TABAYUNA.com - Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membantah jika mereka adalah kader HTI.

Baca: Alhamdulillah, Hasil Sidang PTUN Sahkan Pembubaran HTI karena Ingin Mengubah Pancasila 

Padahal, jelas-jelas mereka telah menanggapi putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta yang mengesahkan pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang kemudian tiba-tiba bermunculan kutipan dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan Universitas Airlangga (Unair) yang menolak pembubaran ormas ini.

Foto kutipan ini pun menjadi viral dan ramai diperbincangkan di media sosial.

Salah satu dosen yang dikutip pernyataannya adalah Guru Besar Teknologi Kelautan ITS, Prof Daniel M. Rosyid. Dalam tulisan yang berlatarkan warna biru dongker tersebut, Rosyid mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap pembubaran HTI.

Baca:  Inilah Daftar Pengurus Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Se Indonesia Dari Unsur ASN, PNS, Pengusaha Dan Lainnya

"Pencabutan BHP HTI oleh pemerintah jelas mengada-ada dan sebuah upaya untuk menekan kebiasaan berkumpul dan menyatakan pendapat, sambil mengaburkan ancaman yang sebenarnya sudah dan sedang terjadi atas NKRI neokolonialisme," ujar Rosyid, seperti dikutip Tabayuna,com, Selasa (8/5/2018).

Baca: Membongkar UUD Negara Khilafah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) (Bagian I)

Akhirnya, Rektor ITS memanggil tiga orang dosennya yang diduga mendukung organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Rektor ITS Prof Joni Hermana mengatakan, pihaknya sudah melakukan konfirmasi terhadap ketiga dosen tersebut dan ketiganya bergabung dengan HTI.

"Mereka mengatakan hanya dimintai pendapat secara pribadi, tidak ada penjelasan bahwa itu dikemas dan diviralkan. Mereka juga keberatan karena itu mereka menyatakan penyesalannya," kata dia seusai rilis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Negeri (SBMPTN) di Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (8/5/2018).

Meski telah melakukan klarifikasi, ITS, kata Joni tetap akan membentuk Tim Pemantau Pelanggaran (TPP) untuk mengetahui apa yang dilakukan terdapat unsur kesengajaan atau tidak.

Baca: Siap-siap, Menritekdikti Instruksikan Rektor Data Dosen yang Ikut HTI

"Tim ini dari perwakilan berbagai jurusan, nanti tim itu akan mengusulkan kepada saya selaku rektor untuk menentukan hukuman sesuai bobot pelanggaran," tuturnya.

Selain itu, Joni mengatakan ITS berhati-hati dalam masalah ini sebelum hasil dari Tim TPP keluar. Menurutnya, hal itu bisa saja itu dilakukan oleh orang tidak bertanggung jawab hingga viral atau ada unsur lain.

"Tapi dalam hal ini ITS tegas, kalau memang pelanggaran berat paling tidak mereka akan dicopot dari jabatannya.

Sebelumnya, pada hari Senin (7/5/2018) kemarin, tiga buah gambar viral di media sosial Twitter. Masing-masing gambar tersebut menunjukkan foto yang disebut sebagai dosen ITS, yakni Guru Besar Teknologi Kelautan Prof Daniel M Rosyid PhD, Kepala Laboratorium Teknik Fisika Andi Rahmadiansah, ST, MT, dan Kepala Program Studi Pascasarjana Teknik Material Lukman Noerochim, PhD.

Gambar tiga orang tersebut disertai tulisan dukungan pada HTI dan menolak pembubaran organisasi yang ingin mendirikan negara khilafah di Indonesia.

Baca: Hastag #HTIBubar7Mei Geser #KhilafahAjaranIslam Yang Mekso

Dalam gambar itu juga tertera tagar #HTILayakMenang, #DukungHTIUntukIslam, #DukungHTIUntukUmat, dan #DukungHTIUntukDakwahdanKhilafah.

Dalam foto yang tertulis nama Daniel M Rosyid tertera tulisan bahwa pencabutan BHP HTI oleh Pemerintah mengada-ada dan sebuah upaya untuk menekan kebebasan berkumpul dan menyatakan pendapat, sambil mengaburkan ancaman yang sebenarnya sudah dan sedang terjadi atas NKRI, yaitu neokolonialisme.

Baca: Inilah Alasan Gus Muwafiq Kenapa HTI Wajib Ditendang dari NKRI

Prof Daniel M Rosyid merupakan salah satunya. Namun dia membantah mendukung atau berafiliasi dengan organisasi yang dibubarkan pemerintah itu.

"Saya bukan anggota HTI dan saya tidak punya kepentingan dengan HTI," kata Guru Besar Teknologi Kelautan ITS ini, Selasa (8/5/2018) seperti diberitakan di Kompas.com kemarin.

Pihaknya hanya merasa, ide dan gagasannya dimanfaatkan oleh kelompok HTI jelang sidang PTUN Senin (7/8/2018), untuk meraih simpati publik di media sosial. Sebagai akademisi, dia hanya berseberangan pendapat dengan pemerintah tentang pembubaran HTI.

"Perppu ormas yang dijadikan dasar pembubaran HTI adalah bentuk otoritarianisme pemerintah terhadap organisasi masyarakat," jelas dia seperti diberitakan di Kompas.com juga.

Pria ini menilai, pemerintah terlalu paranoid dengan HTI. "HTI itu siapa, HTI hanya organisasi kecil yang baru terkenal kemarin sore. Pemerintah hanya ketakutan saja. Langkah pemerintah ini tidak sesuai dengan hak warga negara yang berserikat dan berkumpul," jelasnya.

Rektor ITS, Prof Djoni Hermana, mengaku sudah memangggil tiga pejabat yang juga dosen ITS tersebut untuk dimintai klarifikasi. ITS juga membentuk tim investigasi untuk masalah ini. Selain Prof Daniel Rosyid, dua nama dosen juga disebut pendukung HTI, yakni Kepala Laboratorium Teknik Fisika Andi Rahmadiansah, dan Kepala Program Studi Pascasarjana Teknik Material Lukman Noerochim.

Baca: Usai HTI Bubar 7 Mei 2018, Umat Islam Wajib Lakukan 15 Hal Ini 

Jika memang benar-benar bukan anggota HTI, atau kader, atau jemaah, atau yang lain, mengapa muncul foto itu di medsos? Mereka dipastikan memiliki hubungan erat dengan HTI. Apalagi, dari komentar di Kompas.com itu, profesor ITS itu dari komentarnya mendukung HTI tetap berdiri dan menolak putusan PTUN itu. Coba cek dan baca lagi agar Anda tidak gagal paham. (tb44/hi).
Bagikan :

Tambahkan Komentar