Ukhti bercadar minta dipeluk yang belakangan viral di media sosial. (Istimewa)
Oleh Abdullah Ibnu Thalhah

Subhanallah.
La haula wa la quwwata illa billah.

Sist..kamu pasti lagi galau, jadi mari kita santai saja. Satu hal ini  kamu memang benar: pelukan itu bikin nyaman. Menentramkan. Begitulah pelukan: pengalaman manusiawi, bersifat indrawi/jasadiah maupun batin, menjadi laku orang-orang terdekat kita : ibu, ayah, kakak, dan para saudara kinasih, saat kita nangis, sedih, terpuruk, dan, juga berbagi cinta.   Kamu, saya sudah pasti merindukan saat-saat manis itu.


Aku bilang pelukan bukan semata kontak fisik. Ya, karena dua orang perlu mengenal baik satu sama lain utk bisa saling memeluk dan berangkulan.  Karenanya, berpelukan ini sebenarnya adalah bahasa tubuh yang intim. Menjiwa. Ia bisa mengukur kadar tali jiwa. So, berpelukan itu gak pernah ujug-ujug, perlu ‘rasa’ yakni saling memahami dan percaya. Dan itu semua tak kan pernah ada tanpa ritual penyapaan dan dialog yang terjaga. Gak instan lah.

Lha terus sekarang, saat  kamu susah sist..kamu berdiri dipinggir jalan dan minta dipeluk.  Saya tanya nggih..jangan tersinggung: Apa kamu kenal dan percaya pada orang-orang di jalan itu? Darimana datangnya rasa percayamu? Apa kita pernah saling menyapa? Saat kita bertemu di serambi masjid misalnya, apa pernah kamu mbuka cadarmu sejenak lalu menyapa ‘assalamualaikum mas, pripun kabare?’

Gak pernah kan. Boro-boro menyapa, senyum saja – sebuah tindakan ringan yang dianjurkan Nabi Mulia saw - kamu pelit. Ya karena bibirmu tertutup kain cadar itu. Aku sendiri lebih mengenal mbok-mbok bakul terong di pasar yang ramah menjajakan dagangannya daripada mengenal kamu. Aku percaya dan jelas nyaman dengan mbok-mbok bakul pasar yang kau tuduh kerudungnya gak syar’i itu. Dengan kamu, entahlah..


Kamu bilang selama ini kamu sudah membuka diri. Iya kamu membuka diri dengan satu groupmu saja. Selebihnya, kau tetap asing dengan saudara sebangsamu sendiri, sejarah, juga budayanya yang teramat kaya.  Mungkin saja kamu   lebih terpesona kepada bangsa lain..yang gak punya Pancasila dan gak kenal Bhineka Tunggal ika.

Sekarang kamu baru merasa, di saat susah manusia membutuhkan kehadiran saudara. Begini saja, caramu meminta peluk itu tak salah. Jika memang kamu ingin dipeluk dan mencari ketrentaman, tunjukan saja kesungguhan itu: kenalilah,  bertegur sapalah, cintailah keluargamu  ini bangsamu sendiri yang majemuk ini dengan sepenuh hati.

Niscaya semesta alam akan memelukmu dengan hangat. Bersyukurlah, Allah menggerakan hatimu rindu akan cinta, pelukan. Berhijrahlah..cintai kembali saudaramu sebangsa setanah air. Apapun agamanya, sukunya, madzhabnya, atau bentuk kerudungnya. Kini dan esok.

Salam hijrah NKRI.
Bagikan :

Tambahkan Komentar