN Dedengkot Penyebar Kebencian Dibekuk Polisi, Waspadai Ulahnya!
- Baca: Kewajiban Tabayun pada Berita
- Baca: Ada 12 Ciri Media dan Berita Hoax Menurut Dewan Pers, Inilah Penjelasannya!
Revolusi Industri 4.0 dikenal juga dengan sebutan The Industrial Revolution Fourth atau The Fourth Industrial Era. Saat ini kita (Indonesia) mengalami Revolusi Undustri ke 4 dimulai dengan revolusi internet yang dimulai pada tahun 1990-an.
Revolusi Industri 4.0 atau era Industri 4.0 (keempat) merupakan era kemajuan zaman usai MEA, dan era zaman usai generasi milenail, pascamilenial dan genarasi alfa. Industri 4.0 tersebut ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Hal inilah yang disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic Forum dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution.
- Baca: PMII Kaji Peluang dan Tantangan Ekonomi Pasca Revolusi Industri 4.0
- Baca: Ekonomi Konstitusi di Era Revolusi Industri 4.0
Di era Revolusi Industri 4.0 adalah tindaklanjut dari era Revolusi Industri 1.0, Revolusi Industri 2.0, dan Revolusi Industri 3.0. Revolusi Industri 4.0 ini bukanlah milik mereka yang memiliki dan menelurkan ide. Juga bukan milik visioner yang membangun arena untuk melancarkan kekuatan ide dan mentransformasikannya menjadi tindakan. Juga bukan milik para jenius yang berkarya bagi sesama. Tetapi milik para begundal yang menghancurkan idealisme, menghabiskan tabungan moral dan melacurkan kecerdasan-kejeniusan demi perutnya sendiri.
Karenanya gagasan revolusi sebagai "hal-hal yg mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya" tidak mendapat tempat dan kesempatan lagi.
Cerahkan hidup kita dengan pikiran karena ia akan menjadi perkataan. Tuliskan perkataan karena ia akan menjadi tindakan. Jeniuskan tindakan karena ia akan menjadi kebiasaan. Kemanusiakan kebiasaan karena ia akan membawa kita pada takdir kehidupan. Satu kehidupan individu, masyarakat dan bernegara yang adil, makmur dan martabatif. Itulah nilai-nilai Pancasila. Satu pola yg merdeka, mandiri, modern dan manusiawi.(*)
Tambahkan Komentar