Suasana sarasehan

Temanggung, TABAYUNA.com - Dinas Kominfo Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menggelar acara Sarasehan Internet Cerdas dan Aman dan workshop penyiaran di RM Kampung Sawah Temanggung, Senin (17/9/2018).
Kegiatan ini di bagi menjadi 3 zona di mana yang pelajar dan mahasiswa sendiri, dan juga guru-guru serta karang taruna dan PKK juga sendiri. Kegiatan ini megundang dari berbagai kalangan baik guru-guru pejabat instansi dan juga pelajar maupun mahasiswa yang bertujuan agar masyarakat dan elemen khususnya di Temanggung paham dan juga dapat menularkan ilmunya bagaimana bermedia yang cerdas aman dan bijak. Sedangkan narasumber kegiatan ini dari Kominfo sendiri dan juga dari dosen STAINU Temanggung Hamidulloh Ibda dan M Fadhloli Al-hakim.

Dalam penyampaian narasumber yang pertama, Yosia Soselo Adhi dari Dinas Pendidikan Temanggung menuturkan bahwa pengguna internet sekarang ini di Indonesia menduduki peringkat 5 sedunia setelah China, USA, India dan Brazil. Internet merupakan kebutuhan yang pokok saat ini, maka kita harus bisa menguasai sebelum jempolmu menjadi harimaumu,” tutur beliau.

Hamidullah ibda dosen STAINU Temanggung dan juga anggota dari SMSI Jawa Tengah selaku pemateri di zona 1 juga memparkan secara lebih jeli terkait bedanya media siber dan media massa dan cetak.

Dalam materinya itu, pelajar dan mahasiswa diminta harus tahu peta berita yang layak di komsumsi publik maupun tidak. Jangan sampai kita mengkonsumsi bahkan ikut share berita hoax,” ujar dia.

Adapun ciri-ciri media maupun berita hoax yaitu terkesan menciptakan kecemasan permusuhan, provokatif, beritanya sepihak, tidak jelas, memanipulasi data dan keteranganya dan biasanya berita-berita yang model begini kebanyakan muncul dari golongan-golongan radikal dan wajib bagi kita semua untuk memberantasnya demi keutuhan bangsa dan negara kita.

Ia juga memberikan solusi mengatasi media-media yang tidak layak maupun hoax. “Kita harus memahami literasi, literasi digital media siber, mengenal media pakem, dan yang penting jadi malaikat jangan yang menjadi setan, yang terakhir membangun pola pikir wartawan dan ilmuwan,” tuturnya. (HS33/Robin).

Bagikan :

Tambahkan Komentar